Cross and Love (CERPEN)
BY: Lian48
Hope you like it~
-Kris POV-
Tenggarong, Kalimantan Timur, 20 November 2011
Wawan masih betah memejamkan matanya meskipun jam dinding
sudah menunjukkan pukul 9 pagi, bahkan cahaya dari jendela saja sudah mulai
masuk ke dalam kamar kami dan menyinari wajah pemuda 18 tahun ini. Aku
memperhatikan detil wajah pemudaku ini, mulai ditumbuhi jerawat kemerahan, tapi
itu membuatnya lucu, bibir tipisnya yang terlihat segar dan bulu matanya yang
begitu tebal dan sampai saat ini masih belum memudarkan kekagumanku.
Aku memainkan jariku pada bulu matanya. Hal itu membuat
kelopak matanya bergerak, sepertinya ada tanda-tanda dia akan bangun dari mimpi
indahnya. Mata Wawan berkedip beberapa kali, dia hanya terdiam beberapa detik,
mungkin masih mengumpulkan nyawanya yang berserakan dimana-mana dan saat
kesadarannya pulih seutuhnya dia langsung mengalungkan tangannya pada leherku,
“Nakal kaka Kris nah..” rengeknya manja dan menciumi kupingku.
Aku hanya tersenyum tipis dan mengusap kepalanya pelan, dia
mulai bangkit, secara perlahan merangkak ke atas pahaku. “Mana susu hangatnya?”
tanya Wawan sambil memiringkan kepala.
Aku mengarahkan daguku pada dapur, “Bikin sendiri.” Jawabku
datar.
Wajahnya mendadak lesu, “Isssh... mau susu naaah. Kaka nih
nyebelin.” Rengeknya dengan nada manja, okay dia memang sedikit... eumm salah
dia sangat manja. Kadang menjengkelkan, bahkan cukup risih jika diajak ke
tempat umum, tapi dia menggemaskan. Aku memeluk gemas tubuh pemuda mungil ini
dan menciuminya dengan gemas.
“Cuma ada susu yang ini.” ucapku santai sambil menyingkap
kaosku. Wawan tersenyum lucu dan mulai menyerang dadaku, seperti kebiasaannya
selama ini. Syukurnya sudah pagi, aku
paling tersiksa jika hobinya ini diaplikasikan ketika menjelang tidur, terpaksa
bergadang sepanjang malam karena menahan horny.
Kami tinggal bersama tapi kami tidak berhubungan badan.
Cukup menyiksa memang, lelaki macam apa yang mampu menahan hasrat biologisnya
ketika selalu dekat dengan yang dicintai?
Mungkin lelaki pemuja cinta sepertiku. Aku menyukai cara
kami, cara mencintai yang berbeda, dimana kami akan duduk bersama di atas
kasur, menceritakan kegiatan masing-masing, memainkan pipinya sebelum tidur,
merasakan kehadirannya, bercumbu ringan dan mengendus aromanya.
“Bagaimana bisa orang sedingin kaka mendapatkan hatiku?”
tanya Wawan saat mendongak menatap wajahku. Aku mengangkat salah satu alisku
ketika mengingat kembali kejadian beberapa tahun lalu.
18 maret 2008
Terlambat bangun di hari interview kerja tidak ada dalam
planingku, sontak saja aku panik dan frustasi sampai menggosok gigi saja aku
lakukan di dalam mobil, aku gelabakan ketika membenarkan dasi dan juga
merapikan rambutku. Dari kejauhan aku lihat lampu lalu lintas berwarna hijau,
aku langsung memacu mobilku secepat mungkin namun sialnya ketika sudah sangat
dekat aku justru dihadapkan oleh lampu merah.
Alis tebalku bertautan, menggambarkan mimik yang tidak
ramah. Berkali-kali aku mengetuk setir mobil dengan gelisah,darahku
mendesir-desir panas dan mungkin sekarang mendidih ketika lampu berwarna hijau,
justru motor di depanku tidak juga bergerak. Aku klakson penuh emosi motor itu,
bisa saja aku menyalip dari samping ketika kendaraan lain mulai sepi. Tapi darahku
dibuat mendidih akan tingkah menyebalkannya, bukannya melaju dia justru turun
dari motornya, berdiri menghadap mobilku, berkecak pinggang kemudian memiringkan
kepala. Apa-apaan bocah ini!!!
