Tuesday, January 19, 2016

Bakso Nano-Nano (Part 1)



Bakso Nano-Nano (Part 1)

By: yanz

-Nathan POV-

Aku menghempaskan bahuku ke sofa kemudian memejamkan mata. Tubuhku letih plus masuk angin, penjara rasanya tak cocok buat badanku meskipun cuma satu malam.

Bakso Nano-Nano 2



Bakso Nano-Nano 2

By: yanz

-Nathan POV-

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku baru pulang dan melangkahkan kaki perlahan ke dalam rumahku.

Bakso Nano-Nano 3



Bakso Nano-Nano 3

By: Yanz


-Nathan POV-

Aku melirik ke samping sebelum menstarter motorku, terlihat mata Dendy di balik helm itu berkedip hingga membuatku bergidik.

Bakso Nano-Nano 4



Bakso Nano-Nano 4

By: Yanz


------

Saat mencapai pagar, kulihat dua satpamku membukakan pagar dengan sigap dan juga membungkuk sopan. Aku menatap Munif yang duduk di sampingku, sepertinya dia rada gugup, "Santai aja sob, gak usah tegang gitu.." ucapku sambil meninju bahunya pelan. Dia melengkungkan bibir tipisnya. Hidung dan rahangnya yang tegas terlihat jelas dari samping.

Bakso Nano-Nano 5



Bakso Nano-Nano 5

by: yanz

-Dendy POV-

Baru sampai parkiran, memarkir motor aku dapat merasakan atmosfer yang mengganggu di sini.

Semua mata tertuju padaku dengan bisik-bisik tetangga kini mulai terdengar slalu di telinga, hingga menusuk di hatiku -_-

Bakso Nano-Nano 6



Bakso Nano-Nano 6

By: yanz

-Nathan POV-

Aku mondar-mandir di depan ruang IGD dengan perasaan yang sangat gelisah. Bagaimana jika Dendy tewas? Aku bisa merasa sangat bersalah. Karena dia mengorbankan dirinya kedinginan untukku. Dasar bodoh, aku tak habis pikir dia senekat itu, tak hanya homo tapi juga bodoh! Aargh..

Bakso Nano-Nano 7



Bakso Nano-Nano 7

by yanz

-Munif POV-

"Bang?"

Aku menatap datar panci kuah dan mengaduk-aduk perlahan, pikiranku berkecamuk akan perasaanku akhir-akhir ini.

"Bang!"

Bakso Nano-Nano 8



Bakso Nano-Nano 8

by: yanz


Kilas balik: di part sebelumnya Nathan nyaris memperkosa dendy tanpa perasaan, namun hal itu membuatnya merasa bersalah. Saat pikirannya kacau, berusaha mengalihkan perhatian dengan Munif, justru terjadi sweet moment yang membuat Nathan gelisah dan gugup. So.. Enjoy part 8

-Nathan POV-

Bakso Nano-Nano 9



Bakso Nano-Nano 9

by: yanz

Kilas balik: di part sebelumnya Nathan yang mulai luluh hatinya bermain di taman bersama dendy, kemudian pulang ke rumah. Kenakalan Dendy membuat Nathan lepas kendali dan melakukan sebuah kesalahan nikmat yang membuatnya kembali menyesal.

-Munif POV-

Bakso Nano-Nano 10



Bakso Nano-Nano 10

By: Yanz


(KILAS BALIK) di part sebelumnya, Nathan nyaris saja 'berhubungan' dan sudah melakukan 'suatu kemajuan' dalam hubungannya pada Dendy. Itu membuat Nathan sangat shock dan perang batin. Nathan belum siap menjadi gay, tapi tubuhnya berkata lain.

-Nathan POV-

Bakso Nano-Nano 11



Bakso Nano-Nano 11

By: yanz


KILAS BALIK: part sebelumnya nathan menerima kenyataan bahwa dirinya gay, berkat pencerahan dari mamanya. Maka dia mulai menjalani keduanya untuk mendapatkan pilihan salah satunya.

-Nathan POV-

Bakso Nano-Nano 12



Bakso Nano-Nano 12

By: yanz


KILAS BALIK: part sebelumnya nathan menerima kenyataan bahwa dirinya gay, berkat pencerahan dari mamanya. Maka dia mulai menjalani keduanya untuk mendapatkan pilihan salah satunya.


