Thursday, February 11, 2016

Tukar Jiwa



Tukar Jiwa

By: Yanz

SINOPSIS: Viandra bosan menjadi cowok yang selalu disalahkan cewek2 sedangkan Nanda lelah jadi wanita yg selalu dipermainkan, mereka tertukar jiwa dan Vian sangat terkejut harus memulai hidup barunya sebagai wanita yang sedang hamil namun bersuami sexy. Cerita Straight rasa gay.



Note: sebenarnya pengen bikin cerpen tapi karena kebablasan jadinya dua part.


Di dua tempat yang berbeda, ada dua orang yang sedang mengalami masalah dan terlihat putus mari kita lihat dulu dari sisi Viandra, “Ini sayang aku bawain martabak-nya, kenapa sih malem-malem gini pake minta jajanin segala kaya ibu ngidam.” Omel Vian yang kesal harus dibangunkan tengah malam Cuma karena Ranti pacarnya mau martabak.

Dengan wajah tanpa dosa Ranti ambil martabaknya begitu saja, bilang makasih juga enggak. Vian hanya mendengus kesal eh sekarang ditambah lagi masalahnya, “Viandraaaa! Udah berapa kali aku bilang aku ga suka bawang, kenapa martabaknya ada bawang!”

Vian memutar bola mata kesal, “Haduuh tanya aja sama yang jual, mana aku tau yang begituan.”

“Harusnya kamu ada inisiatif dong buat kasih tau abang martabaknya buat gak masukin bawang, bla bla bla bla...” banyak lagi omelan panjang lebar yang jika dijabarkan akan membuat pusing kepala, kadang wanita itu akan mengungkit-ungkit masalah yang sudah lewat kalau lagi kesal kaya sekarang dan ujung-ujungnya berakhir seperti ini, “Udah ya cukup, aku capek punya pacar kaya kamu yang gak pernah becus ngertiin ceweknya, yang eeekhh pokoknya ngeselin, KITA PUTUSS!!!” pemuda 22 tahun itu Cuma bisa melongo dapat semprotan sepedas itu, dia bingung harus kesal atau lega terlepas dari iblis semenyeramkan Ranti tapi ada yang sakit dan gak berdarah di sudut dadanya, sudah berjuang tapi gak dianggap, sedih.

Disisi lain Nanda seorang istri cantik sedang menangis sambil meremas foto suaminya yang sedang telanjang dan tidur dengan wanita lain, suaminya berlutut-lutut mencoba membujuk dan meminta maaf, “Sayang maaf.... aku... aku... ini diluar kendali aku.” Ucap Rian si suami tampan yang berkulit, bertubuh atletis dan ditumbuhi bulu-bulu halus di bawah dagunya jadi aura-aura zayn malik gitu gantengnya

“Aku kecewa sama kamu mas, aku bener-bener kecewa. Mas jahat!” Nanda melempar gumpalan foto ke wajah Rian, Rian sampai menangis memohon-mohon dengan istri yang sangat dia cintai itu.

“Sayang, mas kena jebak... mas mabuk waktu itu... dia Cuma mau morotin duit mas dan setelah mas capek diperas dia cari gara-gara.”

“Aku gak percaya! Ini udah jelas! Aku mau minta cerai mas! Mendingan kita cerai aja...”

“Gak... gak bisa. Istriku yang cantik tolong kita bahas ini dengan tenang.”

Nanda langsung masuk ke kamarnya dan dikunci sedangkan Rian Cuma bisa menggedor-gedor dan mengucapkan berbagai pembelaannya. Di ruang yang berbeda namun di waktu yang bersamaan, Nanda dan Viandra mengucapkan suatu keluhan yang seolah menjadi mantra ajaib bagi mereka.

“Aku capek jadi cewek yang selalu dimainin dari dulu, aku pikir Mas Rian berbeda ternyata sama aja kaya mantan-mantanku terdahulu! Aku nyesel!!! Coba aku jadi cowok aja!” ucap wanita 28 tahun itu namun berfisik semanis gadis 18 tahun dengan badan mungilnya, wajah imut, rambut ikal dan kulitnya yang seputih awan.

Vian pun mengucapkan hal serupa, “Gila ya, capek banget jadi cowok! Disalahin mulu, gak pernah bener, disiksa mulu sama cewek, dibully, dimanfaatin. Nyesel jadi cowok, enak banget sih jadi cewek, coba aku cewek!”

Dan... WUSSSSH angin deras menerpa wajah mereka seolah menjawab keluhan mereka, mereka berdua pun tertidur pula dalam sekejab.

-Viandra POV-

Engh... kok rasanya badanku kaku gini ya, aduh pusing pula, umm mual juga. Aku coba buka mata, rasanya aku barusan tidur lama banget sampai badanku lemes begini. Hah rambutku udah panjang aja? Sampai nutupin muka gini. Jam wakernya kok warna pink ya? Ummm kamarnya mewah amat, ini dimana? Aku coba bergerak perlahan dengan pandangan yang masih kabur aku menoleh ke belakang. “Huaaaaaa!!!” aku berteriak kencang sambil mendang cowok bugil yang tidur di sampingku.