Sontak aku turun dari mobilku, kemudian membanting pintu
mobil dengan kasar ketika keluar tapi wajahku langsung memanas saat bocah itu
mengangkat kaca helmnya. Imutnyaa! Aku terdiam kaku sambil meremas tangan, tapi
aku masih menatapnya tajam, “Ada apa dengan motormu?”
Remaja yang aku prediksikan masih SMP itu meremas tangannya
sambil menunduk, “Motorku mati kak...” jawabnya lesu. Aku terdiam sejenak
menatap motor bebeknya itu, kemudian mencoba starter memang tidak mau hidup,
lalu aku engkol cukup sekali langsung hidup.
“Sudah hidup...” jawabku. Bocah itu langsung tersenyum lebar
memamerkan lesung pipinya, dia genggam tanganku dengan sedikit berjingkrak, “Ah
kak! Makasih banyak ya...”
Tapi aku berdehem, “Wait, jangan lega dulu. Berapa umurmu?
Mana surat-suratmu?”
Wajah bocah itu langsung pucat dan panik akan tuntutanku,
“Eumm... anoo... itu....” dia malah berusaha kabur, namun aku merampas hape
yang ada di kantong celananya membuatnya mengurungkan niat untuk kabur, “Kaak
maafin aku, aku... aku gak lagi kok bawa motor! Iya aku tau aku dibawah umur,
belum boleh.. jangan laporin mama papa ya apalagi polisi.” Rengeknya sambil
berjingrak berusa merebut hapenya kembali.
Aku mengusap dagu, aku pencet beberapa tombol dan handphoneku
pun bergetar. Done... aku menghubungi nomer handphoneku dengan hapenya, aku pun
sudah dapatkan nomer handphonenya barulah aku serahkan handphonenya yaah
walaupun dengan ceramahan pedas sebelumnya.
Semenjak hari itu aku selalu menghubunginya, responnya cukup
positif, ternyata namanya Awang Gunawan atau biasa dipanggil Wawan. aku mulai memberanikan diri mengajaknya
berkencan di suatu malam minggu walau anehnya dia yang bersikeras ingin
menjemputku menggunakan motornya. Dan naas bagi kami ternyata motornya tidak
bisa bergerak ketika mencoba menaikin tanjakan tajam di JL.Pesut.
Aku yang duduk diboncengan (aku tidak bisa naik motor
eniwei) terpaksa turun dan motornya melaju dengan cepat setelah aku turun,
ngeeeh... seberat itu kah aku? Aku terpaksa berlari kencang menaiki gunung
untuk mengejar Wawan, aku tertinggal cukup jauh.
Sampai di puncak gunung aku ngos-ngosan luar biasa, wajahku
berkeringat dan aku menatap Wawan ketus. Dia malah cekikikan melihat aku yang
bengek nyaris mati seperti sekarang, “Kaka lucu banget nih mukanya hehe...
peace!” dia mengacungkan dua jari saat ingin aku jitak.
Wawan melirik kanan dan kiri, situasi cukup sepi dan gelap
tapi aku tidak menyangka apa yang aku dapatkan malam itu. Sebuah kecupan hangat
yang mendarat di pipiku, sang tersangka langsung tertunduk malu dan meremas
tangannya. Aku tidak menyangka perasaanku bisa terbalas secepat ini, aku mulai
meraih tangannya yang berkeringat dingin, aku letakkan pada dadaku yang
berdegup kencang.
Kutarik dagunya agar menatapku dan aku mengecup bibirnya
secara singkat.
Tidak ada pernyataan
cinta...
Tidak ada perjanjian
komitment...
Namun tatapan itu...
Gesture itu...
Telah menyatakan
bahwa kita bukan hanya sekedar teman...
