Pacarku Kere (CERPEN)
Author: Yanz Julian
Genre: Romance, frienship, angsT
Rate: Teen
Hope u like it~
-Kiky POV-
Tanpa memperdulikan pendapat orang lain, sepanjang jalan di
desa ini aku menggenggam tangannya, tersenyum sambil menyapa beberapa petani
yang ingin pergi ke sawah. Aku dan kekasihku, Indra memulai hari-hari baru yang
lebih berwarna, meskipun satu kenyataan pahit... kami sama-sama kere, yaah
susah bersama-sama biasa kami jalani.
Indra berlari pelan ke pinggir jalan, dia mengambil
setangkai bunga liar kemudian dia serahkan dengan wajah ceria, “Untukmu...”
Aku tersenyum manis saat mengambil bunga itu, tapi mendadak
aku merintih, “Aduh...” aku lirik tanganku berdarah, rupanya bunga hutan yang
berwarna ungu ini berduri, entah mengapa firasatku langsung buruk tentang
kelangsungan hubungan kami... ah Cuma perasaanku saja mungkin. Aku sedikit
kesal akan kecerobohan Indra tapi saat dia memasang wajah bersalah aku menjadi
iba, dia menarik tanganku untuk dihisapnya. Wajahku memerah, jariku di mulut
Indra. Astaga astaga apa yang aku pikirkan! Wakeup Kiky, ini sudah pagi.
Aku mulai menarik tanganku, “Aku gapapa kok, Dra.. kita
lanjutin ya jalannya, nanti telat sampai sekolah.” Ucapku kemudian melanjutkan
gandengan kami.
Tiba-tiba terdengar suara motor dan motor itu berhenti di
depan kami, saat dia melepas helm terlihat cowok tampan keturunan bule campur
Indonesia, Namanya Nathan murid baru di sekolahku, “Hei, kamu..” ucapnya sambil
menunjukku. “Kita kayanya sekelas ya hehe..” ucapnya ramah.
Aku membalas senyumnya, “Iya, Nathan kan?”
Dia menyodorkan tangannya menyalamiku dan Indra secara
bergantian, “Iya, aku Nathan. Kamu?”
“Aku Kiky dan dia Indra.”
Nathan mengangguk-angguk seolah mengerti, “Oh ya... bareng
Yuk, Kiky? Sekolah masih cukup jauh loh..” tawarnya dengan nada ramah.
Aku melirik Indra, “Gak, makasih, Than. Aku bareng Indra.”
Ucapku sambil berjalan lurus.
Tapi Nathan menjalankan motor Ninjanya itu pelan mengikuti
kami, dia perlihatkan jamnya, “Sudah mepet loh, nanti kamu telat..”
Indra meremas bahuku, “Kamu ikut Nathan saja, lagian tadi
kamu belum sarapan takutnya pingsan lagi waktu upacara kalau kejauhan jalan.”
Aku merengut, “Tapi, gak mau ah!” rajukku.
Sayangnya Indra mendorongku mendekati motor Nathan,
“Hati-hati ya Than bawa motornya, titip Kiky..” desisnya pelan.
Nathan tertawa, “Sipp bro, jangan khawatir.” Ucapnya ceria.
Aku masih terpaku menatap Indra yang ada di belakangku, ada perasaan tidak
nyaman, aku merasa seolah berhianat dari kesengsaraan. Tapi Indra hanya
tersenyum melambai ke arahku.
Semua kemirisan itu bertambah ketika upacara bendera di
mulai, terlihat Indra yang bajunya basah karena keringat berlari namun ketahuan
petugas sekolah bahwa dia terlambat, dia terpaksa di jemur di depan kami,
dipermalukan di depan ratusan murid. Harusnya aku ada di sampingnya, sengsara
dan malu bersama-sama. Saat aku mencoba maju, ada tangan yang menangkapku, “Hei
mau kemana? Hormat.. benderanya mulai dinaikan.” Perintah Nathan. Aku hanya
menghela nafas berat dan melakukan penghormatan pada bendera.