“Ughh... sayang, sakit... kamu masih marah ya?” ucap cowok tadi sambil berusaha mendekat. Aku lirik badanku di balik selimut, ANJIRRRR roket eh toket! Burung burung mana burungku kok hilang? Aku sambil meraba-raba selangkanganku, dengan cepat aku berlari menuju cermin dan sedetik kemudian aku mundur kaget. Cewek? Waduh... bagaimana bisa aku pindah ke badan cewek. “Maaf sayang, udah ya marahannya..” cowok bugil tadi mencoba mendatangi aku tapi aku langsung ancang-ancang, “Maju selangkah aku kepret kamu!!” bentakku ketakutan.

Cowok tadi memandangku dengan mata sedih yang bikin baper, aku gak mau ambil pusing langsung buru-buru lari ke ruangan lain dan ketemu kamar mandi dengan kaca besar. Aku langsung senyum-senyum sendiri ngelirik cermin, cantik banget fisik nih cewek, badannya sempurna pula, emang sih buah dadanya ga seberapa besar tapi bulatnya kencang pas, pinggangnya juga langsing gak bergelambir, aku langsung mesum grepein badan sendiri dan horny sendiri, aduh maaf nona siapapun namamu aku minta maaf sudah menistakan badanmu separah ini fufufufu.

Setelah selesai melakukan ‘ritual’ dengan cara terbaru, aku memberanikan diri keluar kamar mandi dengan menggunakan baju mandi sejenis kimono itu. Aku menjinjit kaya maling mau kabur dan cowok tadi masih ada! Dia sudah pakai baju dan celana boxer sih, matanya juga berbinar sangat bahagia melihat kehadiranku, “Sayang, kamu sudah pikirin semuanya kan? Kita jangan cerai ya, apalagi kamu lagi hamil begini gak mungkin kita cerai sayang...” bujuknya sambil menggenggam tanganku.

Aku langsung terkejut bukan main, “WHAAAAT!!! HAMIL???” gila ya, bertransformasi jadi cewek aja sudah bikin shock apalagi ngerasain hamil. Gak... ini suatu kesalahan! Aduh gimana sih kok bisa kacau begini!!!

“Iya sayang masa kamu ga ingat, baru tiga hari lalu kita ke rumah sakit karena kamu ngerasa ga enak badan dan kata dokter kamu hamil tiga minggu, akhirnya setelah pernikahan kita yang ke delapan tahun kamu bisa hamil lagi...” dia mencoba meluk aku walau aku tahan tetap aja kalah kuat, aduh mana tenaga lakiku yang dulu?

“Jadi kamu suami cewek ini?” tanyaku heran.

“Kamu ngomong apa sih sayang, ya aku ini suami kamu. Masa kamu gak ingat?”

“Aku gak tau apapun tentang cewek ini, dan jangan panggil aku sayang!!”

Cowok ini tersenyum aneh seolah mukanya bilang ‘Wah kesempatan bagus’ kemudian dia merangkul bahuku buat mengarahkanku duduk di kasur, dia tersenyum manis, “Jadi kamu beneran gak ingat apapun?”

Aku menggeleng dan lirik cowok tadi rada sinis. Dia malah mengusap kepalaku dengan lembut, “Yaudah kita mulai dari awal ya, nama kamu Nanda Fransiska. Umurmu 28 tahun, kamu keturunan dayak kalimantan timur, dan aku Rian Andika, 28 tahun juga, aku suamimu. Kita nikah muda karena ‘kecelakaan’ ya maklum kan anak muda suka susah mengendalikan diri. Tapi kita saling sayang, saling cinta, kita pasangan yang sempurna, kamu cantik, aku tampan, kita punya usaha sendiri di bidang kuliner, kita gak Cuma pasangan hidup tapi partner bisnis yang cocok.” Rian ngejelasin dengan tampang antusias. Apa ucapannya benar? Emang ada pasangan sesempurna itu? Tapi kalau diliat-liat dari tampang ngenes Rian sih dia pria yang teraniaya sama kaya aku, wanita itu kan suka semaunya. Kasian Rian. Tapi istrinya cantik sih, aku aja gak pernah punya pacar secantik ini.

Aku mencoba narik tangan dari genggamannya, risih juga rasanya dibelai-belai ya walaupun badan ini memang halal buat dia tapi kan jiwanya gak QuQ
Aku sedikit menerawang kenapa bisa kejadian aneh ini jadi nyata, kemudian aku menepuk jidat! Oalah pantasan, tadi malam ternyata harapan konyolku kayanya dikabulin Tuhan, okay aku akuin ini salahku. Sekarang gimana? Kabur atau jalanin hidup yang ada? Tapi ini kan mau aku ngapain aku kabur, ya anggap aja pengalaman baru yang menegangkan. Umm tapi kan istri orang, hamil pula aah makin ribet, coba cewek single kan enak semaunya, kalau kaya gini aku disetubuhi cowok gimana? Huaa jad maho dong! Issh pusing.

