WHEN YOUR HAND IN MY..... (ONESHOOT HOT)
By:
yanz
#Andre POV
"Lu tuh ya, ngutang mulu! Hutang lu yang
dulu aja belum dibayar.. Lu kira warung gua panti asuhan yang mau kasih makan
orang gratisan!" teriak tu penjual nasi kuning dengan gondok sampai matanya
mau copot.
Gue
masih duduk santai dengan satu kaki naik di kursi sambil mengorek-ngorek gigi
dengan tampang tanpa dosa, "Sudah terlanjur gini apalah daya, situ nagih
pun gue gak ada duit..."
"Enak ya lu ngomong! Gue gak mau tau
kalau lu gak bayar sekarang, gue bawa ke kantor polisi lu!"
Gue
langsung bangkit dari tempat duduk, memandang shock, kedip-kedip bentar terus
siap-sial kabur. Tapi sialnya tuh pak kumis malah narik kerah leher gue,
"Jangan harap bisa kabur lu!!"
"Ampun paak jangan telan gue!"
"Gak nafsu gue makan daging lu yang pahit
dan bau asem lu penuh daki.. Bayar kaga!!!"
"Kaga ada duit paaak ampun!!! Entar kalau
pulang gue bayar daah. Ortu gue tajir pak, sueer!
"Gak usah ngayal lu gelandangan gak tau
diri emang, gue telepon polisi sekarang juga.."
Mata
gue terbelalak kemudian gue memelas dan memohon lirih. Waktu tuh pak kumis
memencet HPnya tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik pinggang gue sampai
bisa gue rasakan belakang gue menyentuh sesuatu.
"Memang berapa hutangnya pak? Biar saya
yang bayar."
Wih.. Hati gue bersorak riang ada malaikat
penolong datang tepat waktu. Gue menoleh ke belakang rupanya seorang pemuda
tinggi rapi dan berkacamata. Terlihat berwibawa.
"Wiih manteb, rejeki mah emang gak
kemana... Thanks ya bro..." ucap gue girang sambil ngajakin tuh cowok tos
walau responnya rada kaku.
"Kenalin gue Andre, lu siapa?" tanya
gue sambil kembali duduk di bangku warung pak kumis.
"Hendra..." jawabnya singkat sambil
benerin kacamata. Gue nyengir licik, anak baik nih... Boleh lah gue manfaatin
kekeke...
"Rokok pak, biar si Hendra yang
bayarin..." ucap gue santai dan betapa gak tau dirinya. Gapapa lah, mau
hidup enak musti gak tau malu kaya gue. PD pangkal rezeki hehe...
"Yaelah lu tuh ngelunjak amat ya
dibantuin orang. Hobi amat ngerepotin orang..." omel pak kumis. Gue cuma
nyengir-nyengir innocent.
Hendra ngeluarin uang merah-merah yang
keliatan banyak dan tanpa ba bi buu dia kasih tu uang ke pak kumis. Wah wah...
Nih cowok gak perhitungan, patut gue tempelin haha..
"Kamu tinggal dimana?" tanya Hendra.
"Gue... Gak nentu sih. Gue tinggal sama
orang yang mau nampung kalau gak yaa di depan ruko terdekat. Kalau lu nawarin
nginep juga gue akan terima dengan senang hati..."
"Hahaha... Belum juga aku tawarin , kamu
sudah nyerocos duluan..." ucap Hendra geli sambil acak-acak rambut gue.
Loh loh? "Niatnya juga aku memang mau menawarkan. Hmm kau seperti membaca
pikiranku saja..." lanjutnya.
"Kaga, gue bukan dukun yang bisa baca
pikiran orang. Tadi itu bentuk pengharapan gue yang terlalu jujur hehe.."
gue ketawa garing.
"Yaudah.. Ayo berangkat." ucapnya
datar. Gue langsung bangkit dan rangkul dia sok akrab.
Begitu mantatin tuh kursi mobil rasanya gue
damai banget, lama badan gue gak ngerasain benda seempuk ini. Layaknya orang
udik gue lambung-lambungin pantat dengan girang.
Hendra rada nyengir geli, gue langsung
mengulum senyuman sok malu layaknya perawan desa.
"Hen, nih mobil lu sendiri?"
"Iya baru aku beli bulan lalu."
