Saturday, February 6, 2016

Desa Loranten (Part 2)



Desa Loranten (Part 2)

By: Yanz
        
WARNING: maafkan ide nistaku, hal negative dalam cerita ini mohon disikapi dengan bijak. 18+ for adult, disturbing and disgusting content.

Enjoy it...

**

Mobil terus berjalan menyusuri desa itu, tapi rasanya mereka hanya terputar-putar saja. Terlihat dari beberapa jembatan maupun palang di pinggir jalan yang terus sama. Jalan di depan tak bisa dilihat dengan jelas, pandangan mereka terbatas karena  tertutup kabut.


Mulai terdengar Suara burung hantu, jangkrik, angin deras. Julian menatap sekitar dengan jeli, kadang dia terlihat antusias akan suasana mencekam ini namun kadang dia terkejut jika ada suara mengejutkan yang muncul seperti gonggongan anjing liar.

Mereka heran, kenapa bisa ada desa yang panjangnya sejauh ini. Tak ada tanda-tanda mereka akan mengeluari desa ini. ‘Apa desa ini memiliki suatu kekuatan yang mampu menjebak siapa saja yang masuk di dalamnya hingga tak mampu keluar?’ pikir Fahmi.

“Dam, gak ada tanda-tanda keberadaan Arie?” tanya Fahmi khawatir.

“Gak ada, jejak darah hilang begitu saja di belakang tadi dan gak ada tanda-tanda darah itu menepi ke samping, saat kita kembali pun jejak darah tadi hilang juga. Gak mungkin kita tersesat karena setauku dari tadi gak ada cabang di jalan.” Jawab Adam.

“I-itu darah siapa? Apa Arie terluka parah?” tanya Julian.

“Arie pasti baik-baik saja, dia cowok kuat dan keras kepala.” Ucap Adam menenangkan. ‘Itu pasti darah Arie, melihat cara menyeretnya sangat kasar dan cepat. Astaga Rie, kau harus kuat...’ batin Adam.

“Loh loh mobilnya kok berhenti?” tanya Fahmi panik.

“Tunggu! Jangan ada yang keluar untuk mengecek keadaan mobil. Bensinnya habis.” Cegah Adam.

“Bagaimana bisa? Bukannya tadi full?” tanya Julian.

“Entahlah...”

“Pasti ini disabotase makhluk aneh itu.” Ucap Julian merajuk.

Fahmi terdiam, mengecek sekitar yang sudah sangat gelap dan berkabut.  Matanya mulai mengarah ke kaca spion di depan dan dia langsung membulatkan mata, “Guys lihat lihat di belakang ada cahaya apa?!!!” teriak Fahmi.

“Astaga..” desis Adam.

“I-itu api! Dan mendekat!” ucap Julian.

“Semuanya keluar dari mobil sekarang juga!!!” perintah Adam secara dadakan saat melihat api dari belakang mengalir mendekat dengan cepat. Mereka keluar dari mobil, berlari sejauh mungkin dan....

DUAAAAARRR!!!

Mereka keluar tepat waktu, mobilnya meledak setelah mereka keluar. Rupanya tangki bensinnya bocor dan api menyala mengikuti ceceran bensin. Julian terambung dan kepalanya terbentur batu karena hawa ledakan tadi memberikan tekanan yang membuat tubuh kecilnya terlempar karena jaraknya berlari tadi tak terlalu jauh dari mobil karena dia berlari paling lambat dari yang lain.

“Fahmi! Julian! Kalian dimana!” teriak Adam panik, dia berlari kesana kemari sambil meraba-raba rumput dan tanah di sekitarnya dengan pandangan yang terbatas.

“Dam, aku disini.. tolong...” mendengar suara Fahmi dari arah seberang jalan, Adam langsung berlari mendekati suara itu.

Adam terkejut saat melihat Fahmi menghentak-hentakkan kakinya dari tentacle-tentacle yang sekecil jempol namun jumlahnya sangat banyak, berlendir, kemerahan dan menggeliat seperti cacing. Tentacle-tentacle itu mulai menarik Fahmi namun dengan cepat Adam mengambil kayu di dekat kakinya.

Dia pukul dan injak sulur-sulur tentacle berlendir itu dengan bringas, namun tangannya yang kali ini dililit. Adam gigit tentacle itu hingga putus, menggeliat sekilas dan para tentacle yang terluka langsung menciut, gosong dan langsung menjadi debu.

Nafas Fahmi tersengal-sengal, tatapannya kosong dan tak mampu bersuara apapun. “Fahmi bagaimana keadaanmu? Kau terluka?” tanya Adam sambil mengusap kaki Fahmi yang sedikit terkoyak dan celananya sobek-sobek karena mereka menarik terlalu kasar. ‘yang menyerang Arie Tadi tangan, sekarang tentacle seperti cacing. Makhluk apa mereka?’ pikir Adam.