“Aku ga ingat! A-aku ga bisa jadi istri kamu, bisa aja kamu ngarang kan, siapa tau kamu penculik.” Ucapku asal. Rian menatapku dengan mata sedihnya lagi, nih cowok ya macho macho kadang bikin baper juga, kasian liatnya. Dia buru-buru bongkar lemari, mukanya langsung ceria ketika nemuin album foto kemudian dia duduk di sampingku rapat banget dan cari kesempatan rangkul pinggangku walaupun aku sentil tangannya. “Ini, Nan coba kamu liat foto pernikahan kita. Udah lama sih aku terus berubah, udah ga seimut dulu tapi kamu masih lucu kaya anak sekolahan hehe kamu ga berubah soalnya perawatannya dijaga maksimal. Nih prewed kita, ini juga gaun yang lain, kita sampai tiga kali ganti pakaian pengantin.”

Shit beneran nikah rupanya, apa lagi ya alasanku, “Tapi aku gak ingat apapun, aku gak cinta kamu, jadi jangan macam-macam ya.” Aku menunjuk mukanya dengan tatapan sangar.

Dia memelas manja, “Kasih aku kesempatan, aku bakal bikin kamu cinta lagi sama aku, aku janji Nan.”

IDIH NAJISSS HOEEK! Ogah mah gue cinta sama cowok. Adoooh pusing! Mendadak rasa kepoku muncul, “Dulu agak gendutan.” Ucapku menunjuk foto Nanda.

“Iya waktu itu kamu hamil lima bulan. Aku terpaksa nunda-nunda pernikahan kita karena nyari dana, ortu kamu gak restuin pernikahan kita kalau maharnya ga sesuai standar mereka. Sedih kan? Dulu kita udah jalanin banyak masa masa sulit, pahit manis kita tetap bertahan, aku sayang banget sama kamu Nan.” Rian natap aku kaya mesra banget gitu gaaah sial. Pakai acara nempel-nempel pula, huaah intim banget sih nih cowok! “Umm maaf kalau kamu belum siap.” Rian kembali kalem.

“Anaknya mana?” aku kepo lagi kan.

“Umm sayangnya kamu keguguran. Pas jalan enam bulan, kita ‘mainnya’ hot banget waktu itu mungkin perutmu keguncangnya terlalu kuat jadinya yaa brojol sebelum waktunya. Kondisi bayinya lemah dan belum sempurna jadinya meninggal deh... setelah itu kita susah banget punya anak, seolah kaya dapat azab Tuhan karena kita sudah zinah diluar nikah..” jiaah Rian malah melow dan meluk-meluk aku kan. “Tapi syukurlah kamu hamil lagi, kayanya kita sudah dimaafkan.” Dia nyengir ceria sambil usap-usap perutku. Waduh serem juga dengernya, ‘main’ sampe brojol sekuat apa sih genjotan nih cowok. Tidaak tidaaak Vian apa yang kau pikirkan jangan kepo sejauh ini bego!

Aku kembali jauhin badan, dia lagi-lagi pasang tampang kucing imut yang terbuang itu, bikin hati siapa aja luluh kalau lihatnya, “Kamu waktu itu ngerengek pengen dibelikan iphone 6 kan? Ayo kita beli sekarang! Kalau perlu iphone 10 juga aku belikan kalau sudah rilis. atau mau liburan ke luar negeri? Atau mau costum cosplay yang paling mewah kita project couple lagi kaya dulu hehe...”

Aku mengernyitkan kening dan melirik Rian keheranan, “Kamu kenapa over kaya gini sih?”

Rian langsung narik pinggangku dan bikin tubuh kami nempel, kami pelukan, “Aku Cuma takut kehilangan kamu sayang, aku cinta banget sama kamu. Aku janji bakal hargain dan jagain kamu sepenuh hati asal kasih aku kesempatan lagi buat memulainya dari awal.”

Aku berdehem pelan, kasian juga si Rian dia kaya suami suami takut istri gitu, ya cinta sih wajar ya maklum Nanda kan cantik, Cuma kesannya Rian kaya terobsesi gini aneh aja jadinya. Atau terjadi sesuatu sebelumnya yang bikin mereka kepisah? Ah tau deh... yang pasti sempurna banget ya hidup Nanda ini, udah cakep, kaya, punya suami yang kayanya takluk banget sama dia. Apa aku nikmatin aja kali ya? Gak dosa kali ya kalau jalanin hubungan sama cowok kan sekarang badanku cewek? Tapi tetep aja kan risih ye... tapi aduh ga tega kalau liat tampang teraniaya Rian ini, persis aku banget yang dulunya dianiaya mantan-mantanku.

Umm apa Tuhan sengaja kirimin aku ke tubuh Nanda ini supaya hidup Rian si pria malang ini bisa diperbaiki? Sesama cowok kan harusnya kami saling ngerti gimana menderitanya, apa aku hibur aja kali ya? Ummm ya ga ada salahnya kali nyoba. Aku mulai balas pelukannya, dia langsung menoleh natap mukaku, “Iya aku bakal coba...”

