Friday, February 26, 2016

You Belong with Me (Part 4)



You Belong with Me (Part 4)



#Daniel POV#

Siang itu aku dan Icha duduk di kantin untuk menyantap makan siang kami, setelahnya aku minum kopi kaleng karena kalau siang penyakit ngantukku suka kumat.

Tidak sengaja aku melihat Deni berjalan cuek sambil diiringi Adrian yang terlihat memelas. Adrian seolah seperti kekasih yang sedang membujuk kekasihnya yang sedang ngambek. Apa-apaan tuh, privasi dibawa ke kampus segala.

Saat Deni berhenti depan kantin yang lain bergerombong. Sepertinya Deni sengaja ingin mempermalukan Adrian, tidak bisa didiamkan.

"Den, kamu jangan percaya apa yang orang katakan.. Itu semua gak benar!!"

"Lo kira gue buta.. Sudahlah gak usah bikin gue malu dengan ngikutin gue mulu. Nanti dikira gue pacar lo."

"Deni yang aku kenal gak sepicik ini..."

"Oh ya satu lagi, gue jadi presiden BEM sekarang, cuma mau ngasih tau aja kalau ternyata kebenaran yang berbicara. Cuma gue yang layak jadi presiden bukan lo."

"Oh jadi itu mau lo! Dari dulu lo ngebet pengen rebut jabatan gue.. Terserah! Ambil semua, gue gak perduli. Tapi gue gak nyangka aja lo tega gak anggap gue sahabat lo lagi!"

Deni memutar bola matanya dengan menyebalkan, "Sahabat? Lo itu cuma anjing gue yang selalu nurut apa kata gue. Tapi sekarang lo bahkan gak layak buat jadi anjing gue!"

BRUUUSS

Kusiramkan kopi kaleng tadi ke wajah Deni, "Bawel lo kaya cewek.."

Adrian melirikku yang menatap tajam ke arah Deni, dia menghampiriku dengan tatapan tidak suka.

"Wake up, Adrian. Lo harus beruntung bisa kehilangan teman yang salah kaya dia. Disaat kaya gini lo bisa lihat mana yang tulus sama lo dan mana yang cuma baik kalau ada maunya doang sama lo!"

Adrian mengangguk, dirampasnya minuman salah satu rombongan kemudian menuangkannya ke kepala Deni perlahan, "Puas lo Deni?" ucapnya dengan tatapan dingin. Deni hanya diam membatu.

Giliran aku yang menarik kerah Deni kasar kemudian berbisik pelan hingga cuma kami yang mendengar, "Dengar banci, kalau lo berani ganggu dia atau siapapun, lo berhadapan dengan gue!" setelah itu kudorong badan mungilnya hingga terjatuh. Hah.. Dia hanya bisa ngomong, nyalinya gak ada.

"Wah wah apaan nih ribut-ribut..." suara mengganggu itu menyambung. Rombongan memberi jalan dan muncullah lima cowok menyebalkan yang menjadi biang keladi dari semua masalah.

Dia menatap tajam ke arahku dan Adrian kemudian tersenyum licik, "Chiee ada pasangan baru rupanya Adrian dan Daniel. Gak nyangka ya Niel, lo sangar-sangar ternyata homreng juga."

"Terus kenapa kalau Adrian pacar gue hah!" aku menarik kerah Denis hingga dia tercekik. Adrian memegang bahuku dan aku tepis.

"Masalah buat gue. Ini namanya mempermalukan kampus terutama fakultas kita. Lo gak usah bodoh lah.."

"Suatu saat nanti kebenaran bakal terjawab, siapkan mental aja Denis. Jangan harap kebusukan lo bakal awet selamanya." bisikku dengan nada psikopat. Denis langsung mendorongku dengan mimik takut.

Aku tersenyum melihat kekalahannya. "Ini kampus yang seharusnya diisi makhluk-makhluk intelektual. Tapi gue heran kenapa masih ada bullying? Moral kalian dimana? Dengar, orang yang melakukan kesalahan memang rendah seperti sampah tapi orang yang meninggalkan temannya sendiri lebih rendah dari sampah! Bahkan gue gak yakin kalau Adrian salah. Buka mata kalian lah, bagaimana Adrian yang kalian kenal selama ini. Ini hanya kerjaan orang yang sirik dengannya." tegasku dengan suara lantang di kantin saat itu.

Beberapa mengangguk, kuharap mereka mau membuka pikiran. Hanya gak tahan melihat tindakan bodoh seperti di SD, semua ini bukan berarti aku respect dengan Adrian.

