Balas Dendam dengan Cantik (CERPEN ONESHOOT)
By: Yanz
-0-0-
“Wah pagi ini di meja lo ada paketan sarapan lagi nih.
Chieee bikin iri aja lo Kris, punya penggemar segitu perhatiannya.” ucap Deny
temannya Kris yang memiliki rambut jabrik, kadang suka pecicilan juga dan
banyak omong sampai Adrian suka emosi dan ketekin leher cowok yang suka
cengengesan itu.
Waktu Kris buka kotak bekal di atas mejanya, tersusun rapi
sandwich dengan lengkungan senyum dan mata indah yang dibentuk dengan saos
tomat. “Tiga potong nih, pas buat kita.” Ucap Kris sambil menyodorkan dua
potong sandwich lainnya pada dua teman karibnya itu.
“Ummm enak.. pasti yang bikin cewek cantik yang berhati
lembut dan penuh cinta...” ucap Adrian yang makan penuh penghayatan, matanya
sampai merem melek begitu.
“Gue penasaran siapa ya orang yang ngasih makanan tiap pagi
enak banget... kayanya bukan orang biasa. Hehe lo seneng ga Kris? Kalau ga
seneng, buat gue aja deh hehe...” ucap Deny yang bikin kepalanya justru dijitak
Adrian.
“Hedeeh...” jawab Kris jutek.
“Ngomong-ngomong gue kepo banget nih, udah dua minggu ini lo
dapat makanan segar gini. Gimana kalau besok kita datang lebih pagi, kita
tangkap basah si pelaku.” Saran Adrian dengan mata Antusias.
“SETUJU BANGET!” jawab Deny bersemangat.
Sedangkan Kris mengangkat komiknya menutupi muka seolah gak
terlalu perduli, “Hmm whatever.”
Sebenarnya bukan sesuatu yang mengherankan sih kalau Kris
punya penggemar rahasia, toh penggemar yang terang-terangan saja banyak. Maklum
lah, bintang sekolah. Biasanya dimana pun kita sekolah yang namanya bintang
pujaan itu selalu ada, biasanya diiringi type lain kaya type murid pintar
disayangi guru, murid yang antara ada dan tiada karena saking gak nampangnya,
murid nakal tukang bully sudah pasti ada, biasanya diiringi murid golongan
terendah yaitu murid yang terbully.
Oh ya kembali pada Kris, layaknya bintang sekolah kebanyakan
tentu saja dia punya modal besar. Dari fisik sudah pasti menarik, tinggi,
langsing tapi atletis, kulitnya sih agak coklat walaupun wajahnya chinese
maklum dia pemain bola, memegang posisi kiper yang gak bisa dijebol gawangnya.
Kalau dia sudah main, cewek-cewek seantero sekolah dijamin bakal teriak-teriak,
apalagi kalau dia kibas rambut basahnya yang keringatan itu cewek-cewek udah kaya
kesurupan.
Walau begitu, citranya Kris gak begitu bagus. Dia masuk
dalam kategori murid berandalan yang sering berkelahi dengan murid lain, suka
ketus, cuek dan dingin sama penggemar, makanya jomblo akut. Kadang cewek-cewek
segan juga sih buat dekatin dia karena takut kena semprot, kebanyakan jadi
penggemar rame-rame atau penggemar rahasia buat menghindari resiko.
Yaah walaupun terkenal keras, sebenarnya Kris punya hati
yang lembut. Contohnya saja sekarang, dia gak sengaja melihat anak baru
dikerjai di koridor sekolah. Kris langsung keluar kelas, dia lihat ada
segerombolan berandalan di kelas lain ketawa jahat melihat cowok tambun sedang
berlari menggunakan empat kakinya kaya anjing, dia gigit tongkat di mulutnya,
menyerahkan tongkat itu pada gerombolan tadi kemudian salah satu bosnya
melempar lagi tongkatnya, “Buruan ambil pet!” si tambun lari-lari lagi dengan
keringat berkucuran, telapak tangannya lecet-lecet karena ketekan kerikil
ataupun benda keras di lantai koridor.