Indra adalah kakak kelasku, dia berada di kelas tiga
sedangkan aku kelas dua SMA sekarang. Di sekolah hanya saat jam istirahat kami
bisa bersama, sedangkan Nathan kini menjadi teman sekelasku yang entah kenapa
terus merapat denganku. Aku akui dia memang sangat tampan, dengan wajahnya yang
bule asia mirip Keanu Reeves, bertubuh tinggi, beraroma harum dan juga kaya
raya tapi aku menyukai Indra yang memiliki wajah asli Indonesia, kulitnya yang
coklat, matanya yang bulat dan tubuhnya yang standar.
Aku merasa lucu sendiri ketika mengingat kejadian minggu
lalu, Indra mentraktirku makan batagor, dia menggenggam tanganku sambil
berbisik, “Aku menyayangimu, Ky..”
Jantungku rasanya mau meledak, awalnya aku hanya sekedar
kagum dengan Indra yang menjadi kapten sepak bola, ya kedekatan kami terjalin
karena kami satu tim dalam club sepak bola di desa kami. Aku tidak bisa
menjawab saat itu karena aku tidak bisa mengerti cinta sejenis, tapi aku hanya
mengganggam tangannya dan meletakkannya di dadaku dengan senyuman malu. Indra
tersenyum puas saat dia mengerti gestureku.
Ditembak di depan gerobak batagor. Aneh sekali.
Tapi Indra cukup sibuk, sepulang sekolah dia harus bekerja
sambilan membuat batu bata di desaku, katanya untuk memberi tambahan makan
untuk adik-adiknya. Kebersamaan kami sangat jarang, padahal dimasa-masa
kasmaran ini aku memiliki emosi yang cukup labil karena aku selalu kangen dan
kangen, rasanya sakit jika berjauhan dengannya terlalu lama.
Dan malam itu aku terlalu rindu dengannya, nekat menggunakan
obor aku berjalan menyusuri jalanan sepi yang disamping-sampingnya banyak
pepohonan dan rumput, sedangkan rumah warga jaraknya renggang-renggang.
Setelah lima belas menit berjalan di kesunyian, akhirnya aku
sampai juga di rumahnya, aku mengetuk perlahan, cukup lama aku mengetuk tapi
tidak ada respon, aakh aku benar-benar kesal sehingga aku gedor pintunya dengan
keras. Muncul seorang wanita yang lebih dewasa dariku sambil mengucek-ngucek
mata, “Eh ding Kiky, kanapa ding?” tanya Kak Diang dengan logat Banjarnya.
(Ding = adek)
Aku tersenyum memaksa, “Ada leh Indra-nya ka?” tanyaku.
“Guring inya, ding ai.. kelapahan bagawi seharian..” (Dia
tidur dek, capek kerja seharian..)
“Kada bisa dibangunkan kah, kak?”
Terlihat Kak Diang menggaruk
pipinya sambil berpikir, “Tunggu dulu lah, kaka cubai banguni..”
Saat kakanya Indra masuk ke dalam, aku Cuma duduk di depan
pintunya, tidak lama kemudian terdengar langkah kaki, aku langsung menoleh. Aku
lirik wajah Indra kurang bersahabat, “Ngapain?” tanyanya singkat.
Aku langsung menggembungkan pipi dengan kesal, “Mau ketemu
kamunya lah..” jawabku ketus.
Terlihat Indra melirik jam, “Malam-malam begini? Udah jam
setengah sebelas, ky. Kamu mendingan tidur ya..”
Mataku berkaca-kaca karena kesal, “Bentar nah..” lirihku.
Indra berjongkok di depanku sambil menguap, “Ngantuk ky,
udah malem..”
Aku pukul bahunya kesal, “Kamu gak hargain kedatangan aku
jauh jauh hah! Aku juga ngantuk tapi aku gak bisa tidur sebelum ketemu kamu!!”
Indra tertawa pelan sambil mencolek daguku, “Chiee yang
kangen, chiee..” ejeknya.
Aku membuang muka kesal, “Nyebelin.. Kamunya pasti gak
kangen.” gerutuku.