Adrian tersenyum menatapku. Aku langsung merinding dan menjauh. Terlihat Icha melompat-lompat dari balik gerombongan, sepertinya dia tidak mampu menerobos lautan manusia sehingga hanya menyimak dari jauh, "Bubar bubar!" Teriakku hingga mereka kembali bubar.

######

Aku di parkiran bersama kekasihku Icha, bercengkrama berbagai hal menarik dengannya. Sesekali aku seka poninya, berusaha bertindak manis dan special dan tak perduli ini tempat umum. Yang aku tau aku sangat mencintainya.

Tapi mataku diganggu suatu pemandangan, Adrian yang tadinya mau menaiki motornya diajak Denis kesuatu tempat. Ditarik kasar hingga tak bisa melawan. 

"Sayang tunggu disini sebentar.." ucapku pelan pada Icha kemudian mengecup pipinya.

Aku berlari mengikuti mereka, ternyata Denis pergi ke belakang gedung yang sepi dan mendorong Adrian ke dinding.

"Lepasin gue! Lo mau apa lagi hah.." teriak Adrian panik.

Denis menatap Adrian dingin, "Gue gak suka lo deket deket dengan Daniel.. Denger gak!"

"Lo pikir lo siapa hah! Puas lo bunuh adik gue dan rusak image gue!" tubuh Adrian bergetar menahan emosi dan matanya berkaca-kaca.

"You're my pet. Lo gak boleh ngebantah gue!"

Adrian hanya diam namun menepis kasar tangan Denis yang mengandangnya namun Denis kembali menarik pinggang Adrian, mendorongnya ke dinding dan melumat bibir Adrian kasar.

Aku langsung berlari dan menendang Denis dari samping, "Aaarghh.." Denis menggerang kesakitan, "Lo gak usah sok pahlawan Niel..."

"Ini yang namanya maho teriak maho! Jauhin Adrian atau gue..."

"Gue apa hah! Lo bisa apa..." Denis mendorongku seolah menantang dan membuatku semakin panas. Saat kami mulai bergulat, Adrian memisahkan kami, "Mahasiswa sejati itu bukan menyeselaikan masalah dengan kekerasan!"

"Ok, gue tantang lo lomba lari keliling lapangan sepak bola 10 kali. Siapa yang kalah dia harus jauhin Adrian." ucap Denis licik.

Aku terdiam sejenak, sedikit ragu memang mengingat dia atlit lari jarak jauh. Lomba yang gak adil menurutku karena dari satu pihak, "Kenapa diam! Lo takut!

Namun emosi menantangku, "Siapa takut!"

"Deal?" tangan Denis sambil menyodorkan tangannya.

Aku sambut tangannya dengan kasar, kuremas sekuat tenaga, "Deal..."

####

"Daniel apa gak papa kalau lari?" tanya Icha khawatir sambil menangkup dua pipiku.

"Gapapa sayang, doain aku ya?" aku mengecup tangannya dan mengusap gemas rambutnya.

"Daniel keren, bertaruh untuk memperebutkan Kak Adrian!"

"Tutup mulutmu Cha, jangan mengatakan yang aneh aneh."

Icha hanya tersenyum. Dia kembali ke bangku penonton bersama Adrian.

Aku dan Denis siap di lapangan.

Seorang wasit juga bersiap dengan pistolnya..

"Bersedia... Siap... Mulai!"

Aku berlari santai dulu di awal untuk menghemat tenaga. 

Setelah Denis berlari cukup jauh dariku aku mengejar perlahan, akhirnya bisa bersampingan. Denis mengerahkan tenaga lebih cepat, aku juga berusaha lebih cepat.

Saat putaran ke lima, dadaku sudah mulai sakit, aku tidak terbiasa berlari. Aku tetap berusaha menyamakan posisi dengan Denis namun dia menyenggolku keras hingga aku terjatuh. Lututku terseret.

Tidak fikir panjang aku kembali bangkit walau sedikit pincang, licik tu anak.. Lihat saja aku tidak akan menyerah.

Sudah delapan putaran. Dadaku semakin sakit, rasanya sudah tidak sanggup. Disamping Icha berteriak menyemangati dan berjingkrak-jingkrak.

Aku tidak mau malu di depannya, aku kembali bersemangat apalagi mengingat aku tak mau Adrian diperbudak Denis terus menerus. Aku bisa menyusul Denis dan ya!

Aku lebih cepat dua detik darinya. Denis mengacak rambutnya dengan kesal. Saat Icha dan Adrian Menghampiri aku langsung berlari ke tempat sepi. Aku ke samping gedung. Adrian berhasil mengejarku tapi Icha kehilangan jejak.

"Kamu kenapa Niel?" tanya Adrian panik melihatku tersengal-sengal memegang dada dan perut.