Melihat penindasan kaya gitu Kris gak tinggal diam, dia
langsung lempar sepatunya ke arah mereka dan tepat mengenai si pentolan genk
itu, “Heh lo!!! Nyari ribut lo!!” teriaknya nyolot, namanya Rizal dari kelas
XII kebetulan Kris ini masih kelas XI tapi kurang ajarnya patut dicontoh #eh
Santai saja Kris membuka bungkus lolipop dan mengemut
lolipop tadi, dia hentikan gerakan si tambun yang bernama Eza itu kemudian
menepuk kedua telapak tangan Eza yang menurutnya kotor, Kris berbisik tajam,
“Bego banget lo mau dijadikan binatang sama pecundang kaya mereka, lo manusia
tau.”
Rizal and the genk langsung berjalan sok jagoan mendekati
Kris, “Eh apa lo bilang!!! Kami pecundang! Lo itu junior yang selalu cari
gara-gara ya...”
Kris memanjangkan lehernya dan menaikkan dagunya dengan
angkuh, “Kalau iya kenapa? Pecundang kan yang beraninya nindas orang lemah pake
keroyokan pula, ngerokok lagi sok-sokan jantan. Eh bencong di emperan sana juga
banyak yang ngerokok!”
Waktu Rizal mau menerjang Kris, kawanannya langsung
menangkap, “Udah Zal, jangan berurusan sama nih anak lagi. Ingat kan peringatan
guru BK kalau sekali lagi berantem bakal dikeluarin, udah lebih tiga kali
ngeladenin ni bocah...”
“Dan selalu berakhir dengan kemenangan gue hahaha...” Kris
ketawa jahat.
Rizal makin geram, sebenarnya dia nyaris gak perduli sama
dikeluarin tapi kalau ingat dia sudah kelas tiga dan mau lulus akhirnya
terpaksa dia meredam perasaan amarahnya dan berlalu sambil acungin jari tengah
pada Kris. Deny dan Adrian datang dengan gemuruh tawa, Kris juga gak kalah
kencangnya ketawa, memang musuh kesumat itu Rizal and the genk makanya Kris
puas banget lihat wajah kekalahannya.
Kris langsung menengok ke belakang waktu merasa ada yang
menarik ujung bajunya, maklum berandalan bajunya gak dimasukin. “Ma-makasih...”
ucap Eza dengan suara bergetar.
Kris menatap tajam, muka tembem nih cowok kucel banget mungkin karena kecapean dibully, Kris reflek
menepuk lembut pipi Eza, “No problem.”
Kemudian dia dan teman-temannya pergi begitu saja.
-0—0-
Seperti biasa, kalau pulang sekolah Kris bakal latihan bola
bersama kawan setim-nya, jersey panjang sudah dia pakai bersama sarung tangan
khusus kiper. Gak lengkap rasanya kalau gak ada sorakan dari para fans,
beberasa siswi juga ada yang rajin memang menonton dulu sebelum pulang.
Sama rajinnya seperti Eza, si tembem ini diam-diam menonton
di balik pohon yang berada di belakang
Kris, Eza sering senyum-senyum sendiri sambil meremas tangannya sampai yang
lewat di koridor suka heran. Walaupun jam belajar sudah habis tapi siswa yang
berdiam tetap banyak mungkin sekedar nongkrong atau mengikuti berbagai ekskul,
biasa lah sekolah elit banyak ekskulnya apalagi pramuka sekarang wajib.
Eza merasa perutnya mulai keroncongan, dia ingat kalau dia
bawa bekal tadi dengan segera membongkar bekal di dalam tasnya. Di dalamnya ada
beberapa potong sandwich yang sama seperti yang dia berikan pada Kris tadi
pagi, waktu mau menyuap mendadak bola menubruk pundaknya kotaknya jatuh di
lantai walau gak berhamburan. Kris datang kan mau ambil bola, dia tatap santai
aja si gendut, sampai Eza meraih kotak bekalnya gak sengaja Kris melirik gaya
sandwich itu, dengan kurang ajarnya Kris mencomot sepotong, saat wajah Eza
menegang Kris sukses mengunyah satu gigit roti isi itu, “Persis...” desis Kris
datar.