Dia langsung tersenyum terharu dengan mata berkaca-kaca eh malah nyipok bibirku, aku shock hebat, mukaku rasanya panas, gak bisa nafas aku pukul-pukul dadanya, “Gaaaah! A-aku gak terbiasa! Tolong jangan main serang kaya gitu!” aku terpaksa mengomel-ngomel begini kan.

“Maaf sayang, aku terlalu senang.” Rian kalau senyum cakep banget, ada lesung pipinya sih, dia usap pipiku lembut pula bikin muka merah kaya tomat aja. “Umm kamu pasti lupa kan sama banyak hal di sekitar kita juga, gimana kalau keliling rumah. Anggap aja kencan pertama.” Rian sangat antusias, ya emang kencan pertama sih dengan sosok Viandra.

Dengan bergandengan tangan kami mulai menyusuri seluk beluk rumah, ruangan pertama yang dia kenalkan itu ruangan dengan cat pink muda yang lembut, dengan banyak lemari dan kaca, di dalam lemari pertama ada puluhan sepatu cantik dengan beragam design, ada lemari yang lebih besar lagi banyak gaun-gaun manis, lemari sebelahnya gaun-gaun mewah, sebelahnya lagi pakaian casual ala anak sekolahan, ada meja makeup juga yang di atas mejanya penuh makeup. Terlihat Rian kewalahan menyeret koper besar, “Nih harta karun kesayanganmu, Nan. Kamu bakal ngomel kalau sampai isinya geser dikit aja kamu detil banget orangnya jadi tau persis kalau ada yang sentuh barangmu.” Aku buka koper isinya makeup semua gila ya nih cewek. Gimana makenya makeup satu koper? Terus ada laci cantik lagi yang Rian buka isinya ratusan softlens dengan beragam model dan warna. Gila nih ruangan, isinya alat penunjang kecantikan doang.

Di ruangan berikutnya ada banyak lemari, jiaah elah baju lagi tapi ini beda katanya sih baju cosplay atau apa lah aku gak ngerti. Banyak senjata mainan juga, atau costum yang kaya robot-robotan, ada banyak perangkat cosplay sampai penuh nih ruangan yang sama besarnya dengan ruangan sebelumnya. Mereka bener-bener kaya ya.

Mereka punya bioskop pribadi, tempat gym pribadi, ruang karaoke pribadi, kolam renang yang di design udah kaya water boom. Surga, man. Pembantunya sampe 12 orang yang dirawat Cuma dua orang doang. “Ini beneran kita Cuma tinggal berdua selain para pegawai?”

“Iya kita Cuma berdua disini, semuanya kita beli dari jerih payah kita sendiri, kita punya restoran itu cabangnya udah nyebar seluruh Indonesia sehingga penghasilan kita mengalir deras. Orang tua kita tinggal di komplek ini juga kok, sengaja kita belikan mereka rumah baru dekat kita supaya gak capek berkunjung.” Yaelah ini aja menurutku udah capek keliling rumah doang.

Sekarang kami duduk di  ayunan di taman yang banyak bunganya dan pohon bonsainya, anehnya taman ini berada di lantai paling atas rumah kami jadinya bisa lihat pemandangan indah di bawah sambil utak atik HP Nanda yang baru saja Rian kasih, aku mau stalking Nanda orangnya kaya gimana, dia pasti punya instagram, twitter atau facebook mungkin? Dan yah aku dapat intagramnya dengan puluhan ribu follower. Gak heran sih fotonya keren semua, dia sering nongkrong di tempat bagus, Nanda cewek sosialita yang suka pamer, dia dan Rian cosplayer terkenal juga kayanya dan mereka hobi ngetrip ke alam. Hmmm siapapun yang liat foto-foto ini pasti iri. Segitu sempurnanya hubungan mereka apa gak ada celah ya? Oh ya! Cctv.

Aku pun berusaha keras buat lepas dari Rian, yaa pamit ke toilet lah atau apa lah pokoknya yakinin Rian banget kalau aku pasti balik. Moment itu aku jadikan kesempatan buat kepo-in petugas keamanan, nah kebetulan aku boleh liat rekaman cctv yaiyalah secara aku majikannya sekarang wuahaha..

Aku cukup tegang sih nontonnya karena ga terlalu banyak aktifitas, Cuma Rian yang sering bolak balik rumah, Nanda kadang pulang mabuk dengan pakaian super mini, rata-rata yang tergambar di rekaman pertengkaran mereka. Nah kan benar dugaanku kalau Rian itu suami yang teraniaya, dia udah kabulin semua mau Nanda tapi kayanya Nanda ga pernah puas dan selalu bertingkah semuanya, dasar wanita. Yang pasti aku gak bakal kaya Nanda, tenang saja Rian aku bakal membuatmu bahagia!

Waktu mau bangkit dari tempat duduk aku malah merasa puyeng, rasanya gak enak badan, keliyengan dan aku jatoh. Secara perlahan semuanya jadi gelap.

-0-0-0-

Part sebelumnya ada di bawah postingan ini.