"Wih.. Mantab masih muda sudah bisa beli
mobil sendiri. Emang umur lu berapa? Kerja apaan sih?"
"Aku pengelola event organizer. Waktu
lulus kuliah di umur 23 tahun, ayahku memberikan modal buat bisnis yang sudah
aku jalani dua tahun ini."
"Oh.. Jadi lu masih 25 ya.. Cerah banget
masa depan lu. Gue juga bentar lagi 25 tapi ya gini gini aja.."
Hendra yang tadinya fokus ngelihat jalan,
ngelirik gue sejenak. Dia tersenyum lembut layaknya malaikat, memamerkan lesung
pipinya. Sempurna amat ya ni cowok. Andai gue kaya dia.
"Kenapa sih keluar dari stoicboyz? Aku
kangen perfomance kalian."
Mata
gue melotot nyaris keluar mendengar pertanyaan Hendra tersebut. Hah? Tau dari
mana ni anak kalau gue yang sekarang kucel ini mantan anggota boyben acak kadut
yang namanya stoicboyz. Wah wah gak beres.
"Ta-tau dari mana lu kalau gue anggota
stoicboyz?" tanya gue keringat dingin.
Hasyem, malu gue ketahuan pernah ikut boyben
gaje. >_<
"Waktu aku jadi EO acara kalian, sejak
saat itu aku jadi fans stoicboyz. Te-terutama... Kamu..." ucapnya
gelagapan, sedikit nunduk dan rada memerah mukanya.
Gue
ngernyitkan kening bingung. Tapi kembali fokus pada topic, "Heh fan? Gue
bahkan sudah lupain kenangan pahit nan menjijikan yang namanya jadi boyben
alay. Gelii gue."
"Kenapa kamu menghina dirimu
sendiri?"
"Bukannya gue ngehina diri sendiri tapi
gue jadi boyband itu cuma terpaksa." ucap gue dengan muka suram.
Hendra fokus pada jalan, "Bagaimana
ceritanya?"
"Gue awalnya pemain sepak bola dengan
kepribadian boros dan suka mainin cewek. Penghasilan sehari habis sehari, bokap
gue orangnya kejam. Dia gak suka gue kerjaannya main bola terus dan gak
ngelanjutin kuliah. Jadinya gue dikirim ke luar kota ke apartement kakak nista
gue buat jadi baby siter. Najis lah tuh orang, alay gilaa."
"Kakakmu itu Iwan kan? Leader
stoicboyz?"
"Yoa yang alay itu..."
"Gak kok, kalian mirip. Sama
gantengnya."
"Najis gue disamain sama si alay ntu.
Hoeeek mandi kembang tujuh rupa dah gue ntar malem. musuh besar gue tuh
anak!"
"Hahaha.. Lucu ya, kalian ini sodaraan
tapi gak rukun. Lanjut dong ceritanya.."
"Jadi si Iwan tuh, baweeeel banget.
Kebanyakan aturan, apartementnya juga bersih kaya rumah cewek. Gue menderita.
Terlebih permintaannya aneh-aneh. Disuruh ganti nickname facebook 'Andree
chayank Iwancelamanyaah' sedangkan dia pake nickname 'Iwan chayank
andreechelamanyah'
Gak
cukup sampe situ, selain nama jadi couple dia juga minta dipasangin
relationship di fb. Apa gak malu gue? Dimana harkat dan martabat gue ditaroh
kalau habis temen-temen gue liat fb gue jadi maho."
Iwan
tersenyum nyaris ketawa, "Kalau gak suka kenapa kamu mau saja?"
Gue
masang muka melow layaknya di sinetron-sinetron, "Iwan nyimpan foto gue
yang cukup vulgar sama cewek gue, kalau sampai bokap gue yang tentara itu tau
bisa dibom gue."
"Makanya privasy itu disimpan baik-baik
atau gak usah disimpan sekalian karena gak ada gunanya kamu simpan foto aib
kamu begitu."
"Iwan sih lancang buka HP gue.
Haah.."
"Terus jadi boyband juga paksaan
Iwan?"
"Yoa... Sebelum jadi boyband, tuh anak
maksa gue gabung di video harlem shake dia yang heboh itu. Jingkrak-jingkrakan
dengan PD di tengah pasar. Gue cuma manggut-manggut kaya bocah cacat mental.