Eza gemetaran dan berkeringat dingin, mampus ketahuan kan
kalau dia anak baru yang langsung jatuh cinta pada Kris dan menunjukkan rasa
cintanya melalui masakan. “Lo bikin sendiri?” tanya Kris datar, si gendut
menunduk dalam dan auranya suram, ‘Hmmm mungkin gue nakutin nih bocah... coba
ramah deh.’ Desis Kris dalam hati.
“Masakan-masakan lo selama ini enak, gue suka.” Kris senyum
tipis seolah bikin jantung Eza melompat, dia Cuma bisa melotot gak percaya
dengan muka memerah.
“I-iya ma-makasih...” Eza Cuma mengulum senyum sambil
tertunduk.
‘Aaaaaah responnya positif!!! Jangan-jangan aku punya
kesempatan besar? Ummm nyatain aja kali ya? Gelisah banget kalau dipendam
lama-lama! Ayo Eza ungkapin aja!’ jerit Eza dalam hati.
Karena Kris ambil bolanya terlalu lama teman-teman yang lain
justru datang di waktu yang gak tepat, si gendut ini memejamkan matanya sambil
bertunduk dalam, “Aku cinta Kris. Ma-mau gak jadi pacarku?” pintanya dengan
berani.
Yang lain terperangah melihat gak percaya, Roy si cowok
homophobic langsung berteriak heboh, “WOI SI GENDUT MAHO NEMBAK KRIS!!! AYO
LIAAAT!!!!”
Saat membuka mata Eza shock hebat, dia gak tau jadi tontonan
banyak orang, yang lain langsung berlarian, mereka berbisik-bisik sinis
sedangkan Eza matanya berkaca-kaca ketakutan, ‘Astaga aku dalam masalah dan
menyeret Kris dalam masalah besar ini... bagaimana ini?!! Kris bisa
membenciku.’ Ucap Eza dalam hati.
Kris melirik sekitar dengan seksama, ‘‘Yaelah cewek secantik
gue aja gak bisa dapatin yayank Kris, apalagi cowok gendut jelek ini ahahaha...”
ucap Gemini si cewek populer di sekolah dengan sombong.
‘‘Astaga si gendut ini berani banget ya nembak Kris, dia
minta digebukin apa...” bisik Clara si kutu buku.
“Menyedihkan... sia-sia aja... ahaha..” Deny tertawa
mengejek dan banyak lagi ejekan-ejekan lainnya yang membuat Kris panas. Kris
tatap lekat Eza yang mulai menangis gemetaran.
‘Hmmm keliatan polos dan baik. Kayanya gak bakal jadi
masalah, dia perlu pelindung kaya gue.’ Pikir Kris. Kris mulai menepuk pelan
kepala Eza, dia sedikit membungkuk, dia lepaskan sarung tangan kipernya
kemudian mengusap air mata di kedua pipi tembem yang putih kemerahan itu, dia
tatap lekat mata innocent Eza, Kris tertarik. “Aku mau jadi pacarmu.”
“HAAAAAAH!!!” sontak seluruh orang yang di kerumunan
berteriak kaget. Adrian sampai menarik bahu Kris kasar, “Apa-apaan sih lo
bro!!”
“Lo gila? Iseng gak sampe segininya kali!” bentak Deny juga.
Kedua sahabat Kris itu keliatan gak suka.
“Apa masalah kalian hah? Kalau lo pada temen gue, hargain
keputusan gue..” ucap Kris tajam.
“Shit... males mikirin kaya ginian ayo latihan bola lagi!”
ucap kapten berusaha merangkul yang lain menjauh. “Lo juga Kris, lanjutin
latihan.”
Yang lain langsung bubar begitu Kris pelototin dengan
tatapan membunuh, dia lirik Eza yang gugup kemudian, “Mulai besok mungkin hari
lo bakal lebih berat, tapi gue bakal berusaha lindungin lo. Gak usah segan di
dekat gue.” Kris meremas bahu Eza. Eza tersenyum lebar sambil mengangguk
semangat.
Dan benar saja,
keesokan harinya mereka langsung jadi trending topic satu sekolahan
bahkan ada yang jebret foto mereka berdua dan ditempelin di mading, gak hanya
Eza yang dikucilkan tapi Kris juga, semakin banyak saja hater Kris. Tapi
syukurnya dia cowok santai yang gak terlalu perduli sama gosip, kedua temannya
yang sempat ngambek juga berhasil Kris bujukin kembali.
Tapi gak buat Eza, dia cukup down dan semakin terpojok,
semakin dibully Rizal and the genk karena mereka sekelas. Eza gak mau lagi
menemui Kris bukannya mau melindungi diri sendiri tapi dia gak enak dan gak
tega bikin Kris terlibat lebih jauh sampai dipermalukan banyak orang.
Sampai-sampai Kris
merasa sangat bete karena ga ada paketan sarapan pagi ini, padahal kan
hari pertama mereka jadian harusnya ada sarapan special. Kris sedikit khawatir,
‘Apa si gendut itu dalam masalah ya? Hah sial, gue malah kepikiran mulu kan.’
Karena Kris sudah komitment buat jagain Eza, setelah
istirahat dia langsung datangin kelas Eza. Awalnya sih dia gak tau tapi dia
kepoin banyak orang mumpung Eza lagi terkenal pasti gampang ketemunya, dan ya
ternyata Eza lagi dalam kelas lagi di kerumunin Rizal and the genk, senyum Kris
yang awalnya merekah berubah jadi tatapan tajam, “Heh lo apain pacar gue?” ucap
Kris lantang. Mereka semua memandang Kris geli, sedangkan Eza merasa
benar-benar berdebar di panggil pacar di depan umum. Bisa jadi pacar cowok
terpopuler di sekolah apalagi di akuin di depan umum pasti rasanya kaya mimpi.
“Cuiih gak nyangka gue kalau lo maho ahaha selera lo jelek
pula, keset lecek gini kok lo jadiin pacar!” maki Rizal, sedangkan Eza gak
memperhatikan bunyi lain karena kuping mata dan hatinya penuh bunga-bunga.
“Lalala whatever, minggir lo, sampe pacar gue lecet dikit
aja gue sunat lo pada..” ancam Kris sambil memainkan jarinya seperti gunting.
Beberapa cewek yang lihat cekikikan. Pengen sih mereka murka tapi mereka pilih
cara aman dengan ngejauh.
Kris duduk di samping Eza, Eza Cuma bisa nunduk dan
jantungnya berdetak gak keruan waktu cium parfum manly Kris semerbak di indra
penciumannya. “Kenapa lo gak ngasih gue bekal hari ini?”
“Ma-maaf.”
“Cuma maaf? Jelasin dong!”
Eza meremas-remas tangannya dengan gelisah, keringat sampai
mengaliri pelipisnya, Kris yang lihat itu langsung usap keringat Eza dan bikin
Eza seolah serangan jantung dan menjaga jarak saking gugupnya, “Ma-maaf
sebaiknya kita jangan dekat-dekat lagi!”
“Apa? Lo mau mutusin gue nih? Belum juga 24 jam jadian.”
Eza menatap Kris dengan mata berkaca-kaca, yaah tentu aja
dia gak rela sih kalau sampai putus, “Aku Cuma takut Kris dimusuhin. Cu-cukup
aku. Aku udah biasa kok diginiin. Dimana pun aku berada aku pasti jadi korban
bully, aku gapapa aku biasa. Tapi Kris... kamu kan bintang sekolah... aku gak
mau bikin kamu dalam masalah.”
“Bego..” Kris menggetok pelan kening Eza, “Ini namanya lo
gak memanfaatkan kesempatan. Gue sih cuek aja ya, gak terlalu perduli sama
gosip. Gak ngusik gue... santai aja kali. Gak usah over thinking, kita jalanin
aja sebaik mungkin.” Kris menggenggam jari-jari hangat Eza yang besar, Eza
hanya bisa terdiam dengan wajah memerah.
-0-0-
Kris memanfaatkan prestasinya yang membanggakan nama sekolah
itu buat reqques sama kepala sekolah, dia minta Eza dipindahkan ke kelas yang lebih
adem. Dia gak sanggup bayangin kalau Rizal and the genk sampai bully Eza lagi
ketika Kris di kelasnya. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama baik di
sekolah maupun luar sekolah, omongan negative pun tenggelam dimakan waktu,
orang-orang mulai terbiasa dan gak mau terlalu mengurusi hubungan Kris x Eza
lagi ya walaupun sangat menyakiti hati cewek-cewek.
Beberapa kali Kris menginap di rumah Eza ketika lagi stress
ataupun sebaliknya, biasanya Eza pasti insomnia kalau mereka sudah tidur satu
kasur apalagi kulitnya bersentuhan sedangkan Kris santai saja karena ga ada
rasa. Kris pakai acara mancing pula tidur Cuma pakai CD sedangkan celana dan
bajunya dilepas, kalau dimarahin Eza supaya pakai pakaian pasti ngeles, ‘Gue
gak bisa tidur kalau pakai baju, gak ploong..’
Semakin gelisahlah Eza kalau lihat belut abadi Kris yang
mengeras di pagi hari, pasti tercetak jelas di balik CD tipisnya, sedangkan
empunya badan Cuma ngorok dengan mulut terbuka. Sebenarnya Kris bukan homo
makanya dia sesantai itu, perasaannya pada Eza juga hanya sebatas iba dan
tertarik karena Eza kelihatan baik, masalah perbedaan orientasi seksual gak
bikin dia jijik karena dia bukan manusia judgmental.
Tapi tentunya kalian pernah dengar kan istilah cinta karena
terbiasa? Wow ini bahaya banget loh, kalau normal jangan main-main sama gay ya
:p
Sesekali Kris merasa ada yang beda kalau mukanya berdekatan
dengan si chubby ini, dia gak ngerti kenapa dadanya mendadak deg-degan melihat
Eza tidur, terlihat lembut dan gak berdosa. Kris sampai khilaf menempelkan
bibirnya sama pipi kenyal itu, matanya terpejam dan menikmati moment itu,
‘Petaka! Kok gue keenakan!’ bentak Kris dalam hati.
Dia buru-buru balikin badan walau kadang mata nakalnya masih
iseng noleh-noleh. Dan tanpa bisa terkontrol, tangannya malah melingkar di
pinggang Eza, wajahnya menempel dengan tengkuk Eza dan Eza Cuma bisa membatu
karena dia sadar sama perlakuan Kris itu.
Hubungan mereka sih ngalir layaknya sepasang teman, Cuma
beraktifitas bareng kaya bersepedaan yang sepedanya ada dua dudukan dan dua
genjotan itu loh ah apa lah namanya. Kadang mereka jogging walau Eza suka
bengek di tengah jalan dan diketawain Kris, Eza sih girang banget bisa liat
Kris ketawa, terliat manis.
Terus mereka ngerjain tugas, kebetulan Eza kakak kelas Kris
jadi Eza berperan penting buat ngajarin Kris, untung pinter.
Eza juga selalu setia mendampingi Kris setiap kali ada
pertandingan bola atau pun latihan kaya sekarang. Dengan ngos-ngosan dan
keringatan Kris mulai duduk selonjoran di samping Eza, dia tepuk perut bulat
Eza, “Minum gue...”