Tapi secara mendadak Indra menarik daguku, kemudian mengecup
bibirku pelan, aku terdiam kaku. Aku menjauhkan wajah karena mukaku terlalu
panas, astaga.. begini kah rasanya ciuman? Dia ciuman pertamaku! Aku menunduk
malu sambil meremas-remas tanganku, “Ko-kok gitu sih! Kan harusnya ijin dulu!”
Indra tersenyum lembut, dia genggam tanganku sambil
menciumnya, “Iya my prince, boleh cium lagi gak?” eh? Dia benar-benar izin, dan
ini sukses membuatku terdiam membatu.
Aku tidak tau harus menjawab apa, “Diam artinya boleh nih..” desisnya di dekat
kupingku, aku merinding dan terpejam. saat itu lah dia jadikan kesempatan untuk
kembali menciumku, bukan sekedar ciuman namun juga lumatan yang halus, hangat
dan lembab, semakin lama semakin panas membuat ada yang bangun sehingga
celanaku menyempit.
“Su-sudah! Aku mau tidur!” ucapku salah tingkah, aku kembali
mengambil obor yang aku tancapkan di tanah, saat aku menoleh aku bisa lihat
Indra tertawa yang membuatnya semakin manis.
Tapi rasa manis ini tidak berlangsung lama, Nathan yang
kekeuh untuk mengantar jemput aku membuat kebersamaanku dengan Indra semakin
menipis, apalagi Indra keluar dari club karena harus memperketat jadwal
kerjanya. Sudah jarang bertemu, dia tidak memiliki HP pula, ini sukses
membuatku menggigil geram. Sedangkan Nathan semakin menempel saja denganku, Nathan
sebangku denganku, dia memiliki nomer HP-ku, mengsms nyaris tiap menit dengan
banyolan-banyolannya yang menyenangkan, kadang dia meneleponku berjam-jam, heran
padahal sudah bertemu setiap hari.
-Indra POV-
Rindu, itu yang aku rasakan sekarang. Seminggu terakhir
sangat sulit menemui Kiky, Cuma saat upacara aku bisa melengkungkan senyum
ketika bisa melihat wajahnya yang putih dihiasi jerawat-jerawat merah, setelah
itu mungkin dia pergi ke kelasnya yang cukup jauh dari kelasku.
Tapi hari ini aku berusaha memperlakukannya dengan baik,
sengaja aku buat dua buah kotak bekal yang berisi nasi goreng special buatanku,
saat jam istirahat aku berniat mengajaknya makan bersama di taman belakang
sekolah.
Sengaja aku datangi kelasnya sayangnya tidak ada sosok Kiky
di kelas itu, aku bertanya dengan teman sekelas Kiky, “Dek ada liat Kiky gak?”
Dia menghentikan tatapannya pada buku, “Tadi aku lihat sama
Nathan... mungkin ke kantin.”
Aku tersenyum lembut, “Makasih ya dek...” ucapku sebelum
akhirnya meninggalkan kelas itu. Nathan ya.. aku merasa terancam akan sosok
orang itu.
Dan benar saja, sesampainya di kantin aku lihat Kiky sangat
bahagia. Nathan menyuapinya mie, dia tertawa-tawa sambil menepis tangan Nathan,
“Apaan sih lebay ahaha..” ucap Kiky
sambil memencet jeruk nipis ke wajah Nathan.
“Aduh duh... essh..” ringis Nathan sambil mengusap matanya.
Kiky terlihat panik, menarik wajahnya dan meniup-niup
matanya, “Sorry sorry! Gak bermaksud, suer!” wajah Kiky sangat dekat dengan
Nathan. Aku tidak suka.
“Ah kamu nih... atit tau..” rajuk Nathan.
Kiky mencubiti pipi Nathan kemudian mencubit hidungnya,
“Ahaha manja banget sih.. gini doang..”
Aku langsung berbalik, memejamkan mataku sambil meremas
dada. Aku tidak sanggup melihat lebih dari itu, langsung kumasukkan ke bak
sampah bekal tadi karena nafsu makanku sudah hilang. Mataku yang panas tidak
bisa aku tangkal, aku berlari ke toilet kemudian menangis sejadi-jadinya. Semudah
itu kah bahagia tanpaku?
