Saturday, February 6, 2016

Balas Dendam dengan Cantik



Balas Dendam dengan Cantik (CERPEN ONESHOOT)

By: Yanz

-0-0-

“Wah pagi ini di meja lo ada paketan sarapan lagi nih. Chieee bikin iri aja lo Kris, punya penggemar segitu perhatiannya.” ucap Deny temannya Kris yang memiliki rambut jabrik, kadang suka pecicilan juga dan banyak omong sampai Adrian suka emosi dan ketekin leher cowok yang suka cengengesan itu.

Waktu Kris buka kotak bekal di atas mejanya, tersusun rapi sandwich dengan lengkungan senyum dan mata indah yang dibentuk dengan saos tomat. “Tiga potong nih, pas buat kita.” Ucap Kris sambil menyodorkan dua potong sandwich lainnya pada dua teman karibnya itu.


“Ummm enak.. pasti yang bikin cewek cantik yang berhati lembut dan penuh cinta...” ucap Adrian yang makan penuh penghayatan, matanya sampai merem melek begitu.

“Gue penasaran siapa ya orang yang ngasih makanan tiap pagi enak banget... kayanya bukan orang biasa. Hehe lo seneng ga Kris? Kalau ga seneng, buat gue aja deh hehe...” ucap Deny yang bikin kepalanya justru dijitak Adrian.

“Hedeeh...” jawab Kris jutek.

“Ngomong-ngomong gue kepo banget nih, udah dua minggu ini lo dapat makanan segar gini. Gimana kalau besok kita datang lebih pagi, kita tangkap basah si pelaku.” Saran Adrian dengan mata Antusias.

“SETUJU BANGET!” jawab Deny bersemangat.

Sedangkan Kris mengangkat komiknya menutupi muka seolah gak terlalu perduli, “Hmm whatever.”

Sebenarnya bukan sesuatu yang mengherankan sih kalau Kris punya penggemar rahasia, toh penggemar yang terang-terangan saja banyak. Maklum lah, bintang sekolah. Biasanya dimana pun kita sekolah yang namanya bintang pujaan itu selalu ada, biasanya diiringi type lain kaya type murid pintar disayangi guru, murid yang antara ada dan tiada karena saking gak nampangnya, murid nakal tukang bully sudah pasti ada, biasanya diiringi murid golongan terendah yaitu murid yang terbully.

Oh ya kembali pada Kris, layaknya bintang sekolah kebanyakan tentu saja dia punya modal besar. Dari fisik sudah pasti menarik, tinggi, langsing tapi atletis, kulitnya sih agak coklat walaupun wajahnya chinese maklum dia pemain bola, memegang posisi kiper yang gak bisa dijebol gawangnya. Kalau dia sudah main, cewek-cewek seantero sekolah dijamin bakal teriak-teriak, apalagi kalau dia kibas rambut basahnya yang keringatan itu cewek-cewek udah kaya kesurupan.

Walau begitu, citranya Kris gak begitu bagus. Dia masuk dalam kategori murid berandalan yang sering berkelahi dengan murid lain, suka ketus, cuek dan dingin sama penggemar, makanya jomblo akut. Kadang cewek-cewek segan juga sih buat dekatin dia karena takut kena semprot, kebanyakan jadi penggemar rame-rame atau penggemar rahasia buat menghindari resiko.

Yaah walaupun terkenal keras, sebenarnya Kris punya hati yang lembut. Contohnya saja sekarang, dia gak sengaja melihat anak baru dikerjai di koridor sekolah. Kris langsung keluar kelas, dia lihat ada segerombolan berandalan di kelas lain ketawa jahat melihat cowok tambun sedang berlari menggunakan empat kakinya kaya anjing, dia gigit tongkat di mulutnya, menyerahkan tongkat itu pada gerombolan tadi kemudian salah satu bosnya melempar lagi tongkatnya, “Buruan ambil pet!” si tambun lari-lari lagi dengan keringat berkucuran, telapak tangannya lecet-lecet karena ketekan kerikil ataupun benda keras di lantai koridor.