25 november 2011
Aroma wewangian menyengat itu mulai membaui rumah kami,
wewangian arab pertanda Wawan sudah pulang. Sebenarnya aku kurang suka aromanya
tapi membuatku bisa mengingat jelas bahwa hari ini hari jumat. Wewangian yang
selalu Wawan gunakan ketika sholat jumat. Aku menoleh, melihat sosok itu kini
sama indahnya dengan malaikat, berwajah cerah, mengenakan baju koko, sarung
coklat dan juga peci hitam yang dibordir dengan benang emas di tengahnya. Wawan
langsung mencium tanganku, kebiasaan yang selalu dia laksanakan meskipun kami
berbeda keyakinan. “Kak Kris...” desisnya pelan sambil menggenggam tanganku.
Aku melepaskan peci-nya, meletakkan pada meja dan mengecup
keningnya dengan lembut, “Iya?”
“Khotbah tadi membahas kematian...” ucapnya dengan wajah
serius.
DEG!
Aku tidak mengerti, bagaimana bisa jantungku berdegup
gelisah seperti sekarang, “Aku jadi teringat kematian... bagaimana perasaan
kakak kalau aku sudah tidak ada?” tanyanya dengan mimik polos.
Aku menatapnya ketus, “Aku tidak suka topik ini.”
Wajahnya mendadak ceria dan memeluk tanganku dengan manja,
“Ahaha maaf... aku bicara apa sih. Ah ya kak, aku punya kado natal untuk
kakak!” dia menyodorkan kalung dengan salib yang cukup besar.
“Natal masih bulan depan dek...” aku mencubit hidung
pemudaku ini, dia terkekeh.
“Aku kan mau ngasihnya sekarang! siapa tau aku nanti gak
bisa ngasih..”
Aku mengerutkan dahi, “Kamu bicara apa sih! Dari tadi bikin
aku paranoid dan badmood!!!” bentakku kesal.
Wawan memundurkan langkahnya dengan mata yang berkaca-kaca,
aku jadi merasa tidak enak. Kutarik pinggangnya dengan lembut, memeluknya dan
membenamkan wajahku di dadanya (posisiku sedang duduk di kursi) “Jangan pernah
berbicara seperti itu, natal tanpamu akan berbeda. Dengar, kau akan tetap ada
di natal ini, natal berikutnya dan berikutnya.” Wawan tidak membalas, namun aku
bisa merasakan kecupan pada kepalaku.
“Kak, salib ini bisa dibuka loh dan di dalamnya ada sebuah
kertas yang aku tulis dua kalimat.” Aku langsung ingin membuka salib itu tapi
Wawan menahannya, “Jangan dibuka sekarang. Kak, buka tulisan itu ketika kita
bertengkar dan ingin berakhir, agar kakak bisa kembali tersadar bahwa ada satu
hati yang special untuk kakak.” Aku mengangguk mengerti dan mengecup pipi
hangat kemerahan itu, cintaku semakin mengembang hari ini.
26 November 2011
Saat terbangun hal pertama yang aku lakukan adalah meremas
kalung salib yang aku pakai, aku membenarkan dudukku dan entah apa yang
membuatku terdorong untuk berdoa pagi ini. Perasaan hari ini sedikit rumit dan
tidak bisa aku gambarkan kenapa. Aku lirik kasur di sampingku sudah kosong dan
bantalnya tertata rapi. Aku mencoba mencari sosok manis yang selalu sukses
membuat pedangku berdiri itu. Ternyata dia duduk manis di ruang tamu, menyusun
armor dan juga weaponnya ke dalam kotak. Dia seorang cosplayer yang biasa
beraksi di kota seberang, Samarinda. Aku dengar kota tetangga itu sering
mengadakan event jejepangan yang sangat Wawan gilai.
Aku selalu dukung kegiatannya selagi positif dan tidak
mengganggu sekolahnya. Aku peluk malaikat indahku itu dari belakang, “Kakak bau
ngapain peluk-peluk weeek...” ejeknya sambil menyikut pelan perutku.
Aku tidak memperdulikannya, aku hanya menyembunyikan
senyumku pada tengkuknya, menghirup aromanya yang sudah segar pagi ini,
perpaduan antara sabun dan juga minyak telon. Dia membuatku gemas saja.
“Dingin dek, enaknya kaya gini bergulat di kasur. Ini malah
asik selingkuh sama perkakas cosplay..” rajukku sambil menggigit kupingnya
pelan.
Dia membalikkan tubuhnya dan mencium hidungku, “Habisnya
kaka jelek sih, gantengan perkakasku wooo..”