Semenjak saat itu aku tidak pernah lagi menghampiri Kiky,
kabar terakhir yang aku dengar ayahnya sakit keras dan dibawa ke rumah sakit,
dia sampai absen berhari-hari. Sayangnya aku yang tidak memiliki motor dan
biaya ke kota cukup mahal, untuk makan keluargaku saja susah.
-Kiky POV-
Mataku masih bengkak karena menangisi sakit ayahku, dia
batuk darah hingga pingsan beberapa hari lalu, aku sangat takut dia
kenapa-kenapa. Ditambah biaya rumah sakit yang mahal membuatku semakin
tertekan, keluargaku kikir, mereka sama sekali tidak mau membantu ayahku.
Dengan langkah lemah aku mendatangi administrator, berusaha
mengetahui biaya yang harus ditanggung, “Berapa biaya untuk Imam Khairudin?”
tanyaku lemah.
“Pembayaran untuk pak Imam Rp. 0, tadi ada seseorang yang
sudah melunasi semua biaya dan juga biaya untuk operasi besok.” Aku tercengang
mendengar ucapan itu. Hah? Orang baik mana yang mau membantuku disaat genting
seperti ini, aku menengok kesana kemari tidak ada orang yang aku kenal. Hingga
akhirnya aku kembali ke depan ruangan ayahku, tapi tidak ada ayah disana.
Aku panik sambil menghampiri suster yang memberesi kamar
ayah, “Sus, pasien disini mana?” tanyaku khawatir.
“Oh baru saja di pindahkan ke ruangan VIP.” Aku tambah
tercengang. Akhirnya aku berlari untuk memeriksa tiap jendela ruang VIP dan itu
ayah dengan ibu yang duduk di depannya.
Dan aku tersentak saat melihat ada Nathan duduk di sebuah
sofa panjang, pasti ulahnya. Aku langsung menarik Nathan keluar ruangan, “Than
kamu yang lunasi biaya ayah?”
Terlihat Nathan bingung menjawabnya, “Eummm sedekar membantu
semampunya.”
Aku melirik ruang rawat ayah yang sangat mewah, bahkan ada
tv dan kulkas, “Than.. aku gak enak terlalu sering repotin kamu. Pasti suatu
hari aku ganti uangmu, tapi jangan ruang VIP ya. Aku gak mampu.”
Nathan tertawa pelan, “Nyantai aja Ky, kamu gak usah pikirin
gimana bayarnya, aku sungguh-sungguh tolong kamu, aku ikhlas Ky. Kamu baik,
ramah, cakep... ya aku Cuma mau kamu lebih bahagia.”
Aku langsung memeluk Nathan, merasa sangat bersyukur akan
kehadirannya disaat sekarang. Tapi disisi lain pikiran jahatku muncul, aku
semakin muak dengan Indra yang tidak ada perhatian-perhatiannya di saat aku
terpuruk begini, dia seolah hilang ditelan bumi, buat apa aku punya pacar yang
tidak berguna. Astaga kenapa aku berpikiran seperti ini? bagaimana pun Indra
kekasihku, aku berusaha bertahan mencintainya apa adanya.
Saat aku mulai aktif sekolah, aku menunggu Indra di depan
kelasnya, aku berhasil kabur dari Nathan dengan alasan ingin ke toilet dulu. Kulihat
mulai ramai orang-orang keluar dari kelasnya, saat Indra terlihat aku langsung
menariknya, aku tersenyum semanis mungkin meskipun aku sangat kecewa dengan
semua tindakannya selama ini, tapi aku berusaha menjadi kekasih yang tidak
rumit, aku tidak mau kami bertengkar karena hal-hal sepele, terus aku simpan
rasa kecewaku karena aku ingin selalu di dekatnya, “Apa kabar Dra?”
“Baik..” jawabnya singkat kemudian berjalan lagi. Aku
menatapnya kecewa dan terus mengejarnya.
“Dra, umm ada waktu bentar?”
“Aku harus pulang...” ucapnya dengan wajah datar.
Indra berubah, kenapa dia mengabaikanku? Apa dia memiliki
pacar lain, rasanya aku mau meledak dan memaki-makinya, tapi aku tetap
tersenyum manis dan menggenggam tangannya, “Bentar aja temani aku ya..” Indra
tidak mau menatapku, hingga aku merapatkan tubuh dengannya dan meletakkan ke
dua tanganku di dadanya, aku mendongak menatap Indraku yang lebih tinggi.
