Friday, February 26, 2016

You Belong with Me (Part 6)



You Belong with Me (Part 6)

Enjoy this part

#Adrian POV#

Aku bingung apa yang terjadi pada Denis. Semalaman dia mengigau dengan meneriakkan kata 'Maaf', demamnya juga semakin tinggi.

Aku hanya mampu membawanya ke rumah karena tak mampu membayar rumah sakit, alamat Denis aku juga tidak tau karena ada kabar empat sahabatnya itu sekarang sedang sekarat di rumah sakit.

Aku merawatnya samampuku, melepas serpihan kaca di kulitnya. Entah apa yang terjadi sepertinya dia menerjang kaca sehingga ada banyak kaca di tubuhnya. 

Keningnya berkerut, aku berlari ke sisi kasur dengan cepat. Kuletakkan tanganku di dahinya, "Denis, kamu kenapa?" bisikku pelan.

Dia tidak menjawab, hanya bergerak gelisah. Badannya berkeringat. Aku khawatir dengan kondisinya apa harus kubawa ke rumah sakit?

Kuusap wajahnya dengan kain basah..

DEG...

Aku kembali teringat kejadian malam itu. Dadaku bergemuruh, kugenggam tanganku geram. Kenapa aku harus membantu orang yang telah merusakku. Sekarang kesempatan emas untuk menghabisinya.

Kuambil pisau tajam di dapur, wajahku datar menatapnya. Aku menatapnya lekat... Haah.. Aku menyerah, aku tidak mampu membunuh.

Tanganku bergetar dan akhirnya menjatuhkan pisau itu ke lantai.

Aku mencoba dewasa, mungkin tak seharusnya kejahatan dibalas kejahatan.

Aku mengusap wajahnya, kenapa makhluk setampan ini harus diberikan hati yang busuk? 

Aku hanya mampu mengagumi keindahannya tapi dadaku sakit jika mengingat perlakuan jahatnya padaku.

Kuambil baskom dengan air hangat. Kulepaskan pakaiannya, aku sedikit berdebar melihat ukiran indah di balik selimut itu.

Hah... Apakah aku gay? Kenapa perasaanku tak keruan ketika melihat tubuh laki-laki begini? 

Aku tak mau berpikir keras, kulap saja tubuhnya perlahan. Dari leher hingga perutnya. Aku menarik nafas panjang untuk membersihkan bagian bawah sana.

Aku hanya membersihkan bagian bawahnya dari balik selimut tanpa memandang tubuhnya.

Aku menyentuh dadanya yang bidang itu, kembali terkagum dengan tubuh padatnya..

Dia bergerak dan menggenggam tanganku, aku terkejut. Aku berusaha menenangkan dia yang mengigau, kutepuk-tepuk pipinya dan mengguncang bahunya.

Akhirnya dia terBangun juga. Aku memangku kepalanya di pahaku dan meminumkannya air putih. Dia tersengal-sengal dan berkeringat. Matanya masih melotot shock, aku sangat penasaran apa yang terjadi.

"Denis, kamu tenangin diri dulu.. Ada aku disini.."

Denis bangun dan memelukku erat, tubuhnya bergetar, "Tolong gue Dri! Makhluk itu mau bunuh gue... Temen-temen gue dia bunuh..."

"Maksud kamu apa Denis? Coba kamu jelasin dengan tenang."

#FLASHBACK DENIS POV#

"Refan, coba lu ambilin cemilan di dapur.." perintah gue pada salah satu teman segenk gue, pagi itu dia datang lebih pagi ke apartement mau ngajak ke kampus bareng tapi gue suruh nonton bareng aja dulu karena kuliah masih dua jam lagi.

"Denis, keran kamar mandi lo emang hidup ya?" 

Gue ngerutin kening, "Rasanya tadi udah gue matiin. Lu aja matiin deh.." suruh gue lagi. Maklum gue kan emang doyan nyuruh-nyuruh.

Gak lama gue denger teriakan Refan, "AAAAAAARGHH..." 

Gue shock dan lari ke kamar mandi, ternyata kamar mandinya sedikit banjir, ada tip yang masih mencolok di listrik terendam air. 

Gue mau ambil banyak kain buat menyeret Refan supaya gue gak kesetrum tapi tiba-tiba muncul bayangan anak kecil, wajahnya pucat dengan menangis darah bikin gue panik, "Aaakh.. Aaakhh tolong!" gue keluar, nyaris mau kabur tapi gue gak bisa biarin sahabat gue mati. 