Nah setelah video itu meledak dia berinisiatif mau jadi artis dan ngajakin
empat temannya bergabung. Jadinya berenam dengan gue."
"Apa ayahmu yang tentara itu gak
menentang profesi kalian jadi boyband."
"Itulah bokap gue Hen. Dia gak adil, mana
pernah dia menentang Iwan. Waktu gue minta ini itu pasti gue diomelin, Iwan
anaknya bebas berkreasi. Gak kaya gue dikekang. Selalu dibandingkan sama Iwan,
dia rajin lah, pintar lah, nurut lah, berbakti lah. Gue selalu disepelekan. Gue
gak kaya anak di rumah sendiri."
Hendra terlihat ragu berkomentar namun dia
bersuara juga, "Ini yang dibilang, siapa yang menanam maka ia juga yang
memanen. Iwan berhasil menunjukkan dia sempurna di depan ayahmu makanya dia
pantas dapatkan apa yang dia usahakan. Kamu juga harus begitu, jangan hidup
seperti air yang mengalir tanpa tentu arah dan tujuan."
"Sok bijak lu Hen," gue ngedumel
sambil manyun. Rese nih anak, bukannya belain gue.
"Terus bagaimana bisa hidupmu
sememprihatinkan begini sekarang?"
"Gue capek tiap keluar rumah dikejar
cewek maupun cowok, gak bebas gue. Makanya gue keluar dari tuh boyben, gue mau
jadi orang biasa bukan artis yang dikerubuti banyak orang tapi hati gue
kesepian."
"Foto vulgarmu?"
"Gue gak perduli mau Iwan lapor sama
bokap atau gimana, yang pasti gue udah tinggalin keluarga gue. Sakit banget sih
hidup baru gue tapi rasanya damai dan gak ada stress or beban apapun. Gak kaya
di rumah gue or apartement Iwan, gue terkekang."
"Tapi kamu kurusan, Andre. Kamu tinggal
sama aku saja ya? Aku senang kalau bisa hidup dengan orang yang aku
kagumi."
Gue
nyengir lebar, "Dengan senang hati sih gue asal gak banyak aturan
aja.."
Hendra melirik gue, "Gak ada aturan Dre,
kamu cukup ada disamping aku terus. Itu cukup."
Gue
ngerasa rada janggal sama nih kalimat, kok rada-rada gimana gtu. Bagaimana
pembaca? Hendra ini anaknya rada aneh bukan?
"Gue sih iya iya aja Hen, asal bisa makan
enak gue hehe..."
"Tengil kamu ya anaknya, aku kira kamu
cool seperti yang terlihat di panggung biasanya."
"Udah lah Hen, jangan bahas masa lalu gue
lagi. Gue mau memulai hidup baru gue bersama lu."
Lah
gue juga ikut-ikutan ngomong aneh kaya Hendra, kaya orang pacaran aja.
Hendra membelokkan mobilnya masuk ke dalam
parkiran. Setelah markir kami masuk ke apartementnya di lantai 12. Gue langsung
ngaca begitu buka pintu karena kacanya ada di depan pintu.
Parah, kucel banget gue. Muka mengkilap sama
keringat, debu dan daki, baju kaya gembel kotor dan dekil, celana sobek-sobek.
Heran, gimana caranya Hendra kenal gue? Fans
gue yang lain aja pada gak kenal sama gue.
"Kamu mandi aja dulu, kamar mandi ada di
ujung sana.."
"Ok thanks Hen, udah tiga hari gue gak
nyentuh air hehe..."
Hendra pasang wajah shock kemudian tersenyum
tipis.
#Hendra POV#
Aku
melonggarkan dasiku, melepasnya dan melepas kacamataku kemudian menghempaskan
tubuh ke kasur. Aku mimpi apa semalam? Bisa-bisanya bertemu dengan orang yang
sudah lama membuat jantungku berdebar dan sekarang mau hidup bersamaku?
Oh
God, aku tidak yakin bisa 'Tahan' hmm...
Jantungku masih berdetak kencang merasakan sesuatu
yang seperti alunan lagu cinta di dalam sana.
Aku
gugup bercampur senang.
kreak..