Menatapnya dengan tatapan polosku.
Wajahnya memerah meskipun ekspresinya datar, “Yaudah bentar
aja..” desisnya pelan.
Aku langsung berjingkrak semangat yes akhirnya aku berhasil,
aku tarik dia ke kantin, “Pak baksonya dua dan es jeruk dua..”
Indra langsung menahan tanganku, “Aku gak punya uang buat
tratir kamu..”
“Yaudah kita bayar sendiri-sendiri..” ucapku lemas.
“Aku benar-benar gak bawa uang.”
Sabar sabar, haruskah aku mengusap dada sesering ini, “Gak
usah dipikirin, aku yang bayar..” ucapku akhirnya, apa boleh buat tabunganku
harus terkuras. Bagi orang lain mungkin uang dua puluh enam ribu tidak ada
artinya, tapi itu sangat berarti buatku yang seharinya hanya diberi jajan tiga
ribu. Tapi aku mau saja berkorban, walau dengan hati sedikit tidak ikhlas.
Rasanya kesal, Indra yang dominan nyatanya tidak memberiku kemudahan, rasanya
lagi lagi kalimat itu muncul, ‘Kenapa pacarku tidak berguna?’
“Makasih.. umm ada apa, Kiky?”
Aku menarik nafas dalam-dalam, rasanya aku mau memaki-maki
dia kenapa kamu berubah? Kenapa kamu gak berguna? Kenapa kamu bikin perasaanku
kacau, tapi aku memaksakan senyuman palsu itu lagi dan menggenggam tangannya,
“Aku kangen, Dra..” desisku pelan.
Indra langsung menarik tangannya, “Banyak orang disini. Gak
pantes.”
Tuhaan.. demi apapun aku ingin menangis meraung-raung
sekarang! Kenapa Indra begitu menyebalkan? Aku sabar, benar-benar sabar bisa
bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, bahkan dia tidak menanyakan keadaan
ayahku. Mana perhatiannya?
Sedangkan Nathan selalu ada untukku, aku terpaku ternyata
dia bukan orang kaya sombong yang jaim makan-makanan kampung, saat ke rumahku
dia makan lalapan kangkung, ikan bakar dan sambel terasi begitu lahap, tidak
seperti bule kebanyakan yang makannya steak atau spagettie. Dia juga mengajakku
berjalan-jalan di kota, kami berfoto-foto saat di museum, di monumen, dan
mall.. aku sangat jarang ke mall karena jauh dari desaku, aku juga bisa
merasakan AC mobil yang nyaman.
Nathan berbagi banyak keindahan denganku, dia juga baik, aku
sangat antusias. Astaga... apa semua kekesalanku terhadap Indra muncul karena
aku membandingkannya dengan Nathan? Karena aku tidak bersyukur dengan Indra..
tapi... coba kamu bayangkan posisiku, ketika seorang teman saja bisa sangat
berguna untukmu, lalu pacarmu yang kere tidak berguna, bagaimana tidak marah?
Nathan membelikanku tablet, kali ini aku merasa dia terlalu
berlebihan, “Than... kamu jangan kaya gini. Aku gak bisa terima semua kebaikan
kamu, aku gak sanggup balas budi...”
“Kamu gak usah terlalu banyak berpikir, cukup jadi pacarku
sudah membuatku bahagia..” desis Nathan sambil menggenggam tanganku.
Aku terdiam beberapa menit, menjadi pacar Nathan? Bule
tampan yang memilik harta dan juga hati yang baik? Siapa yang bisa menolaknya?
Aku bisa... aku menggeleng pelan, “Maaf Than... Aku sudah punya pacar.”
“Indra? Come on beb, kemana dia saat kamu perlukan? Saat
kamu terpuruk? Apa pembuktian cintanya? Mana pengorbanannya? Tidak ada kan...”