Tukar Jiwa (2 of 2 part) TAMAT

By: Yanz

Aku mendengar suara tangisan tersedu-sedu yang cukup ngeganggu, secara perlahan kesadaranku pulih dan aku lihat ada Rian yang menangis sambil menggenggam tanganku, “Sayang, istriku...” dia langsung menerjangi wajahku dengan ciuman bertubi-tubi, lagi-lagi dia sukses buat jantungku mau meletup mana badannya sekarang wangi banget. Aku lirik tanganku diinfus, hidungku juga pakai oksigen, kamar kami jadi kaya rumah sakit, “Ada apa?” tanyaku heran.

“Kamu kurang nutrisi, Nan. Jadinya kondisi kamu lemah, kamu kan lagi hamil jadinya semuanya perlu dijaga ketat. Makan dulu ya, aku sengaja masakin bubur ayam ini buat kamu, sudah agak dingin sih soalnya kamu bangunnya lama tapi masih enak kok.” Aku jadi kasihan melihat Rian, aku usap pipinya yang basah dia kayanya senang banget sampai ciumin telapak tanganku gemes gitu.

Dia suapin aku dengan sabar, ngajakin ngobrol yang bikin aku ketawa, badan aku yang sakit dipijitin berasa disurga. Enak juga jadi cewek yang punya suami sebaik ini ya gak nyesel deh doa kaya gini kemaren. Aku juga mulai terbiasa kalau Rian manja-manjaan nyium atau delendotan ga jelas, udah kaya pasangan baru kasmaran aja, ya walaupun efeknya ga sehat buat jantungku. Aku deg-degan parah!

“Kita bakal jadi orang tua kan, gimana kalau manggilnya papa-mama? Selama ini kan aku Cuma manggil sayang aja kaya orang pacaran gitu, udah delapan tahun nikah gapapa dong naik level?’’ dia berusaha menawar, lucu juga..

“Ummm terserah papa aja.” Aku malah senyum-senyum malu kaya perawan desa gitu :v

Muka Rian langsung memerah dengan cengiran bahagia, aku jadi ikut senang liatnya. Rian langsung menciumi perutku dengan gemas, giliran aku yang memerah, saat Rian mengangkat wajahnya dan mendadak mencium dadaku, sontak aku teriak, “Aaaarggh...” rasanya merinding merinding manja gitu. Jangan bilang sekarang pikiranku dikendalikan sama hormon cewek badan Nanda yang sensitif terhadap serangan lelaki. Haduduh ga siap mamen kalau diperjakain cowok eh diperawanin eh tapi kan Nanda udah ga perawan. Tapi kan aku yang perawan! Apalah kasian pembaca bingung.

Setelah merasa agak baikan aku ngerengek sama Rian minta diajak jalan-jalan walaupun dia bersikeras gak mau, dia takut aku pingsan lagi apalagi habis makan bubur aku banyak muntah-muntah, makan dikit muntah bawaannya jadi gak pengen makan. Emang sih lemes dan puyeng kaya orang mabok kendaraan tapi ya bosan aja di rumah mulu, aku dulu sebagai Vian walaupun Cuma anak kosan kere tapi kerjaannya menjelajah mulu kalau gak ada jam kuliah. Akhirnya Rian mau mengajakku ke restoran pusat milik kami karena kebetulan katanya ada yang perlu dia kontrol. Disana aku menikmati banyak dessert karena ga sanggup makan yang berat, lumayan lah cemal cemil sambil liatin sekitar yang cukup menarik karena Rian mengungsung tema anime gitu di dinding maupun perabotan pelayannya juga rapi-rapi dengan pakaian ala maid dan butler. Awalnya cukup jenuh ditinggal Rian lama di kantor kerjanya tapi gak lama aku lihat Rian mondar mandir antarin pesanan, oh ya ini weekend jadi rame banget terpaksa Rian membantu anak buahnya yang kewalahan. Beberapa pengunjung centil malah ajak Rian foto bareng karena dikira pelayan disini. Ada-ada aja hehe.

Rian juga mengajakku keluar buat antarin banyak ketringan yang orang pesan dan kami antar pakai mobil Rian. Aku sebenarnya mau bantuin dia bawain kotakannya tapi lagi-lagi gak dibolehkan capek, aku kasihan liat Rian mondar mandir bawa banyak ketringan sendiri dan katanya harus naik tangga ke atas apartemennya karena liftnya rusak. Begitu masuk mobil aku lihat wajahnya keringatan parah, nafasnya ngos-ngosan, aku bantu lap wajahnya dan tissue, tatapan kami jadi bertemu cukup lama, jakunnya sampai naik turun karena nelan air liur, dan akhirnya Rian lagi-lagi hilang kontrol sampai menciumku seganas ini. Aku yang shock Cuma bisa menutupi muka setelah ciuman selesai aaargghh mukaku panas! Sialan nih cowok pemikat hati!

Gak sampai disitu, dia malah lepas pakaiannya ya jelas aku panik, “NGAPAIN!”

“Panas ma...” rengeknya dengan tatapan malang itu lagi.

“Bi-bisa gedein ac mobilnya aja kan!”