Terdengar decitan pintu dari kamar mandi
setelah 10 menit yang lalu Andre memasukinya. Aku ternganga, dia hanya
mengenakan handuk kecil untuk menutupi senjatanya dan mengangkat tangannya
untuk mengeringakan rambutnya dengan handuk lain. Terlihat bulu halus dan tipis
di ketiaknya, benar-benar mulus badannya.
Aku
berusaha memalingkan pandangan ke arah lain, aku bisa lepas kendali jika terus
menatapnya.
"AAH... segarnyaa!" teriak Andre
girang dan menghempaskan tubuhnya di sampingku.
Tenggorokanku tercekat, terasa bulir keringat
ada di keningku. Aku mengarahkan wajah padanya dan disambut senyuman ceria,
astaga. Aku ereksi berat, dia terlalu imut!
Aku
bangkit dan berlari ke kamar mandi, "Hen, lu kemana?" terdengar Andre
berteriak.
"Aku mandi dulu, Dre.." balasku.
Aku
tutup kamar mandi kemudian bersandar di pintu kamar mandi. Bagaimana ini? Baru
sebentar penisku sudah ereksi, bagaimana jika sepanjang waktu bersamanya?
Aku
tidak mungkin langsung menjamahnya, itu terlalu kurang ajar. Apalagi dia
normal.
Haah... Benar-benar posisi berat. Entah sampai
kapan akal sehatku bisa jalan?
Aku
melirik tonjolan yang ada di celanaku, meremasnya pelan dan semakin kuat.
Kubuka semua pakaian beserta CDku. Aku mainkan penisku yang sudah sangat tegang
karena kehadiran Andre dan reaksi alami tubuhku.
Aku
membayangkan dia mendesah dan tergolek tak berdaya di bawah tubuhku. Haah...
Benar-benar sensasi yang luar biasa.
Aku
selalu memainkan penisku perlahan dengan sabun, tidak membiarkannya cepat
keluar agar dia terlatih tahan lama dan bisa memuaskan pasangan bukan hanya
puas sendiri hehe...
Sekitar setengah jam bermain dan membersihkan
badanku, aku pun keluar kamar mandi.
Lagi-lagi aku dikejutkan oleh penampilan
Andre, dia menggunakan kemeja putihku dan hanya CD tanpa celana.
Terlihat sangat imut.
"Hen, pakaian lo gede semua, ini aja
kemeja lo kegedean sampai bisa jadi kaya gaun terusan di badan gue. Terus
celana lo kepanjangan semua jadi gak gue pake. Kaya bule ya badan lo, subur
banget hehe.."
"Emh... Iya gapapa.." aku jawab
singkat. Membongkar lemari, mencari baju tidurku.
Waktu mulai memakai celana aku dibikin
terkejut lagi olehnya, "Lama banget lo mandi, kaya cewek yang lagi luluran
aja. Atau jangan-jangan lo ngocok ya haha.."
Aku
tidak menjawab, anak ini... Frontal memang.
"Eh sorry deh kalau lo gak suka bahas
privasy. Eniwei, kasur lo cukup gede buat berdua. Gue tidur sama lo aja lah
buat hemat tempat hehe.."
Bingo, memang itu yang aku harapkan. Tapi..
Siap-siap saja tidak bisa tidur karena gelisah semalaman.
Andre menarik selimut dan hanya beberapa detik
terdengar dengkuran kecil, hebat sekali. Tukang tidur dasar..
Aku
merebahkan tubuh di sampingnya, perlahan aku merapat kemudian mencium rambutnya
dengan lembut, "Sweet dream my angel.." desisku pelan.
#Keesokan harinya, Andre POV
Gue
mulai terjaga karena ngerasa ada yang bergerak-gerak di selangkangan gue. Gue
buka mata perlahan dan berkedip-kedip.
Rupanya Hendra lagi ngocokin penis gue, muka
gue langsung merah. Kepala gue yang awalnya di leher Hendra langsung gue
jauhkan dan bangkit.
Hendra tampak gugup, gue juga. Kami duduk
terdiam sejenak sampai akhirnya Hendra buka suara, "Sorry, Dre. Tadi aku
liat ada tenda di balik CDmu. Aku.. Aku jadi tidak bisa menahan diri."
"Enak kok Hen... Cuma gue malu aja kan
kita baru kenal."
