Desa
Loranten (part 1)
Genre: thriler,
horror, homo, romantis
Rate masih T
tapi di chapter-chapter berikutnya rate Mature.
By: Yanz
**
Terdengar
dentuman keras musik R&B dari dalam sebuah mobil berwarna hitam yang berisi
empat orang pemuda tampan. Mereka sudah melakukan perjalanan seharian penuh
tapi belum jua sampai ke tempat tujuan yaitu tempat dimana Rani, sahabat mereka
berempat yang akan melaksanakan pernikahan besok pagi.
“Rie, haus
nih, laper juga. Beli sesuatu ya?” rengek Julian cowok oriental bertopi merah,
berpakaian modis dan mengenakan headset putih di kupingnya.
“Ok.. ok, di
depan aku lihat ada warung. Bagaimana kalau kita mampir untuk istirahat sejenak
guys?” tawar Arie pemuda yang berpakaian simple dan mengenakan anting hitam,
namun dia memiliki bibir sexy yang sangat merah dan menawan. Arie lah yang
mendapat giliran menyetir sejam terakhir. Mereka menyetir bergantian.
“Hm...”
gumam Adam datar, pemuda yang memiliki badan paling atletis di antara mereka
berempat ini memang memiliki kepribadian cool, tampilannya sedikit urakan
dengan jeans sobek-sobek, singlet hitam dengan jaket kain jeans.
Sedangkan
Fahmi hanya mengangguk, pemuda berkacamata ini kurang lebih sama cool-nya
dengan Adam. Hanya saja dia lebih rapi, Fahmi mengenakan kacamata dan kemeja
coklat yang sedikit ketat membuat tubuh tingginya terlihat sexy seperti
model-model majalah Korea.
Saat mobil
di parkirkan di depan warung yang lumayan lengkap mulai dari makanan berat
sampai jajanan pun ada. Mereka keluar dari mobil secara rapi. Adam langsung
masuk ke dalam untuk memilih minuman ringan dan rokok, Fahmi memilih langsung
duduk di kursi pelanggan, Arie merenggangkan otot bersama Julian. Julian
terlihat paling lincah dan bersemangat di antara mereka berempat, pemuda uke
ini melompat-lompat dan menendang udara tanpa tujuan.
“Julian, ayo
masuk!” suruh Fahmi yang sedikit kebingungan melihat tingkah sahabat
Terdekatnya itu.
Julian
langsung berlari ke arah Fahmi, duduk di bangku panjang di sebelah Fahmi dengan
sedikit brutal. Fahmi geleng-geleng kepala melihat betapa hyperaktifnya
sahabatnya ini, kemudian dia acak-acak rambut Julian dengan gemas. Kegiatan
rutin yang Fahmi lakukan ketika geregetan akan sikap Julian.
“Eh.. aku
mau makan bebek goreng saja lah kalau begitu. Kalian mau apa?” ucap Arie sambil
menatap menu makanan yang terpampang di dinding.
“Samain
aja..” jawab Adam sambil duduk di hadapan Fahmi dan Julian sedangkan di sampingnya
ada Arie.
“Ayam
bakar!” sahut Julian dan Fahmi secara bersamaan. Julian tertawa-tawa mendengar
kebetulan itu dan mendorong-dorong Fahmi dengan jahilnya, “Ah kau ini selalu
membaca isi hatiku hehe..” ucapnya cengengesan.
Arie pun ke
arah penjual untuk memberitahukan pesanan mereka.
“Sepertinya
kita akan terlambat sampai di tempat acara besok.” Ucap Adam.
“Terlambat
yang dipikirin, capek tau...” protes Julian.
“Mau
bagaimana lagi, ternyata tujuan lebih jauh dari pada perkiraan. Tau begini
harusnya kita berangkat dua hari yang lalu agar punya cukup tenaga nantinya.”
Arie
mengambil sesuatu dari tas ranselnya. Rupanya dia mengambil handphone, dia
terdiam cool sambil mengutak-atik Hpnya. Oh rupanya dia membuka google map, “Ah
ada solusi nih agar tak terlambat. Di depan kita ada dua jalur persimpangan
jalan, kalau lewat jalur kanan itu akan lebih lama karena memutar, kita pilih
jalan kiri saja itu jalan pintas lebih cepat.. melewati Desa Loranten.” Saran
Arie.