“Udah full ini. Coba liat ma keringat papa banjir kaya gini.” Aku melirik badannya yang atletis namun langsing, padat berotot gitu lah ditambah kilapan keringan aaargghh sialan hormon kewanitaanku bekerja! Aku kok jadi horny gini haaadeeeh... “Ma, kenapa?” Rian tersenyum nakal sekarang. Aku langsung membuang muka. Dia malah memelukku dari samping, aku bisa hirup aroma badannya yang percampuran antara parfum dan keringat itu, benar-benar menggoda hormonku. Otakku menolak keras tapi badanku meminta lebih, tolooong~

Pada akhirnya gak ada kejadian apapun sih di mobil itu, dia Cuma mencium kepalaku dan membisikkan betapa dia mencintaiku. Aku bisa rasain kesungguhan cintanya sama Nanda, how envy. aku ga pernah dicintai setulus ini sebelumnya, selalu aku yang sayang orang. Apa yang aku rasain sekarang pun juga palsu kan karena yang dia sayangi istrinya Nanda buka aku. Ah baper kan.

Aku berusaha ceria, aku juga gak sungkan menunjukkan kemesraanku dengannya, untuk pertama kalinya juga instagram Nanda dipenuhi foto-foto suaminya, Nanda kayanya ga mau ngaku kalau dia udah ga single lagi di dunia maya. Banyak yang muji kami pasangan sempurna, walaupun tingginya cukup jauh, aku dengan badan mungilku sekarang kalau berdiri Cuma mencapai dada Rian, tapi lucu sih kalau meluk mukaku bisa dapat kehangatan dada bidang Rian. Kami bener-bener kaya ABG yang lagi kasmaran sekarang, keluyuran ke berbagai tempat, makan, traveling, ya walau kadang badanku suka drop dan gak lama muntah tapi aku tetap berusaha terlihat bahagia. Akhirnya aku bisa lihat wajah bahagia Rian, ga ada lagi wajah kekhawatiran ataupun wajah teraniayanya.

Sayangnya kerianganku itu terhenti ketika malam hari, jatohnya horror. Aku udah peringatin Rian sih buat gak macam-macam dulu, tapi dia selalu aja cari kesempatan. Contohnya aja sekarang kami baring di kasur sambil nonton dan makan popcorn memang, tapi kadang dia sok takut dengan nempel-nempelin mukanya di buah dadaku atau gak di leherku, gak lama kerasa tuh kecupan basah di leher, aku langsung gelabakan salting. Atau gak ketika udah fokus nonton tangannya ngerayap ke paha, naik naik dan naik haaah hormonku langsung bekerja namun lagi-lagi aku halangin. Gak kapok juga dia, sekarang baringan manja di pahaku, mencium tangan dan perutku, kalau mata sendunya itu sudah natap aku lekat rasanya kejang-kejang nih jiwa, melting mamen!

“Mama, boleh ya.” Dia memain-mainkan telunjuknya di dadaku walaupun aku tepis dan sok fokus ke tv padahal hati sudah dag dig dug gak keruan. “Aku udah belajar kok kamasutra yang aman buat ibu hamil.” Dia masih membujuk. (kamasutra: posisi sex)

“Nanti pelan-pelan kok, ya ya ya?” dia mulai mengecup lengan di dekat ketiakku, haah gelinya. Aku menatap matanya yang penuh kesungguhan itu, perlahan dia bangun, duduk sangat rapat denganku, dia mencondongkan wajahnya ke leherku memberikan kecupan, lumatan hingga hisapan yang bikin aku cukup kejang apalagi waktu lidah basahnya menyentuh kupingku sialan kalau punya otong udah tegang nih otongku. Aku sampai meremas sprei saking gak tahannya, cumbuannya lembut namun ngena hingga berangsur-angsur ganas, semua pakaian lepas dia berhasil membalik badanku dengan posisi doggy style dan ketika semuanya masuk aku teriak, “Aaaaargghh!”

-0-0-

Saat bangun dan melihat wajahnya tiap pagi aku ngerasa lega banget, kayanya mulai terbiasa, mulai sayang dan mulai luluh, aku suka aktifitas rutinku menenggelamkan wajahku di dadanya atau lehernya, menciumi aromanya di pagi hari, menggesekkan pipiku pada dagu kasarnya. Astaga aku jatuh cinta sama suami orang. Rasanya salah tapi gak bisa ditolak. Secara psikis aku ngerasa bahagia banget dengan posisi sekarang tapi secara fisik ini berat. Tiap bulan perut makin besar, banyak keluhan kesehatan, sering capek atau bahkan susah tidur kalau sudah bayinya nendang-nendang. Aku gak nyangka bakal rasain moment ajaib yang namanya hamil. Apa nanti aku bakalan melahirkan juga? Haaah bagaimana jadinya nanti kalau beneran lahiran.

“Ummmh sayang udah bangun...” Rian melenguh manja sambil menggesek-gesekkan hidungnya pada pipiku, dasar bayi raksasaku ini suka bikin gemes. Aku menciumin mukanya yang tampan itu memeluk badan perkasanya dan membaui badannya.