Dengan senyuman hangat Eza ngasih minuman. Dia juga bantuin
lap keringat Kris, kadang Kris iseng manja dengan menyendarkan kepalanya di
bahu Eza, bikin Eza salah tingkah aja. Yang lain Cuma ngejek, “Deuuh yang lagi
kasmaran, bikin orang iri aja...” ucap Adrian.
“Eh Dri lo iri? Sini sendaran sama gue...” tawar Denny.
Adrian Cuma memonyongkan bibir kesal, “Najis gue sama lo!”
dan semuanya ketawa.
Kris mulai menarik kepalanya supaya tegak kembali, dia
menatap Eza lekat, dia usap kepala Eza “Makasih ya, atas semua perhatiannya
selama ini.” Sontak Eza salah tingkah dan panas dingin. Yaah walaupun cukup
lama pacaran tapi Kris jarang berucap semanis ini.
“Ahaha Kris.. umm sudah seharusnya. Karena aku kan sayang
kamu...”
Kris menggenggam tangan Eza sambil menatap lekat, “Aku juga
menyayangimu.” Rasanya waktu mendadak berhenti, semua orang lenyap dari
sekitar, seolah bunga sakura berhamburan dengan indah ke tanah.
Sayang harus dipotong sama teriakan kapten, “Ayo ayo lanjut,
istirahat selesai...”
Tapi Kris bandel masih delendotan sama Eza, “Duluan aja, gue
masih capek...”
Rasa nyaman itu sangat berbahaya. Kenapa? Karena bikin orang
bisa buta. Kris bahkan gak perduli bagaimana bentuk Eza, apa gendernya, apapun citra Eza atau kadang sikap Eza yang
kemayu dan juga cupu. Yang kris tau dia nyaman dan bahagia sama cowok tambun
itu, dia gak pernah rasain sebahagia ini sebelumnya. Maklum dia kan ga pernah
pacaran sebelumnya.
Kris menepuk kaki besar Eza perlahan, “Coba ikutan main
bola. Biar sehat...” bujuk Kris.
Eza menggeleng, “Kayanya gak mungkin deh, nafasku gak
sanggup. Kamu tau kan badan aku kaya gini. Jalan aja ngos-ngosan.”
“Dilatih dong pelan-pelan mulai sekarang..” Kris tersenyum
manis pada Eza dan menciumi gemas tangan pacarnya itu. Si sangar ini memang
manja kalau sama orang yang dia sayang.
Mendadak ada yang nyambungin ucapan mereka, yaitu Joseph
salah satu anggota tim sepak bolanya, “Yaelah badan gempal gitu mau main bola
ahaha...”
Wajah Kris langsung masam, “Lo jangan rendahin pacar gue
gitu dong...”
Joseph mengangkat bajunya memperlihatkan perut sexy-nya,
“Kalau punya badan kaya gue ini baru bisa disebut pemain bola.”
Kris semakin geram sambil meremas tangannya, “Sombong juga
lo yah, eh asal lo tau kalau Eza kurus entar jauh lebih keren dari pada lo atau
bahkan gue bisa kalah keren.”
Eza menatap lekat wajah serius Kris, ada kesungguhan disana
seolah dia mengharuskan Eza buat kurus. Eza menggenggam tangan Kris supaya gak
emosi, Kris pun kembali senyum sambil cubitin pipi Eza. “Aku lanjutin ya
mainnya.”
Eza menahan tangan Kris, “Kamu bener-bener pengen aku kurus
ya biar bisa keren seperti yang kamu bilang.”
Kris terdiam sesaat kemudian dia tepuk gemas paha Eza, “Itu
Cuma celotehan aku yang lagi emosi doang. Kamu yang kaya gini juga udah bikin
aku cinta setengah mati. Gak usah dipikirin ya... maaf bikin kamu baper.” Kris
mengusap lembut kepala Eza.
“Woi Kris buruan latian! Pacaran mulu lo!!” teriak kapten.
Kris hanya ketawa-ketawa ceria, walaupun jadinya lebih teledor tapi teman-teman
Kris senang dengan kehadiran Eza Kris bisa jauh lebih ceria dan menyenangkan
dari pada dulu. Cinta kadang bisa membawa efek buruk, namun juga bisa membawa
efek baik.