Jawab gue santai, sebenarnya sih acara ngocok
bareng teman itu biasa aja cuma gak tau kenapa gue malu sama Hendra, gue jadi
deg-degan gak nentu.. Haah..
"Maafin aku ya kalau lancang."
Aku
ngelirik jam, masih jam empat. "Udah lah Hen, nyantai aja. Tidur lagi yok.
Gue masih ngantuk nih.."
Hendra tersenyum hangat dan mengusap kepala
gue. Dia baring duluan, gue juga menyusul. Masih dingin banget pagi itu jadi
selimut aja gak cukup bikin gue hangat.
Gue
miringin badan dan meluk dada Hendra, gue arahkan muka gue ke lehernya dan kaki
gue naik ke pahanya.
Gue
bisa rasakan hangatnya tangan Hendra di atas tangan gue. Eng... Gue mulai
merasa ada yang gak beres. Tapi gue biarkan sejenak mau tau apa yang akan
terjadi.
Dingin semakin menusuk, gue eratkan pelukan
hingga lutut gue mententuh selangkangan Hendra, ada yang sudah sangat mengeras
disana.
Gue
lirik wajahnya, dia terlihat gelisah, tatapannya lurus ke langit-langit.
Gue
makin pensaran. Iseng, gue kecup lehernya.
"A-aakh.. Dre!" dia terkejut nyaris
membentak.
"Napa Hen?" tanya gue santai dengan
tatapan polos. Keningnya berkerut, gelisah, marah dan takut tergambar dari
tatapannya. Waduh kayanya gue melakukan kesalahan.
Brukk...
Gue
terperangah menemukan Hendra nindihin gue dan bibir kami menempel!
I
see now, dia gay, anjrit.. Kena gue.
"E-enghhh... Emmmhhh..." gue
menggerang dan berusaha dorong dadanya tapi badan besarnya mengalahkan gue.
Mampus dah gue diperkosa gay.
Gue
mulai pasrah, karena keringatan melawan pun gue tetap gak bisa bikin badannya
menjauh. Gue merem, gila dahsyat banget bibir gue disedot-sedot. Hot banget
rupanya ciuman nih gay, ini ciuman terpanas yang pernah gue rasakan.
Saat
lidahnya melesak masuk, menari lincah di mulut gue, gue cuma bisa remas
dadanya.
Gue
gak berkutik, panas banget sekarang. Rasanya dada gue mau meledak.
Dia
melepaskan ciumannya sejenak, menciumi muka gue dengan lembut.
Gue
bener-bener spechless waktu itu, bingung antara mau marah atau lanjut. Yang pasti ini
experiance yang benar-benar luar biasa plus aneh buat gue yang pertama kali
dihomoin gini.
Dia cium
leher gue, geli gila. Sensasinya bikin gue menggeliat. Dia menggenggam kedua
tangan gue dan menahannya di atas kepala gue.
"Aaaaaakh... Eng... Hen, jangan leher
gue... Enghh gue gak tahan... Ahhhh..."
Hendra gak gubris omongan gue, dia malah menyedot
leher gue makin kenceng, pasti ada bekas merah disana.
Tangannya membuka kancing kemeja dengan cepat
sedangkan lututnya berada pas di selangkangan gue. Gimana gue gak ketar ketir,
kalau dirangsang begini.
"Hen jangaaan... Aaaakhh.. Gak....
Ahhh... Enghh... Ooh.." gue cuma bisa menggerang saat dia memainkan nipple
gue dan ciumannya di leher gue semakin hot.
logika gue nolak rasa ini susah payah, gue gak
boleh tapi kenyataannya gue sangat menikmati permainan Hendra. Baru kali ini
gue diserang duluan, ganas begini pula. Sudahlah, gapapa belok sekali-kali, gue
udah gak tahan.
"Engh... Aaaaarghhh.... Oooh...."
gue kembali mendesah saat tangannya berada di penis gue sedangkan mulutnya di
dada gue.
Ngilu, gila... Serasa disambar geledek, badan
gue tegang banget.
Gue
merem melek, jari-jari kaki gue seolah geregetan, tangan gue berusaha
menghentikan kocokan Hendra. Hendra menarik CD gue, menurunkannya dan
melemparnya.
Dia
menggunakan jempolnya untuk memainkan ujung penis gue, "Aaah Aaah...
Hen... Enghh..."