“Iya, aku gelisah pagi ini.” Aku usap-usap pipi Rian.

Rian membuka lebar matanya yang tadi sempat sayu, “Hmm kenapa Ma? Ayo cerita...” dia mengecup bibirku singkat memberikan suara lucu dan menjadi candu karena aku mau lagi hehe.

“Aku takut melahirkan.”

Rian meraba dan menciumi perutku yang sudah besar, tinggal menunggu hari yaa jangan tanya kenapa karena aku skip time namanya juga cerpen masa didetilin tiap bulan hamilnya. “Mama listen, mama itu kuat, wanita yang paling kuat yang aku kenal. Mama pasti bisa, ingat selalu jika melahirkan itu kewajiban, berjuanglah demi anak kita dan Tuhan, pahalanya besar loh ma. Semangat ya.” Rian mencumbuku dengan lembut.

“Sekarang aku justru takut kehilangan papa..” aku memeluk Rian dengan erat, entah kenapa firasatku ga enak.

“Sssst... papa selalu ada buat mama, jangan khawatir. Nanti papa akan ada di samping mama ketika mama lahiran nanti, genggam aja tangan papa pasti kuat.” Aku Cuma tersenyum dan kembali memeluknya, duh sayang banget rasanya jadi takut kehilangan kan. Special banget nih lelaki gak ada  duanya, gantlenya dia, lembutnya dia, manjanya dia, pengorbanannya, pelayanannya, bahkan ‘keganasannya’ di kasur itu bener-bener melekat di hati.

Suara handphone Rian berbunyi, waktu diangkat keningnya langsung berkerut, “Iya iya akan saya urus segera, saya akan menyusul kesana.”

Aku langsung mengguncang-guncang tangan Rian, “Kenapa pa?”

Wajah Rian kelihatan frustasi dan mengusap mukanya yang suntuk, “Restoran di pontianak kebakaran katanya memakan beberapa korban karena ledakan tabung gas, papa harus kesana buat urusin masalah ini ma.”

“Apa? Papa bakal ke pontianak? Tinggalin mama? Gak mau! Papa kan liat sendiri mama lagi hamil besar gini, gimana kalau mama lahiran sendirian tanpa papa, gimana kalau papa ada apa-apa di jalan. Pa, ini perasaan aku kacau banget akhir-akhir ini, aku gak enak. Pasti ada sesuatu nantinya!”

Rian mengecup keningku dengan lembut, “Ma, ini kewajiban papa sebagai pemimpin. Kita berdoa aja sama Tuhan, minta perlindungan dan keselamatan, niat papa kesana baik pasti gak kenapa-kenapa. Ya ya udah jangan manyun gitu ah..” Rian mengecup bibirku singkat.

“Mama ikut ke pontianak!”

Rian berdecak, “Dokter kan udah bilang udah hamil tua ini jangan perjalanan jauh dulu, mama tenang aja deh nanti kalau pulang papa kasih hadiah apapuuun yang mama mau. Janji.” Rian menyodorkan kelingkingnya yang aku kailkan dengan kelingkingku.

“Aku ga mau apa-apa, Cuma mau papa pulang selamat.” Ucapku lesu. Rian berusaha keras menyemangatiku, membelikanku banyak makanan dan boneka supaya aku terhibur walaupun mukaku murung mengantar kepergiannya, awas aja ya kaya sinetron suaminya kecelakaan pas istrinya hamil awas aja kamu author!

Pontianak itu jauh banget sih ya dari sini haaah kesal kan! Aku malah jadi kaya cewek gini ya sensitifan. Udah nanti juga bakal ketemu Rian kok, sabar sabar. Sekarang malah haus, air habis harus ambil di dapur bawah. Gile ya rumah, secara ga langsung aku disuruh olah raga kalau naik turun tangga gini, nanti aku minta Rian bikinkan lift aja biar gak capek.

Entah gimana bisa, aku yang ngelamun, kurang hati-hati atau takdir mendadak kakiku terpeleset di tangga, aku jatuh dengan bokong menghantam tangga beberapa kali baru sampai ke lantai, “AAAAAARGGGG PELAYAN!!  aaarggghh..” aku langsung berteriak histeris, sakit banget aakhh gak... basah... air ketubannya pecah... aku makin panik, astaga sakitnya luar biasa. Aku gak tahan. Banyak pelayan berlarian mendatangiku, mereka kelihatan panik, supir langsung menyiapkan mobil, dibantu pelayan dan satpam aku berjalan susah payah menuju teras, aku sampai nangis saking sakitnya, rasanya mau mati.

Sepanjang jalan aku Cuma bisa mengingat Rian, aku kangen banget sama dia, apa jangan-jangan ini sumber ketakutanku! Harusnya dengan firasat itu aku lebih hati-hati dengan diri sendiri. Gimana kalau aku mati? Aku gak bisa ketemu Rian lagi... aku Cuma menangis sepanjang jalan, antara sakit dan takut. Waktu pelayan mau menelepon Rian aku halangi, “Ja-jangan... nanti tugas tuanmu disana ja-jadi gak fokus.” Aku berusaha gak egois, kasian Rian baru sampai jauh-jauh disana kalau harus balik lagi, paling gak urusannya harus selesai dulu, aku gak boleh egois walaupun dalam posisi kaya sekarang.