Aku bahkan belum mampu berbicara, rasanya sangat sakit dan sesak. Lain kali aku harus sering berlatih lari mungkin supaya tidak keram otot dan sakit jantung seperti sekarang.

Ya kalian pun mungkin sering merasakannya, sakit yang disebabkan tubuh tidak terlatih tapi Adrian sangat panik, dia mengira aku seperti adiknya padahal sakit dada seperti ini normal lah.

"Kita harus ke rumah sakit sekarang sebelum terlambat!" dia berusaha menggendongku namun aku tepis.

Nafasku mulai teratur dan ringan hingga aku mampu berbicara, "Sudahlah.. Gue gak papa. Cuma keram otot tadi."

"Serius? Aku bantu berdiri kalau begitu."

Adrian merangkulku perlahan, nafasku juga mulai pulih namun kakiku mulai terasa sakitnya. Keram dan melepuh. Ada luka juga karena terjatuh tadi.

Sesampai di parkiran kami melihat Icha yang celingukan, "Daniel kenapa Kak Adrian?"

"Dia cidera Cha, perlu istirahat."

Icha bukannya khawatir malah tersenyum licik, payah. "Yaudah Kak Adrian antar Niel pulang ya biar aku yang bawa motor Niel. Kalian boncengan saja!" perintahnya dengan semangat.

Gadis ini, hobi sekali menyodorkan kekasihnya sendiri dengan cowok lain.

#####

Sesampainya di rumah aku hanya berduaan dengan Adrian di kamar, sedangkan Icha berusaha meninggalkanku dengan berbagai alasan. Padahal sekarang yang aku butuhkan dia!

Sempat juga ibuku membawakan kotak P3K, minuman dan cemilan ke kamar setelah itu pergi lagi.

Adrian duduk di sisi kasurku, sedangkan aku berbaring dengan hanya mengenakan boxer dan singlet. Adrian memijat telapak kakiku perlahan, wajahnya terlihat sedih dan rasa bersalah.

"Lain kali jangan memaksakan fisik begini..."

"Gue cuma gak mau lo diperbudak Denis kampret itu!"

"Demi aku?" tanya Adrian. Aku jadi canggung. Ni anak jadi salah paham kan.

Aku orangnya memang gak suka melihat orang tertindas, gak ada yang special.

Adrian tersenyum teduh. Dibersihkannya darah di lututku kemudian mengecupnya. Aku shock, langsung mundur dan menarik kaki.

"Lo nga-ngapain.."

Adrian mendekat. Dia menatapku lekat, memegang dadanya. 

"Aku tak pernah bertemu dengan orang sepertimu sebelumnya. Aku kira kau cuma preman tak bermoral dulu, ternyata kau punya hati yang peka. Kau membuatku berdebar."

Dia semakin merapatkan tubuhnya. Aku menelan air liurku, ada firasat buruk. 

"Lo kegeeran! Gue care sama lo cuma karena empaty gak ada rasa seperti yang lo kira!" teriakku menegaskan.

Matanya jadi sayu, tersirat kekecewaan. "Fine.. Untuk sekarang empaty. Tapi suatu saat, kau akan jadi milikku.." ucapnya dengan nada yang menurutku psikopat. Aku merinding.

"Udah lah.. Mending lo jangan rapat kaya gini ke gue! Gue canggung kalau gini."

Adrian tertawa pelan. Dia berdiri dan mengecup keningku sekilas. Mukaku langsung merah, aku mendorongnya dan menyilangkan tangan di depan dada, "Jangan pegang-pegang gue!"

"Aku tidak menyentuhmu tapi menciummu. Kenapa memang? Kenapa gugup?"

"Jangan ngelunjak deh lo..."

Cup~

Adrian menempelkan bibirnya, tangan kanannya di tengkukku dan tangan kirinya di pinggangku. Aku hanya terpaku dan baru sadar seutuhnya saat dia menggerakkan bibirnya.

Aku berusaha menolak dengan cara lembut tapi Adrian tidak mengiraukanku. 

Dengan terpaksa aku menonjoknya

BUUK!

Adrian tersenyum tipis sambil memegang pipinya.
"Kamu ternyata manis kalau gugup begini, aku tak pernah tau itu sebelumnya." ucapnya tersenyum lembut. Wajahnya sangat teduh dan menyejukkan. Mungkin buat cewek-cwek bakal terpesona. Tapi aku tidak! Kalian percaya kan aku tidak terpesona? Aaaarghh sial!

TBC

Pendek atau panjang aku gak tau nih soalnya ngetik lewat Hp jadi sori banyak typo dan kesalahan.

No comments:

Post a Comment