Precum gue membasahi tangan Hendra, badan gue
menegang, otak gue sudah gak jalan. Gue bener-bener horny.
Hendra kembali naikin badan gue, melumat bibir
gue penuh nafsu sedangkan selangkangan kami saling bergesekan.
Gue
peluk leher Hendra dan meremas rambutnya geregetan, gue balas lumat bibirnya.
Ah gue sudah gak waras, ini benar-benar nikmat.
Hendra melepaskan semua pakaiannya, terlihat
penisnya yang memerah itu sudah mengacung tinggi, gue cukup kagum sama
ukurannya. Gue pengen... Pengen punya kaya gitu maksud gue! Bukan pengen yang
eng.. Eng..
Dia
natap gue lembut, "Maaf Dre, aku bener-bener minta maaf harus lakuin
ini." lirihnya.
Dia
mengecup bibir gue lembut, mengangkat kaki gue dan gue terkejut begitu
merasakan sesuatu yang keras dan besar melesak masuk, "AAAAAAARGHHH...
AAAAAAKKHH... oooohh... Lepass aah... Sakit, cabut penis lo... Hen! Sakit
gueee!" gue terus menggerang ternyata gue dipenetrasi.
Gue
berusaha brontak tapi Hendra mengusap kepala gue dan menciumi wajah gue, gak
perduli seromantis apa dia yang pasti gue harus akhiri rasa sakit ini.
Hendra terus memompa lubang gue tanpa perduli
rasa skit gue, gue gak bisa menahan tangis, gue terus menggerang sakit, gue
peluk erat Hendra. Mencengkram pundaknya dan menggigit gemas bahunya.
Gue
mengejang saat Hendra kembali mengocok penis gue, "Aaah... Aaah... Hen...
Enghhh... Aaaah... Oooh.... Truss enghh..." saat gue terangsang lagi dia
memompa lubang gue lebih cepat.
Gue
gak tahan, gue hisap-hisap gemas lehernya. Gue terbawa suasana yang panas.
Rasanya sudah diujung tanduk, penis gue
berdenyut tapi Hendra menghentikan kocokannya.
Gue
kecewa, namun tidak lama. Rasa sakit tadi mulai berubah menjadi lebih nikmat
saat ujung penis Hendra menyodok-nyodok satu titik disana.
"Aaaaakhh... Uhh... Aah... Aah.. Gue
mau... Enghhhh..."
Pompaan Hendra makin kuat dan cepat, tangannya
meraih penis gue, lubang gue berdenyut dan menjepit penisnya.
"Aaaaaaaahhh... Aaaah... Emmm.. Aku
keluar... Enghhh..."
Satu
sodokan terakhir berhasil membuat gue memuntahkan cairan sperma gue, begitu pun
Hendra. Terasa hangat dan basah di dalam sana.
Dia
melepaskan senjatanya dan berbaring di samping gue. Gue berfikir dan memejamkan
mata.
Gue
jijik, disisi lain ini enak. Gue bingung.
Hendra mengganggam tangan gue, tersenyum
hangat dan berkata, "Thanks Dre, itu tadi pengalaman pertamaku. Aku
sengaja menunggu melakukan ini hanya dengan orang yang aku cinta."
Gue
terhanyut. Hangat, ada aura hangat yang Hendra transfer ke hati gue. Gue
memiringkan badan dan memeluknya.
"Aku sayang kamu dari dulu Dre. Aku mau
kamu jadi bagian hidupku," Hendra menggenggam hangat tangan gue yang ada
di dadanya kemudian mengecupnya lembut.
"Gue udah jadi bagian hidup lo dari tadi
kali Hen."
"Maksudku, jadilah kekasihku Dre."
Gue
mingkem bentar, "Yang pasti lo harus tanggung jawab. Pantat gue sakit
bego..."
"Hahaha nakal ya bahasanya dijaga. Iya
aku pasti tanggung jawab kalau kamu hamil.."
"Gak waras lo Hen."
Hendra mengusap kepala gue lembut, gue damai
banget.
THE
END
maaf
gak terlalu hot, soalnya supaya soft aja tema.a
Tapi
cukup gak bikin dag dig fug deerr ?
Hehehe komentar dong.
Add me: https://m.facebook.com/yanz.putra56
No comments:
Post a Comment