-Dendy POV-

Bakso Nano-Nano 13



Bakso Nano-Nano 13

By: yanz


KILAS BALIK: part sebelumnya dendy dan nathan sudah berbaikan karena menemukan fakta bahwa bagas dan anto lah yang selama ini menjahili dendy. Mereka ke rumah dendy namun sayang saat bermanja-manja nathan mengingat janjinya dengan seseorang dan harus meninggalkan dendy sementara.

-Nathan POV-

Bakso Nano-Nano 14



Bakso Nano-Nano 14

By: Yanz

KILAS BALIK: part sebelumnya nathan menolak munif untuk berhubungan dan menegaskan bahwa dia mencintai org lain.


-Nathan POV-

Teng nong...

Bakso Nano-Nano 15



Bakso Nano-Nano 15

By: yanz

-Dendy POV-

Aku termenung di taman sekolah, di bangku yang memanjang hanya duduk sendiri menatap orang-orang lalu lalang.

Bakso Nano-Nano 16



Bakso Nano-Nano 16

By: Yanz


-Dendy POV-

Aku mengusap wajah Nathan yang lembut. Dia manis sekali saat tertidur, terlihat seperti bocah tak berdosa. Aku mengecup lembut pipinya.

Bakso Nano-Nano 17



Bakso Nano-Nano 17

by: Yanz


-Nathan POV-

"Engh.." Dendy mulai menggerang kecil, jari-jarinya mulai bergerak. Saat dia bangun tidur, dia mulai menatapku dan tersentak, "Na-Nathan!" namun hanya sebentar keterkejutannya, seperti biasa dia hanya dia terdiam lemas.

Bakso Nano-Nano 18



Bakso Nano-Nano 18

by: Yanz


-Dendy POV-


Aku sempat senang beberapa hari lalu, semenjak kejadian bersama Heru di taman waktu itu Nathan melunak. Aku pikir hatinya sudah memafkanku, tapi kegilaannya masih belum berakhir. Im still his slave.

Bakso Nano-Nano 19



Bakso Nano-Nano 19

By: Yanz

-Dendy POV-

"Lu yakin masih mau nemuin Nathan?" tanya Bagas ragu. Kami berdiri di depan rumahnya.

"Iya, Gas... Aku mau kepastian dari dia.. Kalau memang dia masih ada hati denganku maka aku akan memaksanya berubah, tapi kalau dia benar-benar tak mencintaiku... Aku terpaksa menyerah.." kalimat terakhir membuat bibirku bergetar. Hatiku benar-benar berat. Tapi aku lelah, aku berhak mendapat kebahagiaan dari dia ataupun orang lain.

Bakso Nano-Nano 20



Bakso Nano-Nano 20

By: Yanz

-Munif POV-

Perasaanku sedikit gelisah akhir-akhir ini, Dendy susah sekali aku suruh pulang dalam beberapa minggu terakhir. Aku tak memaksanya menginap di tempatku tak apa dia di rumah Nathan, tapi paling tidak dia melihatku sejenak, namun susah sekali. Aku pasrah akan keputusannya, aku harap dia tau mana yang terbaik.

Bakso Nano-Nano 21



Bakso Nano-Nano 21

by: Yanz


---------

"Nif.. Tangan Dendy gerak.." ucap Linda sambil membangunkan Munif yang tertidur, Linda dan Munif lah yang merawat Dendy siang malam. Kadang bergantian walau Munif sangat sulit disuruh pulang. Dia hanya pulang untuk mandi dan mengganti pakaian.

Munif langsung meraih tangan Dendy, "Dek... Bisa dengar kaka?"

Bakso Nano-Nano 22 TAMAT



Bakso Nano-Nano 22 TAMAT

By: yanz


-Munif POV-

Beberapa orang menepuk bahuku, berusaha menabahkanku. Aku tersenyum getir mempersilahkan para pelayat yang akan pulang

Pemakaman Dendy baru saja dilaksanakan namun rumahku masih terlihat ramai dari tetangga maupun para sahabat yang membantu mengurusi acara pemakaman.

Mataku sudah kering, walaupun terlihat sembab. Aku masih mampu mengendalikan emosi sedihku di depan banyak orang dan bersikap normal dan bijak sebagai mestinya tuan rumah.