Pelayan pun patuh dengan perintahku. Sampai rumah sakit langsung diantar ke ruangannya dan supirku yang urus administrasi, para pelayan kelihatan heboh mengurusiku.  Mertua dan orang tua kandung Nanda juga datang dengan kehebohannya.

 Aku langsung dibawa ke ruang bersalin, badanku rasanya lemas, aku sampai gak bisa menangkap apa yang para suster dan dokter bicarakan, aku Cuma fokus sama rasa sakit dan khawatir yang aku rasakan sekarang. “Aaaaargghhh kenapa susah keluarnya dok...” erangku kesakitan sambil memijat perutku. Susah banget sih, lama banget sakitnya. Kalau kelamaan gini bayiku bisa mati kan. Gak! Bayinya harus selamat.

“Kondisi mbak terlalu lemah buat melahirkan secara normal, harus dioperasi.”

Aku menggeleng, “Gak... aku pasti bisa eeeegghh aaaah...” aku mengejan lebih kuat, aku kembali berteriak waktu kemaluanku disobek, mungkin sudah waktunya... aku sekuat tenaga berjuang, rasanya sakit hingga ubun-ubun. Aku gak tahan, aku gak bisa bertahan... aku gak sanggup jadi wanita kalau sesakit ini!!!!

WUSSSSSHHH

Angin deras muncul entah dari  mana, kesadaranku sampai hilang dan saat aku membuka mata aku melihat langi-langit kosanku dulu ketika menjadi Viandra.
Aku melirik sekitar, iya ini kosanku. Dengan cepat juga aku melihat ke arah cermin, itu Vian. Apa semua yang aku rasain selama ini nyata atau mimpi ya? Tapi aku yakin pertukaran jiwa itu nyata, terasa nyata bahkan aku masih mencintai Rian hingga detik ini. Aku melirik banyak mangkok popmie yang berbau busuk karena basi. Shit... sudah berapa lama aku tidur sampai kosan ga terurus begini?

Aku mulai melirik tanggalan di hp, tanggal 11 Februari 2016. Seingatku aku lahiran itu tanggal 2 febuari, kalau dihari lahiran jiwa kami balik lagi berarti aku tidurnya lama banget dong? Aduh pantes perutku lapar banget.

Begitu aku keluar kosan mau mencari makan mendadak banyak orang di depan kosan, “Hoi Vian masih idup lo... kami udah khawatir lo mati soalnya lama banget gak keluar kamar mana bau busuk gitu dari dalam kamar lo.”

Aku hanya tersenyum dan menepuk bahu teman sekosanku itu, “Semua baik-baik aja kok.”

Aku mulai jalan dengan motorku, di perjalanan aku lihat Ranti dengan cowok barunya, beberapa mantan cewekku juga dengan cowok barunya. Aku mau makan ke taman banyak orang jualan tapi sialnya aku justru melihat Rian, Nanda dan bayi kami sedang piknik. Rasanya dadaku sakit, mereka terlihat tertawa-tawa bahagia, bayi kami juga sangat lucu... mirip papanya. Bayiku... bayi yang aku kandung lebih 8 bulan, bikin aku galau dan gak enak badan. Mataku berkaca-kaca melihat Rian, aku kangen kamu pa... kangen. Gak ada lagi morning kiss, gak ada lagi suapan manja, gak ada lagi kecupan lembutmu.... moment kita dulu Cuma singgah sementara.. kenapa gini?

Rasanya ada yang hilang, separuh hidupku rasanya hilang, aku kehilangan lelaki limited editionku. Tanpa sengaja tatapan Rian bertemu dengan tatapanku, dia sadar aku mengamatainya. Aku buru-buru buang muka. Rian, apa kamu bisa rasakan kehadiranku? Apa kamu bisa sadar kalau aku yang selama ini cinta kamu.

Aku hanya bisa melangkah lemas, antara sedih dan lapar. Dan mendadak ada yang menggenggam tanganku dari belakang, senyumku merekah jangan-jangan Rian... “Sayang ini kamu?”

Aku menatap bingung kerah cowok tinggi berwajah maskulin, tampan namun ada manisnya karena tahi lalat di atas bibirnya, berkacamata pula! kalau dibanding sama Rian sorry aja Rian kalah ganteng dan aku heran cowok super ganteng ini manggil aku sayang, “Siapa ya?”

Dia menggetok jidatku, “Gitu kamu sekarang, aku tiap hari telepon kamu, sms kamu, gedor kosan kamu tapi kamu ngilang tanpa kabar begitu ketemu tanya siapa aku? Aku pacar kamu lah!”

“Pacar? Aku amnesia sorry.” Aku mencari alasan.

“Kita itu pacaran udah delapan bulanan masa kamu gak ingat. Kami nih ya.”

What? Aku punya pacar cowok? Sialan Nanda dia pakai badanku buat Homoan ternyata selama ini.

TAMAT

2 comments: