Desa Loranten (Part 2)
By: Yanz
WARNING: maafkan ide nistaku, hal
negative dalam cerita ini mohon disikapi dengan bijak. 18+ for adult,
disturbing and disgusting content.
Enjoy it...
**
Mobil terus berjalan menyusuri desa
itu, tapi rasanya mereka hanya terputar-putar saja. Terlihat dari beberapa
jembatan maupun palang di pinggir jalan yang terus sama. Jalan di depan tak
bisa dilihat dengan jelas, pandangan mereka terbatas karena tertutup kabut.
Mulai terdengar Suara burung hantu,
jangkrik, angin deras. Julian menatap sekitar dengan jeli, kadang dia terlihat
antusias akan suasana mencekam ini namun kadang dia terkejut jika ada suara
mengejutkan yang muncul seperti gonggongan anjing liar.
Mereka heran, kenapa bisa ada desa
yang panjangnya sejauh ini. Tak ada tanda-tanda mereka akan mengeluari desa
ini. ‘Apa desa ini memiliki suatu kekuatan yang mampu menjebak siapa saja yang
masuk di dalamnya hingga tak mampu keluar?’ pikir Fahmi.
“Dam, gak ada tanda-tanda keberadaan Arie?”
tanya Fahmi khawatir.
“Gak ada, jejak darah hilang begitu
saja di belakang tadi dan gak ada tanda-tanda darah itu menepi ke samping, saat
kita kembali pun jejak darah tadi hilang juga. Gak mungkin kita tersesat karena
setauku dari tadi gak ada cabang di jalan.” Jawab Adam.
“I-itu darah siapa? Apa Arie terluka
parah?” tanya Julian.
“Arie pasti baik-baik saja, dia cowok
kuat dan keras kepala.” Ucap Adam menenangkan. ‘Itu pasti darah Arie, melihat
cara menyeretnya sangat kasar dan cepat. Astaga Rie, kau harus kuat...’ batin
Adam.
“Loh loh mobilnya kok berhenti?” tanya
Fahmi panik.
“Tunggu! Jangan ada yang keluar untuk
mengecek keadaan mobil. Bensinnya habis.” Cegah Adam.
“Bagaimana bisa? Bukannya tadi full?”
tanya Julian.
“Entahlah...”
“Pasti ini disabotase makhluk aneh
itu.” Ucap Julian merajuk.
Fahmi terdiam, mengecek sekitar yang
sudah sangat gelap dan berkabut. Matanya
mulai mengarah ke kaca spion di depan dan dia langsung membulatkan mata, “Guys
lihat lihat di belakang ada cahaya apa?!!!” teriak Fahmi.
“Astaga..” desis Adam.
“I-itu api! Dan mendekat!” ucap
Julian.
“Semuanya keluar dari mobil sekarang
juga!!!” perintah Adam secara dadakan saat melihat api dari belakang mengalir mendekat
dengan cepat. Mereka keluar dari mobil, berlari sejauh mungkin dan....
DUAAAAARRR!!!
Mereka keluar tepat waktu, mobilnya
meledak setelah mereka keluar. Rupanya tangki bensinnya bocor dan api menyala
mengikuti ceceran bensin. Julian terambung dan kepalanya terbentur batu karena
hawa ledakan tadi memberikan tekanan yang membuat tubuh kecilnya terlempar
karena jaraknya berlari tadi tak terlalu jauh dari mobil karena dia berlari
paling lambat dari yang lain.
“Fahmi! Julian! Kalian dimana!” teriak
Adam panik, dia berlari kesana kemari sambil meraba-raba rumput dan tanah di
sekitarnya dengan pandangan yang terbatas.
“Dam, aku disini.. tolong...”
mendengar suara Fahmi dari arah seberang jalan, Adam langsung berlari mendekati
suara itu.
Adam terkejut saat melihat Fahmi
menghentak-hentakkan kakinya dari tentacle-tentacle yang sekecil jempol namun
jumlahnya sangat banyak, berlendir, kemerahan dan menggeliat seperti cacing.
Tentacle-tentacle itu mulai menarik Fahmi namun dengan cepat Adam mengambil kayu
di dekat kakinya.
Dia pukul dan injak sulur-sulur
tentacle berlendir itu dengan bringas, namun tangannya yang kali ini dililit.
Adam gigit tentacle itu hingga putus, menggeliat sekilas dan para tentacle yang
terluka langsung menciut, gosong dan langsung menjadi debu.
Nafas Fahmi tersengal-sengal,
tatapannya kosong dan tak mampu bersuara apapun. “Fahmi bagaimana keadaanmu?
Kau terluka?” tanya Adam sambil mengusap kaki Fahmi yang sedikit terkoyak dan
celananya sobek-sobek karena mereka menarik terlalu kasar. ‘yang menyerang Arie
Tadi tangan, sekarang tentacle seperti cacing. Makhluk apa mereka?’ pikir Adam.