“Aku sih ok
ok saja...” jawab Adam sambil menghisap rokoknya.
Pemilik
warung yang mengantarkan makanan sempat mendengar percakapan mereka, “Maaf nak,
sebaiknya jangan lewat Desa Loranten. Bahaya.” Ucap ibu-ibu yang berumur
sekitar 40 tahunan itu.
“Memang
kenapa bu?” tanya Julian penasaran. Fahmi membenarkan kacamatanya untuk
memperhatikan lebih detil.
“Semenjak
insiden kebakaran dua tahun lalu, Desa Loranten menjadi desa mati.”
“Yaelah gitu
doang, apa yang perlu ditakutkan.” ucap Arie sewot dengan wajah meremehkan.
“Dengarkan
dulu Rie! Lanjut bu, ceritanya.” Tegas Adam.
“Jadi,
setiap ada orang terutama lelaki yang masuk di desa itu tak pernah selamat.
Beberapa wanita yang selamat melihat jelas terror mengerikan yang ada di dalam
sana hanya ada dua yang selamat setau saya, itu pun dengan luka mengerikan.
Mereka meceritakan terror dari makhluk-makhluk siluman atau arwah di dalam
sana. Sedangkan lelaki yang masuk ke dalam sana tak pernah ada yang selamat,
bulan lalu kami menemukan tubuh lelaki seumuran kalian dengan kondisi 60%
dipenuhi luka bakar dan kehilangan alat vitalnya. Seolah digerogoti makhluk
buas.”
Julian yang
merinding langsung meremas paha Fahmi, dia terdiam seribu bahasa. Sedangkan
Fahmi menggenggam tangan Julian yang ada di pahanya.
“Apa sudah
diuji di ITB dan IPB? Haha...” ledek Arie.
“Rie jaga
bahasamu!” bentak Adam. “Memangnya tak ada petugas keamanan yang menyelidiki
bu? Bisa saja ini tindakan kriminal dari manusia atau hewan buas.”
Ibu
melanjutkan ucapannya dengan nada menakutkan, “Para polisi maupun pemuda di
kampung ini sudah mencoba masuk ke sana untuk mencari tau, tapi tak ada satu
pun yang kembali. Sehingga kami tak lagi mencoba mencari tau apa yang ada di
dalam sana, polisi pun menutup kasus ini.”
Arie mendengus
nafas kesal, “Hoax hoax...” ucapnya tengil.
“Kalau
begitu kita lewat jalur kanan saja, biar aku yang menyetir dengan kecepatan
tinggi agar kita sampai dengan cepat.” Ucap Fahmi.
“Ah come
Fahmi, kita baru saja menemukan jalan keluar agar tak terlambat, bagaimana bisa
berubah planing! Perjalanan kita itu masih jauh, dengan melewati jalur kiri
saja kemungkinan sampai jam lima pagi, apalagi kalau lewat jalur kanan. Kau mau
kita sampai besok lusa hah?” ucap Arie dengan nada yang sedikit kasar.
“Ok fix,
kita lewat jalan kanan.” Ucap Adam datar.
“Hah? Dam
yang benar saja!” Arie berdecak kesal. Ibu pemilik warung tadi langsung pergi
tanpa mau ikut campur.
“Aku ketua
disini, aku yang paling tua dan aku memiliki kewajiban untuk menjaga
keselamatan kalian semua!” tekan Adam.
“Aku yang
memegang kunci mobil dan aku yang mendapat giliran menyetir. Jadi aku yang
mengambil keputusan jalan mana yang akan diambil!”
Fahmi
menyentuh lengan Arie agar lebih rileks, “Rie, apa kau tak dengar cerita ibu
tadi?”
“Apaan hah?
Mistis? Mitos? Hoax? Come on guys, kita ini mahasiswa! Kita ini orang intelek,
masuk akal gak sih percaya sama tahayul seperti ini!”
Adam
merangkul Arie, “Bukannya percaya Rie, tapi ada baiknya kita mencari aman.”