Nathan benar, aku menangis sekarang, aku hanya bisa
tertunduk sambil meremas tanganku. Tapi mendadak Nathan menarik bahuku, aku
tersentak saat merasakan bibir lembabnya menciumku dengan ganas, aku langsung
menampar Nathan.
“Aku gak mau! Than, kamu memang sahabat yang baik, aku
benar-benar menyukaimu. Tapi apapun posisi Indra, aku berkomitment dengannya.
Apapun yang terjadi aku gak bakal tinggalin dia.”
Nathan menghela nafas berat, “Aku sayang kamu, Ki. Kamu
manis, baik, nyambung ngobrol denganku, aku benar-benar nyaman dengan kamu,
kamu tulus gak kaya temen-temen aku di kota. Hemmh... aku akan terus nunggu,
Ky, sampai hatimu benar yakin buat milih aku.”
Bagaimana pun merebut kekasih orang lain itu tidak baik,
bukan?
--
Ulang tahunku yang ke 17, sangat sedih karena Nathan tidak
menjemputku, dia bilang sedang sakit dan terpaksa absen hari ini. ulang tahunku
akan semakin buruk pastinya. Dan Indra, apa dia mengingat ulang tahunku? Ini
ulang tahunku yang sangat penting, ah.. mungkin aku terlalu drama, ulang tahun
atau bukan sama saja kan?
Kelas tertutup, tumben? Saat aku membuka kelas, terdengar
teriakan, “Surprise!!!”
Teman-teman sekelas? Aku tercengang melihat kelas yang
dihias sedemikian rupa, teman-teman memakai topi ulang tahun, menebar
kertas-kertas kecil wah mereka akan kena amuk pak guru nanti. Dan aku semakin
tersentuh saat seseorang keluar dari balik kain, Nathan membawa kue ulang tahun
besar dengan lilin 17 tahun dan juga tulisan ‘Happy birthday My lovely Kiky’
aku benar-benar pangling, pasti Nathan yang merancang semuanya. “Make a wish!”
ucapnya girang.
Aku memejamkan mata sambil mengucapkan doa dalam hati.
‘Terimakasih atas segala nikmat ini, tapi semua ini membuatku semakin angkuh.
Sadarkan aku agar kembali mencintai lelaki manisku, ingatkan aku bahwa
bisikan-bisikan akan gemerlapnya dunia ini tidak menjamin kebahagiaanku.
Berikan aku arti bahagia yang sesungguhnya...”
Aku pun meniup lilin tadi diiringi tepuk tangan teman-teman.
Mendadak ada seseorang muncul dari pintu kelas, “Ramai
sekali..” ucapnya. Teman-teman mulai menyingkir untuk memberi jalan.
“Hm..” gumamku dingin saat mengetahui orang itu adalah
Indra.
“Ada acara apa ini?” tanyanya dengan wajah polos. Dia tanya
ada apa? Disaat semuanya tau dan merayakan, kekasihku sendiri tidak tau?
Bayangkan betapa nyeseknya.
Aku mau meledak sekarang, melirik bell masuk masih 15 menit
lagi, aku menarik Indra ke luar sekolahan, “Kamu tau hari ini hari apa?”
tanyaku dingin.
“Memangnya hari apa?” tanyanya balik dengan wajah polos.
Aku mendidih, aku tinju wajahnya dengan keras, “Kau
menyebalkan!!! Pacar macam apa hah yang tidak tau ulang tahun pacarnya sendiri?
Kamu kemana aja Ndra? Kamu gak kaya Nathan yang selalu berkorban buat aku,
selalu ada buat aku dan juga berguna buat aku. Kamu apa? Bahkan waktu buat aku
saja kamu gak punya!!! Aku capek aku capek!! Aku benar-benar capek... aku
bela-belain nolak Nathan Cuma untuk orang tolol kaya kamu tapi kamu kaya gini
sikapnya hah?”
Wajah Indra menjadi suram, aku tau membandingkannya dengan
orang lain itu salah, tapi ini kenyataannya bukan? Wajah Indra mendadak ceria,
“Aku Cuma pura-pura gak tau kok.. nih aku punya hadiah untuk kamu..”
Saat dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya aku menepis benda
itu hingga jatuh ke tengah jalan, “Persetan dengan hadiahmu! Kita putus, aku
capek!”