“A-aku baik-baik saja. Aku hanya shock
dengan makhluk-mahkluk barusan. Astaga! Julian, dimana dia?” Fahmi langsung
panik saat menyadari Julian tak bersama mereka.
Adam celingukan, “Julian! Julian! Kenapa
gak menyahut? Apa dia juga diculik makhluk aneh disini?” tanyanya.
“Astaga, jangan sampai Dam.. aku gak
akan rela jika Julian sampai kemana-mana.. ayo kita cari Julian!” Fahmi
terlihat panik dan nyaris menangis membayangkan sahabat terbaiknya itu sampai
kenapa-kenapa.
DUAAAARR!!
Mobil tadi kembali meledak, Fahmi dan
Adam melindungi wajah mereka dengan tangan dan memejamkan mata. Setelah mereka
membuka mata mereka terkejut melihat kabut yang tadi menghalangi pemandangan
sudah lenyap.
Fahmi dan Adam terlihat lega dan
menghela nafas karena kabut itu telah hilang. Adam membantu Fahmi berdiri.
Mereka melihat kanan-kiri maupun depan-belakang tapi sosok Julian tak terlihat
juga.
“Ayo kita cari Julian dan Arie lagi, semoga
dengan hilangnya kabut ini jalan kita dimudahkan.” Ucap Fahmi. Adam mengangguk
mantab. Tubuh Julian sendiri sudah lenyap dari tempat dia pingsan tadi.
Di sisi lain, Arie diseret ke sebuah
bangunan beton yang dipenuhi banyak tikus dan kecoa, “Aaakhh sial!” bentak Arie
sambil menggerak-gerakkan kakinya untuk menendang binatang-binatang yang ada di
lantai dan berusaha merayap menaiki tubuhnya.
Tangan-tangan iblis itu masih menarik
Arie hingga bahunya menabrak dinding, tubuhnya ditempelkan erat ke arah
dinding, tangan-tangan iblis itu menahan tangan Arie, lehernya, pinggulnya dan
kaki Arie hingga dia tak mampu bergerak sekarang.
Tak ada ketakutan dari raut wajah
Arie, yang ada justru tampang penuh amarah, “Hoi makhluk apa kalian hah! Apa
mau kalian! Aaarghhh lepas brengsek!’’ bentak Arie sambil berusaha memberontak,
Arie menggerakkan tubuhnya sekuat tenaga namun tangan di daerah lehernya justru
mengetat mencekek lehernya, “Ehhhkkhh.. uhuk... uhuk...” Arie terbatuk-batuk
karena cekekkan itu. Arie terdiam menahan sakit, saat tubuhnya rileks,
tangan-tangan itu juga rileks dan mulai mengendor, tapi tiap kali Arie
membrontak tangan-tangan iblis itu kembali mengetat.
Tubuh Arie kembali menegang saat
muncul makhluk aneh dan menjijikan, seperti sesosok manusia namun tak memiliki
wajah, kuping, rambut, kulitnya terkoyak-koyak seolah mengalami luka bakar,
mengkilat karena lendir, telanjang bulat namun tak bisa ditebak apa gendernya.
Tak memiliki dada, namun tak memiliki
batangan. Tubuhnya polos sama seperti wajahnya.
Namun mendadak di bagian selangkangan
makhluk tersebut terkoyak dan menganga, seperti mulut yang terbuka. lubang memanjang ke atas, hingga perutnya.
Saat lubang itu membuka terlihat gigi-gigi tajam di tiap sisi lubang itu,
dihiasi lendir seperti air liur dan klimaksnya saat bermunculan banyak tentacle
dari lubang itu.
Arie membelalakkan mata saat melihat
tentacle yang jumlahnya puluhan itu mendekat, ukurannya lebih besar dari pada
yang menyerang Fahmi tadi.
Semakin dekat dan dekat akhirnya Arie
menyadari bentuk tentacle itu seperti kemaluan lelaki, Arie merinding dan
memejamkan mata saat tentacle itu menyusup dari bawah celananya, di lengan
bajunya maupun di leher bajunya. Dan....
SREEETZ!
Terdengar suara sobekan kain, tentacle
itu berhasil menelanjangi Arie. Pemuda ketus itu mendadak panik karena ini
bukan sekedar terror mengerikan namun juga pelecehan.
“Aaaaargghh... lepas!” teriak Arie
saat merasakan ada tangan lain yang tumbuh di dinding di bawah selangkangannya
dan meremas biji kejantanannya.
Sedangkan puluhan tentacle yang lain
menggeliat di sekitar tubuh Arie.
Tentacle menggesek-gesekkan ujungnya
di puting Arie, “Ekkkh... lepasss! Aaaaarghhh!!” tubuhnya membrontak membuat
tangan-tangan tadi bereaksi lebih bengis, di kedua sisi pinggang Arie ada
sepasang tangan yang tumbuh taring dan menancapkan kuku seperti taring itu di
kedua pinggang Arie, menembus kulitnya, “AAAAAAAARGGHH... aaaaakhhh...
aaaaakhhh...” Arie menggerang kesakitan, dia langsung muntah darah karena tak
bisa menahan rasa sakit. Saat menunduk, dia merasa ngeri sendiri melihat
darahnya berkucuran dan tikus-tikus tadi langsung berkerumun menyantab darah
itu bagaikan ikan yang dilempari makanan. Tikus-tikus itu terlihat sangar dan
lebih besar dari ukuran normalnya.