Aku menaikkan satu keningku dan menggelitikinya, “Hmm apa?
Coba bilang sekali lagi!” ancamku.
“Hahaha ampun... ampun kaka jelek udahan naah..” Wawan
bergulung-gulung tak keruan karena kegelian menahan seranganku. Hingga akhirnya
dia berbaring dan aku menindihnya, hidung kami bersentuhan, aku memejamkan mata
ketika menggesekkan hidung kami dan mengecup bibirnya secara perlahan. Aku
mencintaimu, Wan. Sangat cinta. Walaupun lidahku cukup kaku mengucapkan kalimat
sesimple itu. Mungkin gengsi atau malu, perasaan yang sama ketika kalian tak
sanggup menyatakan cinta kepada orang tua kalian.
Sabtu dan minggu memang jadwal cuti kerjaku sebagai pegawai
bank sehingga memiliki cukup waktu bermanja dengan Wawan sepuasku, kemanjaan
hari ini mungkin sedikit kelewat batas dimana aku dan dia bergesekan sangat
intim yang membuatku mulai kehilangan kendali diri, “Dek, boleh ya? Ehem...”
ucapku memberi kode sambil meraba bokongnya.
Wawan memasang mimik panik, “Gak boleh! Nanti kalau aku
hamil emang kaka mau tanggung jawab? trus nikahnya pakai kepercayaan apa? Trus
kalau aku ngidamnya aneh-aneh kaka mau gitu penuhin semuanya? Aku kalau hamil
ga mau liat muka kaka ketus pokoknya! Hihi..”
“Mahut beneh awak ni...” sahutku dengan bahasa daerah kutai
yang artinya, ‘Lebay banget kamu..’ tapi Wawan hanya membalas dengan cekikikan
manjanya. Meskipun direspon dengan candaan, aku cukup mengerti jika dia belum
menginginkannya dan aku hargai itu.
“Andai aku bisa hamil beneran ya kak...” dia menuntun
tanganku untuk meraba perutnya. Merasa sedikit lucu aku nyaris tertawa, “Atau kita adopsi anak aja kak! Biar
keluarga kecil kita bisa sempurna! Hehe aku mau anak perempuan yang rambutnya
kriting, bisa diajak main. Jadi ketika kita bangun kita sudah diceriakan
malaikat baru kita... aaah... pokoknya besok kita harus punya anak ya!”
Aku mengusap rambutnya dengan lembut, “Apapun untukmu, tidak
bisa aku tolak my prince.” Aku mengecup tangan Wawan dengan gemas.
Dia memasukkan bantal ke dalam bajunya, “Sebelumnya, kita
akting aku hamil dulu kak, aku hamil tua nih manjain dooong!” rengeknya. Aku
harus membungkuk menciumi perutnya dengan gemas.
Mendadak hapeku berbunyi, ada bbm masuk dari temanku,
‘Jangan lupa ya reoni alumni SMA xx Tenggarong.. awas gak datang.” Aku langsung
menepuk jidatku, “Astaga, hampir aja lupa...” aku langsung bangkit bersiap-siap
ke acara tersebut.
Wawan menatapku bingung, “Loh loh kakak mau kemana? Bukannya
hari ini free ya seharian?”
“Maaf dek, baru ingat ada Reoni hari ini.” ucapku sambil
memilih pakaian di dalam lemari.
“Yaah kok gitu sih! Padahal aku mau temenin kakak ke
Samarinda loh, masa iya aku bawa kotak-kotak cosplay ini pake motor kak. Kan
susah...”
“Ya mau gimana lagi, aku sudah janji lama bakal hadirin
acara ini. Adek juga baru minta bantuannya sekarang.”
“Kaka juga udah janji lamaaaa banget mau liat aku perfom
cosplay tapi gak pernah datang datang juga... sekali aja gak pernah datang!”
ucap Wawan dengan nada tajam. Saat aku menoleh ternyata dia sudah menangis
dengan tinju yang mengepal.
Aku mencoba mendekat dan mengecup kepalanya, “Lain kali ya,
pasti kaka datang. Gini aja, kita berangkat pake mobil bareng, adek antar aku
ke tempat reoni terus bawa aja mobilnya ke Samarinda. Nanti aku pulangnya naik
taksi. Gimana?”