Padahal gue takut banget hantu, gue setengah merem ambil sprei dan narik badan Refan dari kamar mandi kemudian menelepon ambulans dengan cepat. 

Gue lari sejauh mungkin, gue shock dan ngeri. Apa mungkin ini semua perbuatan hantu itu?

Gue duduk di pinggir jalan mengacak rambut stress. HP gue kembali berbunyi, panggilan dari Adam. "Denis! Tolongin guee aaaarghh aaaaarghh..."

Tutt... Tuuttt...

Badan gue bergetar mendengar teriakan Adam, gue takut sebenarnya tapi gue gak bisa biarin temen gue celaka.

Gue panggil taxi. Saat di dalam taxi gue gelisah. Terror kah ini? Gue ketuk-ketuk jendela dengan gelisah. Gue takut kehilangan temen-temen main gue. Gue harap Refan dan Adam selamat.

Sampai di kosan Adam gue dobrak kosannya. Ruangan itu berantakan, semua benda hancur, "Dam... Adam.. Lo dimana?" teriak gue keras.

Terlihat ada tangan yang bergerak di sela-sela lemari yang rubuh.

Itu Adam!

Gue angkat lemari dan melempar ke samping, gue shock melihat kondisinya yang menggenaskan. Gue gak berani nyentuh badannya, gue cuma telepon polisi dan ambulans.

Dan lagi-lagi makhluk itu muncul, mata yang penuh darah. Gue takut, gue kembali berlari ke keramaian.

Dua temen gue yang lain menelepon. Gue tau apa yang akan terjadi dan gak mampu melihat penampakan mengerikan lagi jadi gue cuma menelepon polisi untuk datang ke alamat mereka.

Gue ke kampus, gue pikir di keramaian dia gak akan muncul tapi ternyata dia menampakkan diri lagi. Gue teriak-teriak di depan umum sehingga semua orang memandang heran.


Gue masuk ke laboraturium. gue tengok jendela sesekali. Makhluk itu sudah gak ngikutin gue. Gue bernafas lega tapi ternyata makhluk itu kembali muncul. 

Gue teriak, gue buka pintu ternyata terkunci. Tirai tertutup sendiri.

Gue berusaha gak panik karena sekarang gue terjebak. "Mau lo apa hah? Kenapa lo ganggu gue dan temen-temen gue!" teriak gue memaki.

"Kalian sudah jahat pada Kak Adrian. Aku gak suka. Kalian semua harus mati.."

Nafas gue tersengal-sengal mendengar kata mati, "Gu-gue nyesel.. Gue gak akan jahatin Adrian lagi gue janji!"

"Kalian harus mati..." lirihnya dengan nada dingin.

Gue bener-bener panik, gue terjang dinding kaca di belakang gue. Berlari secepat mungkin. Gue pikir terror ini akan berakhir bila gue dapat maaf dari Adrian.

#END FLASHBACK#
#ADRIAN POV

"Dri maafin gue.. Adek lo bakal habisin gue kalau lo gak ikhlasin kejadian yang lalu. Gue gak akan jahat lagi sama lo Dri. Gue bakal berubah. Gue janji!"

Aku terperangah, percaya gak percaya sih.. Tapi masa iya adikku melakukan itu..

"AAARGHH AAAAARGHH.. PERGI!!!" Denis berteriak histeris.

Aku shock melihat bayangan Yogi, dia benar-benar muncul. Dengan wajah pucat dia tersenyum polos.

"Kakak..." sapanya manja. Aku meneteskan air mata detik itu juga. Aku sangat rindu dengan adikku. 

"Dek!" aku langsung berlari, ingin memeluk adikku namun ternyata hanya bayangan yang tak mampu aku sentuh.

Yogi masih tersenyum, "Dek, kenapa adek jahat begitu?" tanyaku kecewa.

"Maafin Yogi kak, Yogi cuma mau mereka merasakan apa yang pernah kakak rasakan."

"Lebih baik adek pulang, jangan main disini terlalu lama..." lirihku.

"Iya kak... Yogi mau izin pulang. Kaka jaga diri ya. Dan kamu.. Kamu jangan jahati kakakku lagi, jaga dia dengan baik." kata Yogi menunjuk Denis yang terpojok masih takut.

Bayangan Yogi mendekat disertai sinar, tangannya ingin meraihku namun bayangannya memudar dan cahaya itu menghilang.


No comments:

Post a Comment