Friday, February 26, 2016

You Belong with Me (Part 5)



You Belong with Me (Part 5)

Enjoy~~~~~


-Author POV-

"Jadi makanan kesukaan Daniel itu apa Cha?" tanya Adrian dengan senyuman antusias.

"Daniel itu suka makan apa aja yang penting pedas! Tapi makanan yang pasti gak bisa dia tolak adalah ayam bakar dan pete!"

"Beneran Cha? Jadi kalau aku ajak dia makan itu dia gak bakal nolak?"

Daniel mendengus kesal, "Gak usah ngobrolin gue napa! Berisik. Kerjain aja tugasnya."

Adrian dan Icha hanya tertawa kecil melihat wajah kesal Niel. Mereka siang itu ada di rumah Niel untuk mengerjakan tugas walaupun kenyataannya didominasi obrolan. Daniel sudah tidak sakit lagi, berkat Adrian yang stand by 24 jam disampingnya, Icha menengok beberapa kali saja seolah memberikan lampu hijau buat kelangsungan hubungan mereka, ckckck Icha oh Icha.

Meskipun Adrian sudah melayani dengan lembut dan sabar tapi tetap saja umpatan dari Daniel tidak ada hentinya, dia sengaja membuat Adrian tidak betah disampingnya. Sedangkan Adrian santai saja bahkan menganggap kemarahan Daniel sesuatu yang manis.

Adrian meremas bahu Icha agar menoleh padanya dan hal itu membuat Niel kembali meledak, "Hoi jangan sentuh badan cewek gue!!!" Niel menepis tangan Adrian dengan kepala berasap. Dia cemburuan memang apalagi dia cinta banget sama icha.

"Aku gak bermaksud..."

Namun kata-kata Adrian dipotong Daniel dengan kasar, "Lo tuh pengganggu ya! Kehadiran lo bisa hancurin hubungan gue dan Icha ngerti!!!"

Adrian tertunduk. Selama ini dia hanya berusaha mencari penghibur untuk mengalihkan perhatiannya terhadap duka yang baru saja dia rasakan. Dia sempat berpikir bahwa hidupnya sudah benar-benar hancur, namun kehadiran Icha dan Daniel seolah menjadi titik terang karena cuma mereka berdua yang sangat perduli dengannya setelah kehancuran hidupnya.

Tapi dia juga tidak mau menghibur dirinya dengan membuat sepasang kekasih hancur, jika memang dirinya menjauh bisa memperbaiki keadaan maka dia harus menjauh, "Maaf, thanks buat waktunya selama ini." Adrian membereskan bukunya ke dalam tasnya dan beranjak dari kamar Daniel.

PLAK

Pipi Daniel langsung diberi cap merah oleh tangan Icha, "Kamu kasar banget sih sama Kak Adrian! Dia cuma punya kita!!"

Daniel hanya mengupil dengan wajah cueknya.

"Kejar Kak Adrian sekaraaang!"

"Ogah gue!"

"Kejar aku bilaaang!"

Daniel masih cuek, "Kalau kamu gak mau nurut kita putus.." lirih Icha dengan terpaksa.

Daniel langsung menoleh dengan mata berkaca-kaca, "Ngomong apa sih! Kita kan udah komit gak bakal jadikan kata putus buat mainan!"

"Aku gak perduli! Cepetan!"

Daniel gusar, "Iya iya bawel gue kejar!" Daniel pun berlari menuruni tangga dengan kencang.

Di halaman ternyata masih ada Adrian yang akan memasang helmnya. Daniel meraih tangan Adrian, "Apa?" tanya Adrian datar.

bibir Niel bergetar, "Ma-maaf.." ucapnya dengan terpaksa. Adrian melepas helmnya. Dia tersenyum lembut dan menatap Daniel yang menunduk.

"Iya, aku maafin." ucap Adrian sambil mengecup pipi Niel dengan lembut.

Niel langsung gelabakan, melihat kanan-kiri, syukur sepi. Tapi dia tetap kesal Adrian masih lancang. Mukanya memerah antara marah dan malu, tatapannya kembali ketus. Kalau bukan karena Icha sudah dia hajar Adrian.

#####

"Bibi dan paman kapan pulang Niel?" tanya Icha pada Daniel yang asik dengan bukunya.

"Dua hari lagi paling bonyok gue pulang. Biasa acara nikahannya pakai adat jadi lama mereka kondangan di rumah sodara." jawab Niel dengan masih fokus pada bukunya.

"Gak ada yang masak kalau gitu... Aku masak dulu ya buat makan malam kita bertiga!"