Wawan mendorongku kasar, “Lain kali, lain kali terus... gitu
aja terus... pikirin urusan pribadi aja terus. Akunya kapan coba diutamain.
Kaka egois ya.”
PLAK
Aku menamparnya. Emosiku terlepas kali ini, aku muak dengan
rengekan manjanya yang selalu ingin dinomer satukan, aku lelah dengan sikap
kekanakannya, aku lelah dengan semua ini dan aku tidak perduli lagi! “YA AKU
EGOIS! Terserah mau bilang apa... bukan urusanku.”
Wawan menarik ujung kemejaku, wajahnya tertunduk dan bisa
aku lihat lantai dibasahi oleh tetesan yang berasal dari wajahnya. “Kaka cinta
aku gak sih selama ini?”
Aku menatap dingin, “Pertanyaan bodoh macam apa itu?” ya itu
pertanyaan bodoh, sudah jelas kan selama ini aku mencintainya walau tidak
pernah aku ucapkan.
“Pertanyaan bodoh? Jadi menurut kakak cinta kita itu bodoh
hah! Kakak cinta aku gak!!!” bentaknya sambil mengangkat wajahnya yang kacau.
Aku tersenyum sinis, “Konyol...”
Wawan memukul dadaku, “Konyol? Jadi menurut kakak aku konyol?
Lalu apa kita selama ini? apa kak! Kaka anggap apa hubungan kita selama ini.”
What the hell... haruskah mempertanyakan hal yang tak perlu
dipertanyakan? “Gak ada...” jawabku dingin. Oh great Kriss! Kau sangat
tsundere!
Wawan ternganga, dia menatapku lama sekali. Entah amukan
macam apa lagi yang akan dia muntahkan. Namun prediksiku salah, dia justru
mengecek jam tangannya, “Sudah waktunya...” dia mengusap air matanya dengan
bahunya.
Wawan berjalan menggendong kotaknya namun dia berbalik
kepada aku yang berdiri kaku, itu membuatnya berjalan mendekatiku lagi. Aku
tidak menyangka dia meraih tanganku untuk dia salimi, air matanya kembali
meluncur meskipun dia memaksakan senyumnya, “Hehe... doakan perfom cosplayku
hari ini sukses ya..”
Aku hanya terdiam, diam dan diam hingga akhirnya dia lenyap
dari balik pintu itu. Aku jatuh berlutut, astaga apa aku salah? Tapi Wawan
memang keterlaluan kan? Kalian pun pasti akan muak memiliki uke yang segitunya.
Helo Kris? Mana cinta yang dulu? Apakah amarahmu telah
menelan mentah-mentah rasa cintamu? Aku bingung... kacau... sebenarnya aku
cukup terguncang akan jawaban bodohku tadi, apalagi Wawan...
Bagaimana bisa dia menaiki motor ke luar kota dengan air
mata yang terus mengalir?
Mendadak kalimat yang pernah dia ucapkan terngiang dalam
benakku, “Kak, buka tulisan itu ketika kita bertengkar dan ingin berakhir, agar
kakak bisa kembali tersadar bahwa ada satu hati yang special untuk kakak.” aku meremas salib yang aku kalungkan. Salib dimana
tertanam dua kalimat misterius dari Wawan. Perlahan-lahan aku buka dan membaca
kalimat yang ada pada kertas kecil itu, ‘Aku memang tidak sempurna. Tapi Wawan
punya cinta terhebat untuk Kris.’
Aku terpejam sambil meremas dadaku, kenapa terasa begitu sakit?
Astaga... aku telah melukai hati seseorang yang sangat berharga. Saat aku
berlari melangkah ke parkiran, mendadak aku mendadak broadcast keroyokan dari
bbm. ‘Jembatan Tenggarong Kutai kartanegara runtuh pada pukul 15:20 WITA, 26
November 2011.’
Sontak kakiku lemas seperti kehilangan tulang-tulangnya.
Jembatan Tenggarong runtuh? Itu kan Jembatan penghubung antara kota Tenggarong
ke kota Samarinda, dan Wawan pergi menuju sana dalam waktu yang berdekatan! Ya
Tuhan, rasanya rohku baru saja ditendang jauh beberapa meter dari ragaku, aku
terlalu terkejut.
Dengan tubuh yang bergetar hebat aku memaksakan diri untuk
mengendarai mobilku, aku melaju secepat mungkin. Ya Tuhan, aku baru saja
memukulnya, membentaknya, membuatnya menangis dan pergi dengan perasaan yang
kacau. Jika sampai terjadi apa-apa dengannya maka aku tidak akan bisa memaafkan
diriku sendiri.
Sialnya jalanan macet total ketika mendekati TKP. Aku
tinggalkan mobilku dan aku berlari membabi buta hingga sepatuku terpelanting
kesana kemari, hingga aku menabrak kerumunan manusia. Aspal yang basah pun
mulai aku pijaki karena reruntuhan jembatan membuat tumpahan air naik ke
daratan, begitu banyak manusia yang menonton bencana tersebut. Aku menutup
mulutku, merasakan kemirisan yang mendalam ketika melihat bangkai jembatan yang
porak poranda itu. Rasanya ingin aku menceburkan diri ke sana dan mencari
langsung keberadaan Wawan walaupun terhalangi oleh pihak keamanan.
Aku menatap sekitar, wajah-wajah kesedihan maupun ketakutan,
mereka yang juga harap-harap cemas akan kondisi keluarga mereka, isak tangis
yang menyayat dan aku benar-benar tertohok ketika suara ceria itu terngiang
dalam benakku, “kita adopsi anak aja kak! Biar keluarga kecil kita bisa
sempurna! Hehe aku mau anak perempuan yang rambutnya kriting, bisa diajak main.
Jadi ketika kita bangun kita sudah diceriakan malaikat baru kita... aaah...
pokoknya besok kita harus punya anak ya!”
Tuhan... suara itu masih terasa hangat dalam ingatanku,
rasanya aku tidak bisa menerima kenyataan jika Wawan pergi secepat ini. Dek
kamu tidak mungkin tega kan menghukumku sesakit ini? bukankah besok kita punya
planing indah tentang keluarga kecil kita... Jangan membuatku gila!
Kado natal lebih awal...
Mendadak menanyakan cinta setelah tiga tahun bersama...
Menanyakan perasaanku kalau dia pergi...
Dia memberikan begitu banyak petunjuk kan sebelum kepergian
ini, kenapa aku begitu bodoh hanya untuk menyadari kode yang Tuhan berikan...
Kenapa aku justru menyakitinya disaat terakhir!
Awang Gunawan, rumah kita tidak akan lagi terasa sama jika
tidak ada dia. Berbagai memori berputar di dalam pikiranku, ketika kita memasak
bersama, ketika mencuci mobilku bersama dimana kita bercanda dan basah ketika
saling siram... memasak lontong sayur ketika lebaran atau aku yang menggendongnya
di bahuku untuk mengangkat dia yang meletakkan bintang pada pohon natalku.
Astaga aku rindu moment-moment itu dan aku belum siap kehilangan semuanya.
Jembatan mulai dievakuasi, aku terus menunggu dan menunggu
kepastian hingga langit pun menjadi gelap. Mataku merah dan terasa panas,
kadang aku berpikir wanita sangat beruntung ketika sedih mereka bisa menangis
histeris sepuas mereka. Sedangkan aku hanya terdiam dengan luka yang meradang.
Ada masa dimana rasa sakit ini terlalu dalam...
Saking sakitnya, air mata pun tidak mampu keluar dengan
bebas...
Tubuhku terasa lemah karena lelah maupun tidak makan
seharian ini, entah kenapa aku putus asa akan harapanku, aku pun memutuskan
pulang, berjalan kaki di sepanjang macet dan menaiki taksi yang lewat.
Aku meletakkan daguku pada jendela taksi, lagi-lagi bayangan
wajah cerianya muncul dalam imajinasiku. Aku meremas wajahku, aku menggerang
pelan karena rasa sakit ini. aku benar-benar tidak siap jika harus kehilangan
secepat ini.
Wan, aku tidak perduli seberapa feminimnya, manjanya atau
merepotkannya dirimu, kau sudah jadi bagian dari hidupku. Beri aku kesempatan
sekali lagi maka aku tidak akan bertindak bodoh seperti tadi.
Setelah memasuki pagar rumahku, mataku membulat.
Mendapatkan squad jantung dua kali dalam sehari? Sepertinya
aku perlu ke dokter sekarang. Wawan tertidur di depan teras sambil memeluk
kotak cosplaynya!! “DEK!!!” teriakku heboh sambil memeluknya kencang.
“Aaaaakhh kaka aku kaget naah!!” rengeknya ketika terbangun.
Mataku masih panik, aku memutar-mutar tubuhnya, “Kau
baik-baik saja kan?”
Dia menggaruk kepalanya dan berwajah ngantuk, “Iya lah kak,
kaya yang kaka liat akunya baik aja. Kaka kemana aja sih kok jam 11 malam baru
pulang? Aku kenyamukan loh nungguin dari tadi sore.”
“Kamu gak jadi ke Samarinda? Kamu gak lewatin jembatan?”
Wawan cekikikan, “Aku ngerti nih apa yang terjadi. Jadi
gini, tadi sore aku on the way Samarinda, udah naik jembatan beberapa meter
tapi macet karena ada perbaikan anehnya tuh jembatan gak ditutup dan dibiarin
lewat. Waktu aku ngerasa jembatannya bergoyang ditiup angin udah gak enak
feelku, aku cek bensin juga udah mau habis, aku balik mau beli bensin eh
dompetnya ketinggalan, mau pulang eh kakaknya gak ada, pintunya dikunci pula,
gak jadi akunya mau cosplay. Sial banget kan? Tapi sial yang barokah, aku loh
gak jadi jatoh!”
Dengan cepat aku menciumi wajahnya dengan gemas, aku
menangis sejadi-jadinya sekarang, “Bodoh bodoh... kau tidak tau bagaimana
tersiksanya aku menunggu di jembatan? Aku merana akan kepergianmu! Kau malah
masih hidup!”
Wawan meninju perutku, “Jadi kaka mau aku mati nih!
Jahatnya!”
Aku tertawa di tengah isakanku, “Haha aku hanya merasa
konyol... Thanks God... you save him... Awang Gunawan, dengarkan ini baik-baik.
Aku menyesal atas ucapanku sore tadi, aku mencintaimu, sangat dan sangat mencintaimu,
kau bukan hanya kekasihku tapi bagian dari hidupku.”
“Kakak nyuri text drama siapa nih? Tumben bisa ngomong
panjang-panjang.”
Aku langsung menjitak bocah satu ini, dasar bodoh. Kau
sukses mengocok-ngocok perasaanku hari ini.
Aku genggam salib yang menjadi kalungku, dan juga
menggenggam tangan pemuda yang aku cintai. Aku tidak pernah sebahagia ini
sebelumnya.
Cross and Love
TAMAT
MARRY CRISTMASS!
NP: ide muncul ketika ada berita air asia hilang, alur mirip
burung kertas bang N.A.G, plot kalung ambil dr yes or no 2 dan kejadian tragedi
jembatan runtuh emang beneran terjadi.
Komentar dong komentar~
hubungi aku di:
Facebook: http:// m.facebook.com/ yanz.putra56
email: yanzlian48@gmai l.com
Facebook: http://
email: yanzlian48@gmai
Agen Slot Terpercaya
ReplyDeleteAgen Situs Terpercaya
88csn Menyedikan Permaianan Online
- Sportbook
- Live Casino
- Slot Game
- Poker
- Tembak Ikan
Segera Bergabung Dengan Kami :
Contact Kami:
WA : 081358840484
BBM : 88CSNMANTAP
Facebook : 88CSN
Agen Casino Terbaik
ReplyDeleteAgen Situs Terbaik
https://bit.ly/2ENk1VF
Yuk Gabung Bersama Kami Sekarang Dan Nikmati Berbagai Macam Bonus Menarik Lain Nya Seperti:
*Bonus New Member 120%
*Bonus New Member 50%
* Bonus New Member 30%
* Bonus New Member 20% Khusus Poker
* Bonus Referral
*Bonus Rollingan Casino Hingga 0.8%
*Bonus 5% setiap hari
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
WA : 081358840484
BBM : 88CSNMANTAP
Facebook : 88Csn
-www.jeruk88.com