“A-aku baik-baik saja. Aku hanya shock dengan makhluk-mahkluk barusan. Astaga! Julian, dimana dia?” Fahmi langsung panik saat menyadari Julian tak bersama mereka.

Adam celingukan, “Julian! Julian! Kenapa gak menyahut? Apa dia juga diculik makhluk aneh disini?” tanyanya.

“Astaga, jangan sampai Dam.. aku gak akan rela jika Julian sampai kemana-mana.. ayo kita cari Julian!” Fahmi terlihat panik dan nyaris menangis membayangkan sahabat terbaiknya itu sampai kenapa-kenapa.

DUAAAARR!!

Mobil tadi kembali meledak, Fahmi dan Adam melindungi wajah mereka dengan tangan dan memejamkan mata. Setelah mereka membuka mata mereka terkejut melihat kabut yang tadi menghalangi pemandangan sudah lenyap.

Fahmi dan Adam terlihat lega dan menghela nafas karena kabut itu telah hilang. Adam membantu Fahmi berdiri. Mereka melihat kanan-kiri maupun depan-belakang tapi sosok Julian tak terlihat juga.
 “Ayo kita cari Julian dan Arie lagi, semoga dengan hilangnya kabut ini jalan kita dimudahkan.” Ucap Fahmi. Adam mengangguk mantab. Tubuh Julian sendiri sudah lenyap dari tempat dia pingsan tadi.

Di sisi lain, Arie diseret ke sebuah bangunan beton yang dipenuhi banyak tikus dan kecoa, “Aaakhh sial!” bentak Arie sambil menggerak-gerakkan kakinya untuk menendang binatang-binatang yang ada di lantai dan berusaha merayap menaiki tubuhnya.

Tangan-tangan iblis itu masih menarik Arie hingga bahunya menabrak dinding, tubuhnya ditempelkan erat ke arah dinding, tangan-tangan iblis itu menahan tangan Arie, lehernya, pinggulnya dan kaki Arie hingga dia tak mampu bergerak sekarang.

Tak ada ketakutan dari raut wajah Arie, yang ada justru tampang penuh amarah, “Hoi makhluk apa kalian hah! Apa mau kalian! Aaarghhh lepas brengsek!’’ bentak Arie sambil berusaha memberontak, Arie menggerakkan tubuhnya sekuat tenaga namun tangan di daerah lehernya justru mengetat mencekek lehernya, “Ehhhkkhh.. uhuk... uhuk...” Arie terbatuk-batuk karena cekekkan itu. Arie terdiam menahan sakit, saat tubuhnya rileks, tangan-tangan itu juga rileks dan mulai mengendor, tapi tiap kali Arie membrontak tangan-tangan iblis itu kembali mengetat.

Tubuh Arie kembali menegang saat muncul makhluk aneh dan menjijikan, seperti sesosok manusia namun tak memiliki wajah, kuping, rambut, kulitnya terkoyak-koyak seolah mengalami luka bakar, mengkilat karena lendir, telanjang bulat namun tak bisa ditebak apa gendernya.

Tak memiliki dada, namun tak memiliki batangan. Tubuhnya polos sama seperti wajahnya.

Namun mendadak di bagian selangkangan makhluk tersebut terkoyak dan menganga, seperti mulut yang terbuka.  lubang memanjang ke atas, hingga perutnya. Saat lubang itu membuka terlihat gigi-gigi tajam di tiap sisi lubang itu, dihiasi lendir seperti air liur dan klimaksnya saat bermunculan banyak tentacle dari lubang itu.

Arie membelalakkan mata saat melihat tentacle yang jumlahnya puluhan itu mendekat, ukurannya lebih besar dari pada yang menyerang Fahmi tadi.

Semakin dekat dan dekat akhirnya Arie menyadari bentuk tentacle itu seperti kemaluan lelaki, Arie merinding dan memejamkan mata saat tentacle itu menyusup dari bawah celananya, di lengan bajunya maupun di leher bajunya. Dan....

SREEETZ!

Terdengar suara sobekan kain, tentacle itu berhasil menelanjangi Arie. Pemuda ketus itu mendadak panik karena ini bukan sekedar terror mengerikan namun juga pelecehan.

“Aaaaargghh... lepas!” teriak Arie saat merasakan ada tangan lain yang tumbuh di dinding di bawah selangkangannya dan meremas biji kejantanannya.

Sedangkan puluhan tentacle yang lain menggeliat di sekitar tubuh Arie.

Tentacle menggesek-gesekkan ujungnya di puting Arie, “Ekkkh... lepasss! Aaaaarghhh!!” tubuhnya membrontak membuat tangan-tangan tadi bereaksi lebih bengis, di kedua sisi pinggang Arie ada sepasang tangan yang tumbuh taring dan menancapkan kuku seperti taring itu di kedua pinggang Arie, menembus kulitnya, “AAAAAAAARGGHH... aaaaakhhh... aaaaakhhh...” Arie menggerang kesakitan, dia langsung muntah darah karena tak bisa menahan rasa sakit. Saat menunduk, dia merasa ngeri sendiri melihat darahnya berkucuran dan tikus-tikus tadi langsung berkerumun menyantab darah itu bagaikan ikan yang dilempari makanan. Tikus-tikus itu terlihat sangar dan lebih besar dari ukuran normalnya.