"Sipp.. Masak yang enak ya Cha.." celetuk Adrian dengan riang gembira karena bisa kembali berduaan dengan Daniel.

Daniel duduk di depan meja pendek yang ukuran panjang untuk belajar bersama karena dia biasanya membawa banyak teman untuk belajar. Adrian merapatkan posisi duduknya pada Daniel, dia tersenyum seperti ciri khasnya. Dia menatap lekat Daniel dari samping

Lama-kelamaan bulir keringat di pelipis Niel mengalir, dia menjadi kaku dan salah tingkah ditatap selama itu. Namun Niel tetap kukuh bertahan dengan bukunya dan tidak memperlihatkan rasa gugupnya.

Adrian meletakkan sikut di meja, meletakkan pipinya di tangan dan menatap Daniel dengan hikmat. Daniel masih pasang wajah sok cool.

Adrian memberanikan diri mencolek hidung Niel, kening Niel berkerut kesal. Adrian terkekeh.

Adrian mengusap poni Niel, kali ini Niel melirik Adrian dan...

JLEB...

mungkin detik itu juga cupid memanah jantungnya cukup dalam, Niel sangat berdebar menatap Adrian yang sedakat itu.

Dia gusar, menggelengkan kepala dengan kesal. "Bisa gak lo jangan gangguin gue.." ucap Niel dingin dan membelakangi Adrian.
Adrian melingkarkan tangan di pinggang Niel dan menaruh dagunya di bahu Niel, 'Oh God... Jantungku bisa berhenti kalau sesesak ini kondisinya ish..' ringis Niel dalam hati.

Niel masih diam, Adrian juga. Namun hembusan nafas Adrian di lehernya membuatnya merinding dan berusaha melonggarkan pelukan Adrian. Daniel berbalik.

Adrian tersenyum puas menatap wajah Niel yang seperti tomat sekarang. Preman kampus bisa dia taklukkan juga.

Adrian meraih tangan Niel..

DEG..

Rasanya tiap sentuhan Adrian bagaikan setrum yang mampu membuat batin Niel mengejang. 

Tatapan Adrian terlihat serius kali ini, "Aku juga tidak mengerti.. Tapi rasa ini muncul begitu saja. Semakin aku mengenalmu, melihat sisi lembutmu... Aku semakin tergila-gila denganmu," ucap Adrian. Ditariknya tangan Niel, diletakkannya tangan itu di dadanya. "Didalam sini, ada kamu Niel..."

Niel seolah meleleh detik itu juga, otaknya sudah tak mampu berfikir lagi. Adrian menggenggam erat tangan Niel yang ada di dadanya. 

Mereka saling menatap lekat, Adrian mengusap rahang Niel, dia terpejam meresapi sentuhan Adrian.

Wajah Adrian mendekat perlahan, Niel membuka matanya, wajahnya memerah dan pasrah menerima pemberian Adrian..

CUP~

Bibir mereka bersentuhan, Niel dan Adrian menikmati sengatan di hati mereka masing-masing. Adrian melumat bibir Niel perlahan, Niel semakin meleleh akan sensasi benda kenyal itu.

"Aaah.." Niel mendesah perlahan saat tangan Adrian meraba dadanya dan bibir mereka semakin bertautan. 

Niel membalas lumatan itu, dia semakin gemas dan lupa diri sehingga menghisap kencang bibir Adrian. 

Niel mengalungkan tangannya di leher Adrian dan merapatkan jarak mereka, Adrian memeluk pinggang Niel, ciuman mereka semakin panas dan...

PRANG!!!

Mereka sangat terkejut melihat Icha yang ada di depan pintu telah menjatuhkan nampan berisi gelas dan memecahkan gelas-gelas minuman, "Aw.." Icha tertusuk beling saat membersihkan kaca itu.

Niel bangkit dan berlari kencang. Menatap salah tingkah, mereka bertiga berdiam. Dengan cepat Niel menghisap jari Icha yang terluka. Adrian yang melihat itu hanya menatap pasrah dengan hati terbakar.

Niel dan Icha pun berangkat ke dapur. Ada yang aneh dari Icha kali ini, dia tidak mengexpresikan apapun, tidak heboh seperti biasa saat melihat fanservice. Ada apa dengannya?

"Cha.." lirih Niel, dia sadar akan keadaan sekarang, "Are you okay?" tambah Niel.

Icha masih terdiam, dia pun bimbang tentang perasaannya sendiri. Kenapa dia sedih? Kenapa dadanya nyeri? Bukankah seorang fujoshi seperti dirinya harus senang melihat pemandangan yang so... Gay.