Tentacle mulai menggeliat di sekitar
pusar Arie, menggelitik dan seolah berjejel ingin masuk di dalam pusarnya.
Tubuh Arie habis tertutupi puluhan tentacle yang menggeliat di tubuhnya.
Arie memejamkan mata karena tak tau harus apa,
“Menjijikkan!!! Lepaskan brengsek!!!” bentak Arie. Namun dia tersentak saat ada
salah satu tentacle yang melilit penisnya dan mulai mengetat. Teksture tentacle
yang lunak dan berlendir memberikan sensasi yang membuat tubuh Arie mulai
merespon.
‘Sial... tubuh sialan, kenapa di kondisi
mencekam seperti ini tubuhku justru terangsang!!!’ batin Arie penuh emosi. Dia
memejamkan mata dan menggenggam tangannya, mulutnya terbuka karena
tersengal-sengal. Nafasnya tak beraturan karena menahan gejolak tubuhnya
memakan banyak tenaga.
Namun mulut Arie yang terbuka
memberikan kesempatan untuk salah satu tentacle penis itu memasuki mulutnya,
Arie tersedak saat makhluk itu mencapai tenggorokannya. Arie semakin histeris
dan membrontak.
Tentacle yang di bawah bergerak naik
turun karena pedang Arie mulai menegang, Arie mengumpat dalam hati terlalu
kesal akan makhluk-makhluk yang menyerangnya.
Salah satu tentacle bentuknya sedikit
berbeda, ada lubang menganga di ujungnya tentacle itu mendekati penis Arie dan
memasukkan seluruh penis di dalam lubangnya.
Arie bergidik ngeri saat tentacle penis
lain menggeliat di sisi pipinya, menggeliat di dekat hidungnya dan tercium
aroma yang sangat amis seperti daging dan darah.
Mungkin hal ini bisa membuat Arie
trauma dengan ‘pedang’ untuk ke depannya. Tapi dia masih kekeuh membrontak, tak
mau pasrah begitu saja atau sekedar menikmati sensasi liar dari makhluk-makhluk aneh itu. Dia tak
pernah mau menyerah. Dia memejamkan mata rapat-rapat untuk mencoba tenang
sejenak dan berpikiran jernih, tak boleh panik karena panik hanya memperburuk
keadaan. Dan tangan-tangan iblis juga lebih rileks jika dia tak bergerak
mendadak.
Tapi gerakan tentacle di penisnya
semakin cepat ditambah tangan yang meremas-remas bolanya membuatnya terpaksa
memuntahkan cairan kentalnya. Rupanya muntahan itu memberikan rangsangan pada
tentacle yang menempel di pedangnya, tentacle itu mulai memberikan
hisapan-hisapan seolah memaksakan lebih banyak cairan yang keluar.
“Eeeeenghhh... eeeeerrhhh...
eeeekhhhh... uhukk..” erang Arie di sela-sela tentacle yang masih melekat di
mulutnya.
Arie lemas, rasanya tenaganya terkuras
banyak karena klimaks barusan. Tapi dia tetap bersikeras ingin lepas dari
makhluk-makhluk itu. Dia membuka mata dan dengan geram dia gigit tentacle yang
ada di mulutnya dengan kuat, semua tentacle langsung menjauh dari tubuh Arie,
memendek dan kembali masuk dalam lubang di perut makhluk seperti manusia itu.
Lubang itu tertutup dan kembali menjadi daging polos seperti semula.
Makhluk yang ada di depan Arie
langsung berlari dengan bringas menerjang badannya dan memberikan pukulan kuat
pada perutnya, Arie langsung muntah karena rasa sakit bercampur mual akan aroma
busuk makhluk itu.
Apalagi saat lubang di wajah makhluk
itu terbuka, seperti mulut, ada gigi tajam seperti lubang di perut tadi. Aroma
di dalam lubang itu jauh lebih busuk, seperti aroma seribu bangkai yang sudah
membusuk.
Arie membuang mukanya ke samping,
rasanya dia mau pingsan saja saat makhluk itu mendekati wajahnya begitu Percaya
diri.
Namun ada sedikit kelegaan saat
makhluk itu menjauhi wajahnya, makhluk itu meraba perutnya, terus kebawah,
sekarang mulut itu berada tepat di depan penis Arie. Mata Arie membulat shock,
“AAAAAAAARRRGGHH!!!”
TBC
Aduh... ._. ditunggu komentarnya,
negative maupun positive tolong sampaikan dengan sopan dan tujuan untuk
membangunku agar lebih baik, bukan menjatuhkanku.
No comments:
Post a Comment