Melihat penindasan kaya gitu Kris gak tinggal diam, dia langsung lempar sepatunya ke arah mereka dan tepat mengenai si pentolan genk itu, “Heh lo!!! Nyari ribut lo!!” teriaknya nyolot, namanya Rizal dari kelas XII kebetulan Kris ini masih kelas XI tapi kurang ajarnya patut dicontoh #eh

Santai saja Kris membuka bungkus lolipop dan mengemut lolipop tadi, dia hentikan gerakan si tambun yang bernama Eza itu kemudian menepuk kedua telapak tangan Eza yang menurutnya kotor, Kris berbisik tajam, “Bego banget lo mau dijadikan binatang sama pecundang kaya mereka, lo manusia tau.”

Rizal and the genk langsung berjalan sok jagoan mendekati Kris, “Eh apa lo bilang!!! Kami pecundang! Lo itu junior yang selalu cari gara-gara ya...”

Kris memanjangkan lehernya dan menaikkan dagunya dengan angkuh, “Kalau iya kenapa? Pecundang kan yang beraninya nindas orang lemah pake keroyokan pula, ngerokok lagi sok-sokan jantan. Eh bencong di emperan sana juga banyak yang ngerokok!”

Waktu Rizal mau menerjang Kris, kawanannya langsung menangkap, “Udah Zal, jangan berurusan sama nih anak lagi. Ingat kan peringatan guru BK kalau sekali lagi berantem bakal dikeluarin, udah lebih tiga kali ngeladenin ni bocah...”

“Dan selalu berakhir dengan kemenangan gue hahaha...” Kris ketawa jahat.

Rizal makin geram, sebenarnya dia nyaris gak perduli sama dikeluarin tapi kalau ingat dia sudah kelas tiga dan mau lulus akhirnya terpaksa dia meredam perasaan amarahnya dan berlalu sambil acungin jari tengah pada Kris. Deny dan Adrian datang dengan gemuruh tawa, Kris juga gak kalah kencangnya ketawa, memang musuh kesumat itu Rizal and the genk makanya Kris puas banget lihat wajah kekalahannya.

Kris langsung menengok ke belakang waktu merasa ada yang menarik ujung bajunya, maklum berandalan bajunya gak dimasukin. “Ma-makasih...” ucap Eza dengan suara bergetar.

Kris menatap tajam, muka tembem nih cowok kucel banget  mungkin karena kecapean dibully, Kris reflek menepuk lembut pipi Eza, “No problem.”

Kemudian dia dan teman-temannya pergi begitu saja.

-0—0-

Seperti biasa, kalau pulang sekolah Kris bakal latihan bola bersama kawan setim-nya, jersey panjang sudah dia pakai bersama sarung tangan khusus kiper. Gak lengkap rasanya kalau gak ada sorakan dari para fans, beberasa siswi juga ada yang rajin memang menonton dulu sebelum pulang.

Sama rajinnya seperti Eza, si tembem ini diam-diam menonton di balik pohon yang  berada di belakang Kris, Eza sering senyum-senyum sendiri sambil meremas tangannya sampai yang lewat di koridor suka heran. Walaupun jam belajar sudah habis tapi siswa yang berdiam tetap banyak mungkin sekedar nongkrong atau mengikuti berbagai ekskul, biasa lah sekolah elit banyak ekskulnya apalagi pramuka sekarang wajib.

Eza merasa perutnya mulai keroncongan, dia ingat kalau dia bawa bekal tadi dengan segera membongkar bekal di dalam tasnya. Di dalamnya ada beberapa potong sandwich yang sama seperti yang dia berikan pada Kris tadi pagi, waktu mau menyuap mendadak bola menubruk pundaknya kotaknya jatuh di lantai walau gak berhamburan. Kris datang kan mau ambil bola, dia tatap santai aja si gendut, sampai Eza meraih kotak bekalnya gak sengaja Kris melirik gaya sandwich itu, dengan kurang ajarnya Kris mencomot sepotong, saat wajah Eza menegang Kris sukses mengunyah satu gigit roti isi itu, “Persis...” desis Kris datar.

Eza gemetaran dan berkeringat dingin, mampus ketahuan kan kalau dia anak baru yang langsung jatuh cinta pada Kris dan menunjukkan rasa cintanya melalui masakan. “Lo bikin sendiri?” tanya Kris datar, si gendut menunduk dalam dan auranya suram, ‘Hmmm mungkin gue nakutin nih bocah... coba ramah deh.’ Desis Kris dalam hati.

“Masakan-masakan lo selama ini enak, gue suka.” Kris senyum tipis seolah bikin jantung Eza melompat, dia Cuma bisa melotot gak percaya dengan muka memerah.

“I-iya ma-makasih...” Eza Cuma mengulum senyum sambil tertunduk.

‘Aaaaaah responnya positif!!! Jangan-jangan aku punya kesempatan besar? Ummm nyatain aja kali ya? Gelisah banget kalau dipendam lama-lama! Ayo Eza ungkapin aja!’ jerit Eza dalam hati.

Karena Kris ambil bolanya terlalu lama teman-teman yang lain justru datang di waktu yang gak tepat, si gendut ini memejamkan matanya sambil bertunduk dalam, “Aku cinta Kris. Ma-mau gak jadi pacarku?” pintanya dengan berani.

Yang lain terperangah melihat gak percaya, Roy si cowok homophobic langsung berteriak heboh, “WOI SI GENDUT MAHO NEMBAK KRIS!!! AYO LIAAAT!!!!”

Saat membuka mata Eza shock hebat, dia gak tau jadi tontonan banyak orang, yang lain langsung berlarian, mereka berbisik-bisik sinis sedangkan Eza matanya berkaca-kaca ketakutan, ‘Astaga aku dalam masalah dan menyeret Kris dalam masalah besar ini... bagaimana ini?!! Kris bisa membenciku.’ Ucap Eza dalam hati.

Kris melirik sekitar dengan seksama, ‘‘Yaelah cewek secantik gue aja gak bisa dapatin yayank Kris, apalagi cowok gendut jelek ini ahahaha...” ucap Gemini si cewek populer di sekolah dengan sombong.

‘‘Astaga si gendut ini berani banget ya nembak Kris, dia minta digebukin apa...” bisik Clara si kutu buku.

“Menyedihkan... sia-sia aja... ahaha..” Deny tertawa mengejek dan banyak lagi ejekan-ejekan lainnya yang membuat Kris panas. Kris tatap lekat Eza yang mulai menangis gemetaran.

‘Hmmm keliatan polos dan baik. Kayanya gak bakal jadi masalah, dia perlu pelindung kaya gue.’ Pikir Kris. Kris mulai menepuk pelan kepala Eza, dia sedikit membungkuk, dia lepaskan sarung tangan kipernya kemudian mengusap air mata di kedua pipi tembem yang putih kemerahan itu, dia tatap lekat mata innocent Eza, Kris tertarik. “Aku mau jadi pacarmu.”

“HAAAAAAH!!!” sontak seluruh orang yang di kerumunan berteriak kaget. Adrian sampai menarik bahu Kris kasar, “Apa-apaan sih lo bro!!”

“Lo gila? Iseng gak sampe segininya kali!” bentak Deny juga. Kedua sahabat Kris itu keliatan gak suka.

“Apa masalah kalian hah? Kalau lo pada temen gue, hargain keputusan gue..” ucap Kris tajam.

“Shit... males mikirin kaya ginian ayo latihan bola lagi!” ucap kapten berusaha merangkul yang lain menjauh. “Lo juga Kris, lanjutin latihan.”

Yang lain langsung bubar begitu Kris pelototin dengan tatapan membunuh, dia lirik Eza yang gugup kemudian, “Mulai besok mungkin hari lo bakal lebih berat, tapi gue bakal berusaha lindungin lo. Gak usah segan di dekat gue.” Kris meremas bahu Eza. Eza tersenyum lebar sambil mengangguk semangat.

Dan benar saja,  keesokan harinya mereka langsung jadi trending topic satu sekolahan bahkan ada yang jebret foto mereka berdua dan ditempelin di mading, gak hanya Eza yang dikucilkan tapi Kris juga, semakin banyak saja hater Kris. Tapi syukurnya dia cowok santai yang gak terlalu perduli sama gosip, kedua temannya yang sempat ngambek juga berhasil Kris bujukin kembali.

Tapi gak buat Eza, dia cukup down dan semakin terpojok, semakin dibully Rizal and the genk karena mereka sekelas. Eza gak mau lagi menemui Kris bukannya mau melindungi diri sendiri tapi dia gak enak dan gak tega bikin Kris terlibat lebih jauh sampai dipermalukan banyak orang.

Sampai-sampai Kris  merasa sangat bete karena ga ada paketan sarapan pagi ini, padahal kan hari pertama mereka jadian harusnya ada sarapan special. Kris sedikit khawatir, ‘Apa si gendut itu dalam masalah ya? Hah sial, gue malah kepikiran mulu kan.’

Karena Kris sudah komitment buat jagain Eza, setelah istirahat dia langsung datangin kelas Eza. Awalnya sih dia gak tau tapi dia kepoin banyak orang mumpung Eza lagi terkenal pasti gampang ketemunya, dan ya ternyata Eza lagi dalam kelas lagi di kerumunin Rizal and the genk, senyum Kris yang awalnya merekah berubah jadi tatapan tajam, “Heh lo apain pacar gue?” ucap Kris lantang. Mereka semua memandang Kris geli, sedangkan Eza merasa benar-benar berdebar di panggil pacar di depan umum. Bisa jadi pacar cowok terpopuler di sekolah apalagi di akuin di depan umum pasti rasanya kaya mimpi.

“Cuiih gak nyangka gue kalau lo maho ahaha selera lo jelek pula, keset lecek gini kok lo jadiin pacar!” maki Rizal, sedangkan Eza gak memperhatikan bunyi lain karena kuping mata dan hatinya penuh bunga-bunga.

“Lalala whatever, minggir lo, sampe pacar gue lecet dikit aja gue sunat lo pada..” ancam Kris sambil memainkan jarinya seperti gunting. Beberapa cewek yang lihat cekikikan. Pengen sih mereka murka tapi mereka pilih cara aman dengan ngejauh.

Kris duduk di samping Eza, Eza Cuma bisa nunduk dan jantungnya berdetak gak keruan waktu cium parfum manly Kris semerbak di indra penciumannya. “Kenapa lo gak ngasih gue bekal hari ini?”

“Ma-maaf.”

“Cuma maaf? Jelasin dong!”

Eza meremas-remas tangannya dengan gelisah, keringat sampai mengaliri pelipisnya, Kris yang lihat itu langsung usap keringat Eza dan bikin Eza seolah serangan jantung dan menjaga jarak saking gugupnya, “Ma-maaf sebaiknya kita jangan dekat-dekat lagi!”

“Apa? Lo mau mutusin gue nih? Belum juga 24 jam jadian.”

Eza menatap Kris dengan mata berkaca-kaca, yaah tentu aja dia gak rela sih kalau sampai putus, “Aku Cuma takut Kris dimusuhin. Cu-cukup aku. Aku udah biasa kok diginiin. Dimana pun aku berada aku pasti jadi korban bully, aku gapapa aku biasa. Tapi Kris... kamu kan bintang sekolah... aku gak mau bikin kamu dalam masalah.”

“Bego..” Kris menggetok pelan kening Eza, “Ini namanya lo gak memanfaatkan kesempatan. Gue sih cuek aja ya, gak terlalu perduli sama gosip. Gak ngusik gue... santai aja kali. Gak usah over thinking, kita jalanin aja sebaik mungkin.” Kris menggenggam jari-jari hangat Eza yang besar, Eza hanya bisa terdiam dengan wajah memerah.

-0-0-

Kris memanfaatkan prestasinya yang membanggakan nama sekolah itu buat reqques sama kepala sekolah, dia minta Eza dipindahkan ke kelas yang lebih adem. Dia gak sanggup bayangin kalau Rizal and the genk sampai bully Eza lagi ketika Kris di kelasnya. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama baik di sekolah maupun luar sekolah, omongan negative pun tenggelam dimakan waktu, orang-orang mulai terbiasa dan gak mau terlalu mengurusi hubungan Kris x Eza lagi ya walaupun sangat menyakiti hati cewek-cewek.

Beberapa kali Kris menginap di rumah Eza ketika lagi stress ataupun sebaliknya, biasanya Eza pasti insomnia kalau mereka sudah tidur satu kasur apalagi kulitnya bersentuhan sedangkan Kris santai saja karena ga ada rasa. Kris pakai acara mancing pula tidur Cuma pakai CD sedangkan celana dan bajunya dilepas, kalau dimarahin Eza supaya pakai pakaian pasti ngeles, ‘Gue gak bisa tidur kalau pakai baju, gak ploong..’

Semakin gelisahlah Eza kalau lihat belut abadi Kris yang mengeras di pagi hari, pasti tercetak jelas di balik CD tipisnya, sedangkan empunya badan Cuma ngorok dengan mulut terbuka. Sebenarnya Kris bukan homo makanya dia sesantai itu, perasaannya pada Eza juga hanya sebatas iba dan tertarik karena Eza kelihatan baik, masalah perbedaan orientasi seksual gak bikin dia jijik karena dia bukan manusia judgmental.

Tapi tentunya kalian pernah dengar kan istilah cinta karena terbiasa? Wow ini bahaya banget loh, kalau normal jangan main-main sama gay ya :p

Sesekali Kris merasa ada yang beda kalau mukanya berdekatan dengan si chubby ini, dia gak ngerti kenapa dadanya mendadak deg-degan melihat Eza tidur, terlihat lembut dan gak berdosa. Kris sampai khilaf menempelkan bibirnya sama pipi kenyal itu, matanya terpejam dan menikmati moment itu, ‘Petaka! Kok gue keenakan!’ bentak Kris dalam hati.

Dia buru-buru balikin badan walau kadang mata nakalnya masih iseng noleh-noleh. Dan tanpa bisa terkontrol, tangannya malah melingkar di pinggang Eza, wajahnya menempel dengan tengkuk Eza dan Eza Cuma bisa membatu karena dia sadar sama perlakuan Kris itu.

Hubungan mereka sih ngalir layaknya sepasang teman, Cuma beraktifitas bareng kaya bersepedaan yang sepedanya ada dua dudukan dan dua genjotan itu loh ah apa lah namanya. Kadang mereka jogging walau Eza suka bengek di tengah jalan dan diketawain Kris, Eza sih girang banget bisa liat Kris ketawa, terliat manis.

Terus mereka ngerjain tugas, kebetulan Eza kakak kelas Kris jadi Eza berperan penting buat ngajarin Kris, untung pinter.

Eza juga selalu setia mendampingi Kris setiap kali ada pertandingan bola atau pun latihan kaya sekarang. Dengan ngos-ngosan dan keringatan Kris mulai duduk selonjoran di samping Eza, dia tepuk perut bulat Eza, “Minum gue...”