Tapi Eza masih kepikiran dengan ucapan Kris tadi, dia merasa
gak enak hati. “Mungkin Kris mencintai aku yang sekarang, tapi aku mau jadi
lebih baik supaya bisa ‘menampar’ orang-orang yang pernah membully Kris dan
aku... Sabar Kris, aku bakal jadi kekasih yang bisa kamu banggakan.”
-Tujuh tahun kemudian-
“Gile lo berdua bro! Saking kompaknya nikah aja barengan
ya!” ucap Kris girang saat menyalami Deny, Adrian dan istri mereka. Dalam satu
pelaminan ada dua pasangan.
“Supaya hemat dong bro hehe kami berdua kan jadi bisa bikin
pesta resepsi super meriah dengan patungan nyewa gedung hehe..” jawab Denny,
istrinya Cuma senyum-senyum.
Adrian menatap orang yang berdiri di samping Kris, “Eza? Ini
si EZA?” tanya Adrian shock.
“Kok berubah banget ya!” ucap Denny juga.
Kris menjitak kedua sahabatnya itu, “Yaelah lo berdua kemana
aja? Gak punya TV di rumah? Masa Eza bolak balik di layar TV lo pada gak liat?
Kami berdua ini pemain sepang bola profesional berooh apalagi Eza nih banyak
banget tawaran iklan, apalah gue yang hitam legam bagaikan arang ini gak laku
di iklan huuhhu.” Eza hanya tertawa kecil sambil memukul pelan lengan Kris.
“Pemain bola kok bening gini?” tanya istri Adrian.
“Dia sih perawatannya maksimal menghabiskan setengah
gajihnya katanya biar cinta gue gak pernah luntur. Bener-bener istri
sholehah..” waktu Kris khilaf mau cium Eza depan umum, Eza tepuk bibir Kris
yang lain pada ketawa.
“Yaudah lu berdua buruan turun, tuh antrian yang mau salaman
sama kami jadi puanjaang kan...” protes Denny.
“Jahat lo... gitu lo sekarang, gak kangen ya lo sama gue...”
ucap Kris sok ngambek. Eza hanya terkekeh sambil menepuk-nepuk punggung Kris
supaya jalan.
“Nanti ada waktunya kok kita ngobrol panjang lebar, wokeh..
bye..” ucap Adrian akhirnya.
Mereka pun mulai berjalan ke deretan makanan disana, di meja
kondangan ada banyak wajah-wajah familiar. Banyak teman SMA mereka yang datang,
berasa reoni saja. Semua banyak berubah, yang dulunya cupu jadi eksekutif
keren, yang dulunya ganteng jadi pengusaha gendut, beberapa tambah cantik
dengan dandanan ala ibu pejabat, semuanya seolah jungkir balik apalagi ketika
melihat Joseph, Roy dan Rizal mengenakan pakaian pelayan saat mereka memberesi
piring kotor, Kris sampai mengerutkan kening keheranan. Dia menggenggam tangan
Eza, “Nah sayang, makanya kita hidup jangan sombong dan jahat sama orang, roda
kehidupan itu berputar. Kalau kaya gini kan mereka malu sendiri.”
Eza hanya mengangguk sambil tersenyum manis, “Makasih ya mau
bertahan, mau memulai dari enol, rela dibully demi pertahanin aku, aku
bener-bener balas budi sama kamu. Makanya aku berusaha jadi sexy dan cakep buat
balas budi karena ketulusan kamu dulu sudah mau terima aku apa adanya. Sekarang
kita bisa balas dendam kepada mereka dengan cara yang cantik...”
Kris merasa gemes dan cubitin hidung Eza. And they are happy
ever after...
Kadang orang gendut itu seperti berlian di dalam lumpur,
kita akan tau kerlipan indahnya ketika mereka berhasil langsing.
TAMAT
No comments:
Post a Comment