“Aku juga
mencari aman, agar kita bisa melakukan perjalanan santai, singkat dan tak
terlambat di resepsi nanti!” bentak Arie. Semuanya terdiam. “Hedeeh... kalian
jangan pengecut deh..” lanjutnya.
Julian yang
dari tadi hanya diam mendadak memasang wajah ceria, “Wah perjalanan mistis ya,
melewati desa mati. Sepertinya akan seru yeay!” teriak Julian semangat.
“Nah Julian
aja setuju, kau emang sohibku yang paling mantab..” Arie melakukan toss dengan
Julian.
“Fahmi,
Adam.. boleh ya?” rengek Julian. Tapi dua seme itu hanya terdiam menimbang
keputusan.
“Kakak~~
boleh ya?” bujuk Julian dengan manjanya sambil menggenggam tangan Fahmi dan
Adam. Sontak dua seme itu luluh lantak pertahanannya. Mereka pun pasrah.
**
Jam sudah
menunjukkan pukul 6 sore, langit mulai terlihat redup. Saat mobil mereka
mamasuki Desa Loranten, terasa sekali suasana mencekamnya. Terlihat ada banyak
bangunan-bangunan kosong yang menghitam karena bekas api, ada banyak juga rumah
yang rata dengan tanah, tapi beberapa bangunan beton masih berdiri utuh hanya
saja terlihat tak terawat, rumput dan tumbuhan menjalar di tiap bangunan,
memberi kesan angker yang lebih mendalam.
“Wuihh
manteb, mendadak ada kabut padahal dari tadi gak ada kabut. Ah jangan-jangan
kita masuk acara super trap, di sana-sini ada kru kameramen, kita dibikin takut
terbirit-birit buat jadi bahan lelucon mereka. Jangan-jangan ibu-ibu tadi juga
kru yang meyakinkan kita! Hahaa.. lucu lucu..” ucap Arie mengejek.
Adam
terdiam, dia melihat sekitar dari kaca sambil meremas lutut Arie. Benar-benar
kabut, mobil terpaksa berjalan lebih lambat dengan lampu yang dinyalakan.
“Wah seperti
silent hill...” desis Julian dengan mata berbinar. Fahmi mengigit bibir, mulai
gelisah.
“Kita balik
saja deh... aku mulai merasa gak enak.” Ucap Fahmi.
“Bwahahaha..
kau takut Fahmi? Adam, kenapa kau meremas lututku? Takut juga? Hahaha.. lucu
suerr... kalian berdua, cowok-cowok yang aku akuin kejantanannya masa takut
sama hal beginian hah?” ucapan Arie semakin meremehkan saja. Rahang Adam sampai
mengencang menahan amarah dia jauhkan tangannya.
“Kenapa Cuma
mereka berdua? Kejantananku tak diakui?” tanya Julian dengan wajah polosnya.
Arie
menengok ke belakang, “Hahaaha.. tau deh..”
“Rie, fokus
ke jalan Arie!” bentak Adam yang semakin kesal dengan Arie yang banyak tingkah.
“Iya iya...”
jawab Arie malas-malasan karena kesal selalu dimarahi Adam.
“AWAS!!!”
teriak Fahmi shock.
BRUUUKK!!!
“A-astaga..
apa yang aku tabrak barusan?” tanya Arie tergagap
“Aku tak
melihat apa-apa..” ucap Julian dengan bahu menegang.
“Orang tadi!
Aku yakin tadi orang! Kau lihat kan tadi Dam?” ucap Fahmi panik.
“Aku juga
tak melihat apa-apa... tapi suara tabrakannya sangat keras.” Jawab Adam.
“Ah.. paling
binatang liar. Aku cek dulu deh...” ucap Arie dengan tengilnya.
Adam
langsung meremas bahu Arie, “Aku gak yakin ini cukup aman.”
Arie
tertawa, “Yaampun Dam, kau masih paranoid? Aku buktikan ya kalau ini bukan
sesuatu yang membahayakan...”