Tentacle mulai menggeliat di sekitar pusar Arie, menggelitik dan seolah berjejel ingin masuk di dalam pusarnya. Tubuh Arie habis tertutupi puluhan tentacle yang menggeliat di tubuhnya.

 Arie memejamkan mata karena tak tau harus apa, “Menjijikkan!!! Lepaskan brengsek!!!” bentak Arie. Namun dia tersentak saat ada salah satu tentacle yang melilit penisnya dan mulai mengetat. Teksture tentacle yang lunak dan berlendir memberikan sensasi yang membuat tubuh Arie mulai merespon.

‘Sial... tubuh sialan, kenapa di kondisi mencekam seperti ini tubuhku justru terangsang!!!’ batin Arie penuh emosi. Dia memejamkan mata dan menggenggam tangannya, mulutnya terbuka karena tersengal-sengal. Nafasnya tak beraturan karena menahan gejolak tubuhnya memakan banyak tenaga.

Namun mulut Arie yang terbuka memberikan kesempatan untuk salah satu tentacle penis itu memasuki mulutnya, Arie tersedak saat makhluk itu mencapai tenggorokannya. Arie semakin histeris dan membrontak.

Tentacle yang di bawah bergerak naik turun karena pedang Arie mulai menegang, Arie mengumpat dalam hati terlalu kesal akan makhluk-makhluk yang menyerangnya.

Salah satu tentacle bentuknya sedikit berbeda, ada lubang menganga di ujungnya tentacle itu mendekati penis Arie dan memasukkan seluruh penis di dalam lubangnya.

Arie bergidik ngeri saat tentacle penis lain menggeliat di sisi pipinya, menggeliat di dekat hidungnya dan tercium aroma yang sangat amis seperti daging dan darah.

Mungkin hal ini bisa membuat Arie trauma dengan ‘pedang’ untuk ke depannya. Tapi dia masih kekeuh membrontak, tak mau pasrah begitu saja atau sekedar menikmati sensasi  liar dari makhluk-makhluk aneh itu. Dia tak pernah mau menyerah. Dia memejamkan mata rapat-rapat untuk mencoba tenang sejenak dan berpikiran jernih, tak boleh panik karena panik hanya memperburuk keadaan. Dan tangan-tangan iblis juga lebih rileks jika dia tak bergerak mendadak.

Tapi gerakan tentacle di penisnya semakin cepat ditambah tangan yang meremas-remas bolanya membuatnya terpaksa memuntahkan cairan kentalnya. Rupanya muntahan itu memberikan rangsangan pada tentacle yang menempel di pedangnya, tentacle itu mulai memberikan hisapan-hisapan seolah memaksakan lebih banyak cairan yang keluar.

“Eeeeenghhh... eeeeerrhhh... eeeekhhhh... uhukk..” erang Arie di sela-sela tentacle yang masih melekat di mulutnya.

Arie lemas, rasanya tenaganya terkuras banyak karena klimaks barusan. Tapi dia tetap bersikeras ingin lepas dari makhluk-makhluk itu. Dia membuka mata dan dengan geram dia gigit tentacle yang ada di mulutnya dengan kuat, semua tentacle langsung menjauh dari tubuh Arie, memendek dan kembali masuk dalam lubang di perut makhluk seperti manusia itu. Lubang itu tertutup dan kembali menjadi daging polos seperti semula.

Makhluk yang ada di depan Arie langsung berlari dengan bringas menerjang badannya dan memberikan pukulan kuat pada perutnya, Arie langsung muntah karena rasa sakit bercampur mual akan aroma busuk makhluk itu.

Apalagi saat lubang di wajah makhluk itu terbuka, seperti mulut, ada gigi tajam seperti lubang di perut tadi. Aroma di dalam lubang itu jauh lebih busuk, seperti aroma seribu bangkai yang sudah membusuk.

Arie membuang mukanya ke samping, rasanya dia mau pingsan saja saat makhluk itu mendekati wajahnya begitu Percaya diri.

Namun ada sedikit kelegaan saat makhluk itu menjauhi wajahnya, makhluk itu meraba perutnya, terus kebawah, sekarang mulut itu berada tepat di depan penis Arie. Mata Arie membulat shock, “AAAAAAAARRRGGHH!!!”

TBC

Aduh... ._. ditunggu komentarnya, negative maupun positive tolong sampaikan dengan sopan dan tujuan untuk membangunku agar lebih baik, bukan menjatuhkanku.

No comments:

Post a Comment