Dengan senyuman hangat Eza ngasih minuman. Dia juga bantuin lap keringat Kris, kadang Kris iseng manja dengan menyendarkan kepalanya di bahu Eza, bikin Eza salah tingkah aja. Yang lain Cuma ngejek, “Deuuh yang lagi kasmaran, bikin orang iri aja...” ucap Adrian.

“Eh Dri lo iri? Sini sendaran sama gue...” tawar Denny.

Adrian Cuma memonyongkan bibir kesal, “Najis gue sama lo!” dan semuanya ketawa.

Kris mulai menarik kepalanya supaya tegak kembali, dia menatap Eza lekat, dia usap kepala Eza “Makasih ya, atas semua perhatiannya selama ini.” Sontak Eza salah tingkah dan panas dingin. Yaah walaupun cukup lama pacaran tapi Kris jarang berucap semanis ini.

“Ahaha Kris.. umm sudah seharusnya. Karena aku kan sayang kamu...”

Kris menggenggam tangan Eza sambil menatap lekat, “Aku juga menyayangimu.” Rasanya waktu mendadak berhenti, semua orang lenyap dari sekitar, seolah bunga sakura berhamburan dengan indah ke tanah.

Sayang harus dipotong sama teriakan kapten, “Ayo ayo lanjut, istirahat selesai...”

Tapi Kris bandel masih delendotan sama Eza, “Duluan aja, gue masih capek...”

Rasa nyaman itu sangat berbahaya. Kenapa? Karena bikin orang bisa buta. Kris bahkan gak perduli bagaimana bentuk Eza, apa gendernya,  apapun citra Eza atau kadang sikap Eza yang kemayu dan juga cupu. Yang kris tau dia nyaman dan bahagia sama cowok tambun itu, dia gak pernah rasain sebahagia ini sebelumnya. Maklum dia kan ga pernah pacaran sebelumnya.

Kris menepuk kaki besar Eza perlahan, “Coba ikutan main bola. Biar sehat...” bujuk Kris.

Eza menggeleng, “Kayanya gak mungkin deh, nafasku gak sanggup. Kamu tau kan badan aku kaya gini. Jalan aja ngos-ngosan.”

“Dilatih dong pelan-pelan mulai sekarang..” Kris tersenyum manis pada Eza dan menciumi gemas tangan pacarnya itu. Si sangar ini memang manja kalau sama orang yang dia sayang.

Mendadak ada yang nyambungin ucapan mereka, yaitu Joseph salah satu anggota tim sepak bolanya, “Yaelah badan gempal gitu mau main bola ahaha...”

Wajah Kris langsung masam, “Lo jangan rendahin pacar gue gitu dong...”

Joseph mengangkat bajunya memperlihatkan perut sexy-nya, “Kalau punya badan kaya gue ini baru bisa disebut pemain bola.”

Kris semakin geram sambil meremas tangannya, “Sombong juga lo yah, eh asal lo tau kalau Eza kurus entar jauh lebih keren dari pada lo atau bahkan gue bisa kalah keren.”

Eza menatap lekat wajah serius Kris, ada kesungguhan disana seolah dia mengharuskan Eza buat kurus. Eza menggenggam tangan Kris supaya gak emosi, Kris pun kembali senyum sambil cubitin pipi Eza. “Aku lanjutin ya mainnya.”

Eza menahan tangan Kris, “Kamu bener-bener pengen aku kurus ya biar bisa keren seperti yang kamu bilang.”

Kris terdiam sesaat kemudian dia tepuk gemas paha Eza, “Itu Cuma celotehan aku yang lagi emosi doang. Kamu yang kaya gini juga udah bikin aku cinta setengah mati. Gak usah dipikirin ya... maaf bikin kamu baper.” Kris mengusap lembut kepala Eza.

“Woi Kris buruan latian! Pacaran mulu lo!!” teriak kapten. Kris hanya ketawa-ketawa ceria, walaupun jadinya lebih teledor tapi teman-teman Kris senang dengan kehadiran Eza Kris bisa jauh lebih ceria dan menyenangkan dari pada dulu. Cinta kadang bisa membawa efek buruk, namun juga bisa membawa efek baik.