Fahmi
menggeleng-geleng, “Jangan.. mending kita lanjutkan perjalanan. Kau mungkin
benar, itu Cuma hewan liar. Tadi aku hanya berhalusianasi.” Fahmi mencoba
menutupi ketakutannya dan menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
“Pengecut ya
kalian ini! Nih ya, aku keluar dan aku buktikan tak akan terjadi apa-apa!” Arie
dengan keras kepalanya keluar dari mobil, dia menuju ke arah depan. Tak
terlihat makhluk apapun. Dia menengok ke kolong mobil, juga tak ada apa-apa.
Dia mulai mengelilingi mobil, saat sampai di belakang mobil Arie terdiam
menghirup udara, “Bau pembakaran... mungkin debu bekas kebakaran ini menyebar
ke udara karena ditiup angin.” Desisnya.
Dengan wajah
riang gembira Arie kembali ke pintu mobil, dia membungkuk menatap Adam dan yang
lain, “Nah tak ada apa-apa kan? Kalian sih pengecut banget haha... aah
aaaaaaargghhh!!!” Arie berteriak shock saat ada banyak tangan yang menarik
tubuhnya secara kasar.
Adam yang
melihat langsung berlari keluar, mengejar tubuh Arie yang diseret di aspal oleh
belasan tangan-tangan panjang yang seperti mengalami luka bakar, gosong
bercampur darah.
Adam
tersengal-sengal dan menendang udara kesal karena seretan itu terlalu cepat
hingga Arie lenyap ditelan kabut. Adam berjongkok, menyentuh aspal yang terkena
noda darah. “Arie.. ya Tuhan semoga dia baik-baik saja.” Lirih Adam.
Adam kembali
berlari ke arah mobil, masuk ke dalam dan mengunci pintu mobil dan menatap
lekat ke arah Julian yang memeluk Fahmi dengan erat, “Ta-tadi ada apa?” tanya
Julian dengan suara bergetar.
“Entahlah...
aku tak melihat dengan jelas.” Bohong Adam agar tak membuat Julian makin panik.
“Jadi kita
harus bagaimana sekarang?” tanya Fahmi.
“Hmm.. aku
antar kalian kembali ke warung tadi, aku akan mencari Arie setelah itu.”
“Tapi bahaya
Dam.. aku lihat tadi itu...” cegah Fahmi.
“Sssst...
tak apa-apa, apapun yang terjadi denganku, yang pasti aku harus berusaha
mencari Arie.”
“Gak Adam,
aku ikut. Antar Julian saja, dia masih shock.” Ucap Fahmi sambil mengusap
kepala Julian.
Julian
melepaskan pelukannya, “Aku juga ikut! Kita berangkat bersama dan pulang pun
harus bersama!”
“Iya dek,
kita pasti akan pulang bersama. Tapi sekarang kalian mengungsi dulu di tempat
aman, nanti aku dan Arie akan kembali. Ok?’’ bujuk Adam.
“Ta-tapi...
bagaimana pun kita harus bersama, berjuang bersama! Pokoknya aku tak mau
ditinggal.”
Fahmi
mengusap pipi Julian, “Kamu lihat makhluk tadi kan? Apa kamu tak takut?”
“E-enggak!
Selama ada kalian, aku tak takut!”
“Bagaimana
kalau kita terpisah hm? Kejadian pada Arie terulang pada kita bagaimana?” Adam
mencoba menakut-nakuti agar Julian menyerah.
“Yang
penting aku sudah berjuang bersama kalian. Kalian kan sahabatku. Tetap bersama
ya?”
Adam
menghela nafas, “Ok ok.. fine, kita lanjutkan perjalanan ke depan, ikuti arah
darah di aspal itu.”
TBC
Ini horror
dari author amatir kaya aku, jadi dimaklumi jelek ya. ._.v
Komentar
komentar
Baca Punyaku juga yah.. bantuin aku biar aku bisa jadi writer juga :) Pengen Punya Laptop :(
ReplyDeleteCerita Gay Khusus Cowok ( http://khusus-cowok.blogspot.co.id )
Love Season Episode 2 'Cerita Gay Romantis Semi' ( http://khusus-cowok.blogspot.co.id/2016/02/love-season-episode-2.html )