Indra berlari ke tengah jalan untuk mengambil hadiah itu
kemudian terdengar suara benturan keras.
BRUUUKKK KREEEKKK KREEKK..
Aku berbalik, kulihat Indra tertabrak dan terseret di bawah
kolong mobil itu beberapa meter, aku berlari cepat, aku langsung menutup
mulutku dan air mataku terhambur melihat kondisi Indra yang menggenaskan
terlindas di ban mobil. “DRA! INDRA!!!” teriakku sambil membungkuk.
Aku lihat Indra masih sadar, matanya menyipit karena banyak
darah mulai masuk ke matanya, “Ah.. enmm Kiky... si-simpannhh hadiahku i-ini
baik-baik.. aku haraphh eumm kau dengar isinya.. essh aku mencintaimu Ky..”
Tangan Indra yang bergetar menyerahkan kotak kepadaku, sebuah kotak musik? aku
menangis histeris sambil berteriak minta tolong, Nathan mengemudikan mobilnya
untuk mengantar Indra ke rumah sakit, aku yang duduk di belakang terus menangis
dengan kepala Indra yang aku pangku, tubuhku yang berlumuran darah tidak lagi
aku perdulikan, suaraku rasanya hilang karena tenggorokanku yang tercekat.
Aku buka kotak musik itu, terlihat ada boneka dua lelaki
sedang berdansa dan aku mendengar suara Indra disana, “Happy birthday to you..
happy birthday to you.. happy birthday happy birthday, happy birthday kiky~ wah
pacarku sudah dewasa ya, sudah 17 tahun, berarti boleh dong ehem? Ahaha aku
bicara apa coba... Masalah Nathan.. dulu kau pernah bertanya, ‘Kau tidak
cemburu Nathan menjemputku terus?’ sebenarnya aku cemburu, sangat cemburu...
tapi aku bisa apa? Aku tidak punya motor, aku kere... aku ingin kau bahagia,
aku ingin kamu baik-baik saja, bisa merasakan kemudahan hidup meskipun aku
harus mengorbankan perasaanku, aku tidak perduli, yang penting kamu gak capek,
kamu gak kepanasan. Aku hanya bisa memberi kesengsaraan untukmu. Tapi ternyata
keputusan yang aku pilih salah, kalian semakin dekat, aku lihat kalian sangat
mesra di kantin, kau tau rasanya? Sakit... rasanya dadaku tercabik-cabik
melihat kamu bahagia dengan orang lain, aku hanya orang yang tidak berguna.
Bahkan ayahmu sakit pun aku tidak bisa membantu karena keterbatasanku. Aku bisa
apa... aku tidak mungkin banyak menuntut, aku hanya pasrah dengan hubungan
kita, oh ya aku meminta maaf, akhir-akhir ini aku tidak punya waktu untukmu,
saat itu aku melihat kotak musik mengesankan ini di suatu toko mainan, harganya
sangat mahal untukku, tapi aku rasa akan sangat cocok untuk hadiah kenangan
yang bisa kau simpan kapan pun, dengan keuanganku yang sedikit aku berkerja
mati-matian, bahkan aku harus membuang hobiku karena memperketat jadwal
kerjaku, semua untukmu. Mungkin ini hanya benda bodoh tidak bermanfaat bagimu,
tapi kau bisa mengenangku kapanpun, bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu, akan
selalu mencintaimu, sampai nafas terakhirku...”
Aku menangis menggigil mendengar pernyataan Indra, dan aku
lebih terpukul saat tangannya menjadi dingin dan denyut nadinya hilang, “Dra!
Dra kamu kuat kan! Aku mohon Dra... tolong bertahan... aku juga mencintaimu..
maafin aku yang salah menilaimu.. maaf Dra! Tolong jangan hukum aku begini..”
Aku hanya bisa menangis dalam penyesalan atas ketidak
syukuranku. Tapi ini mungkin jawaban dari doa ulang tahunku, menyadarkanku
dengan cara yang menyakitkan.
END
Terinspirasi dari hidupnya kak Rhea dan juga kisah cintaku
dengan cowokku yang kere lol
No comments:
Post a Comment