Tapi Eza masih kepikiran dengan ucapan Kris tadi, dia merasa gak enak hati. “Mungkin Kris mencintai aku yang sekarang, tapi aku mau jadi lebih baik supaya bisa ‘menampar’ orang-orang yang pernah membully Kris dan aku... Sabar Kris, aku bakal jadi kekasih yang bisa kamu banggakan.”

-Tujuh tahun kemudian-

“Gile lo berdua bro! Saking kompaknya nikah aja barengan ya!” ucap Kris girang saat menyalami Deny, Adrian dan istri mereka. Dalam satu pelaminan ada dua pasangan.

“Supaya hemat dong bro hehe kami berdua kan jadi bisa bikin pesta resepsi super meriah dengan patungan nyewa gedung hehe..” jawab Denny, istrinya Cuma senyum-senyum.

Adrian menatap orang yang berdiri di samping Kris, “Eza? Ini si EZA?” tanya Adrian shock.

“Kok berubah banget ya!” ucap Denny juga.

Kris menjitak kedua sahabatnya itu, “Yaelah lo berdua kemana aja? Gak punya TV di rumah? Masa Eza bolak balik di layar TV lo pada gak liat? Kami berdua ini pemain sepang bola profesional berooh apalagi Eza nih banyak banget tawaran iklan, apalah gue yang hitam legam bagaikan arang ini gak laku di iklan huuhhu.” Eza hanya tertawa kecil sambil memukul pelan lengan Kris.

“Pemain bola kok bening gini?” tanya istri Adrian.

“Dia sih perawatannya maksimal menghabiskan setengah gajihnya katanya biar cinta gue gak pernah luntur. Bener-bener istri sholehah..” waktu Kris khilaf mau cium Eza depan umum, Eza tepuk bibir Kris yang lain pada ketawa.

“Yaudah lu berdua buruan turun, tuh antrian yang mau salaman sama kami jadi puanjaang kan...” protes Denny.

“Jahat lo... gitu lo sekarang, gak kangen ya lo sama gue...” ucap Kris sok ngambek. Eza hanya terkekeh sambil menepuk-nepuk punggung Kris supaya jalan.

“Nanti ada waktunya kok kita ngobrol panjang lebar, wokeh.. bye..” ucap Adrian akhirnya.

Mereka pun mulai berjalan ke deretan makanan disana, di meja kondangan ada banyak wajah-wajah familiar. Banyak teman SMA mereka yang datang, berasa reoni saja. Semua banyak berubah, yang dulunya cupu jadi eksekutif keren, yang dulunya ganteng jadi pengusaha gendut, beberapa tambah cantik dengan dandanan ala ibu pejabat, semuanya seolah jungkir balik apalagi ketika melihat Joseph, Roy dan Rizal mengenakan pakaian pelayan saat mereka memberesi piring kotor, Kris sampai mengerutkan kening keheranan. Dia menggenggam tangan Eza, “Nah sayang, makanya kita hidup jangan sombong dan jahat sama orang, roda kehidupan itu berputar. Kalau kaya gini kan mereka malu sendiri.”

Eza hanya mengangguk sambil tersenyum manis, “Makasih ya mau bertahan, mau memulai dari enol, rela dibully demi pertahanin aku, aku bener-bener balas budi sama kamu. Makanya aku berusaha jadi sexy dan cakep buat balas budi karena ketulusan kamu dulu sudah mau terima aku apa adanya. Sekarang kita bisa balas dendam kepada mereka dengan cara yang cantik...”

Kris merasa gemes dan cubitin hidung Eza. And they are happy ever after...

Kadang orang gendut itu seperti berlian di dalam lumpur, kita akan tau kerlipan indahnya ketika mereka berhasil langsing.

TAMAT


No comments:

Post a Comment