Namun satu hal yang dia tau, Niel miliknya seaneh apapun dia, tetap saja dia merasakan tak rela orang yang dia cinta dimiliki orang lain..

"Cha.. Kamu tadi liat..."

Kata-kata Niel dipotong Icha cepat, "Iya aku liat..." 

Niel mendengar tanggapan datar Icha semakin bingung harus bagaimana. Icha hanya menunduk, Niel menatap dari samping. Niel melihat ada tetesan bening jatuh kelantai berasal dari wajah Icha.

Ditariknya wajah kekasihnya itu, Icha menangis
sesegukan. Niel mendekap erat tubuh kekasihnya. Icha bergetar hebat di dalam pelukannya.

"Sakit..." lirih Icha pelan
dengan suaranya yang tercekat. 

"Maafkan aku sayang, a-aku... Aku khilaf...
Ini diluar kendali aku." Niel mendekap Icha erat.

“Niel... aku kenapa? Aku sakit... sakit banget... aakhh..” Icha membenamkan wajahnya dalam-dalam di dada Niel, meremas pinggang Niel, Niel bisa merasakan dadanya basah cukup parah. Dia tidak kuat menahan tangisannya ketika melihat orang yang dia cintai terluka, hal itu membuat Niel ikut menangis dalam rasa bersalah. Dia Semakin gusar akan perasaannya dan tindakan apa yang harus dia lakukan? Karena dia sadar, kini hatinya mendua...

Di sisi lain, Adrian yang menghintip di balik dinding juga pipinya mulai basah karena melihat kemesraan Daniel dan Icha.

####

(Adrian POV)

Aku bingung, semenjak hari itu Niel terus menghindariku. Apa dia marah aku cium? Bukankah dia menerima ciuman itu dengan senang hati bahkan aku yakin saat itu hatinya sudah membalas perasaanku.

Seharian ini aku berusaha mengejarnya walau dia hanya terdiam dan berusaha menghindariku. Dia t
idak terlihat marah seperti biasa, hanya memasang tampang datar. Something wrong here!

Aku cuma punya jurus terakhir, saat jam makan siang aku kembali mendekatinya, berusaha memberikan bekal yang aku buat untuknya, aku berusaha menjadi seme yang baik untuknya dan ingin berguna untuknya.

Dia terhenti saat kubuka kotak bekal itu, seperti kata Icha, Niel tidak mampu menolak ayam bakar apalagi ada rica rica pete kesuakaannya juga, air liurnya pasti menetes detik itu juga.

Dia pun menyerah. Kami duduk di kursi koridor kampus, dia makan begitu lahap, aku tak perduli mata-mata aneh melirik kami berdua aku tetap mengelap mulutnya dengan tissue dan menyuapinya sesekali, terlihat dia keberatan dan aku memandang lesu. 

"Niel.. Kamu marah tentang kejadian kemarin?" tanyaku akhirnya.

Niel menghentikan makannya, menarik nafas dengan gusar. Dia hanya terdiam.

"Beri aku alasan Niel..."

Niel menelan makanannya dan meminum air mineral yang kusediakan, "Lo tuh gak sadar apa kalau gue udah ada yang punya!" 

"Tapi kamu gak akan bisa bohongi perasaan kamu sendiri bahwa kamu juga merasakan apa yang aku rasakan!" 

"Terus gue harus apa hah? Kalau pun gue harus milih gue akan milih Icha.
Mau dibawa kemana hubungan lo sama gue hah? Hidup itu yang pasti pasti aja lah!" 

Rahangku bergemeretakan karena kesal, aku harus bagaimana lagi... "Aku rela jadi yang ketiga Niel.. Please..."

Niel memejamkan matanya kuat, berpikir keras, "Gak, sorry. Itu cuma nyakitin kita bertiga. Gue bakal galau harus memikirkan jaga dua hati, dan kalian berdua perlahan tapi pasti akan menusuk satu sama lain. Gue gak bisa."

Aku tersenyum perih, "Aku masih menunggu jika ka
mu berubah pikiran." desisiku sambil menepuk pundak Niel. Aku berjalan menjauhinya...


Saat berjalan semakin jauh, aku melihat Denis berkeringat dan berlari ke arahku. Dia terlihat ketakutan dan kacau tubuhnya penuh darah, dia membungkuk di hadapanku dengan tangan di lututnya, "Dri.. Gue.. Gue... Haah..." dia menarik nafas dengan berat kemudian jatuh tersungkur begitu saja. 


TBC

No comments:

Post a Comment